Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
MENURUT penelitian Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada pada pemilu presiden 2024, penggunaan Generative Artificial Intelligence (Gen-AI) telah menjadi alat penting dalam membentuk persepsi pemilih pemula. Hal itu disampaikan Dhevana Anarchia Ria Lay, Partnership Officer CfDS, pada panel kedua konferensi di Tular Nalar Summit 2025 hari ini.
Survei CfDS terhadap 400 pemilih pemula menunjukkan bahwa digital image lebih berpengaruh daripada sejarah politik, menggeser gagasan ke estetika dan perasaan.
“Kita tanya apakah kita memilih pemimpin atau didorong oleh lagu dan jogetan dengan soft-fakes," imbuh perempuan yang akrab disapa Arsya itu.
Gejala tersebut menambah dimensi baru bahwa pemilu dipengaruhi oleh AI, bukan sebagai penyebar hoaks, melainkan pembentuk ulang realitas yang disebut soft fakes.
Hal ini semakin relevan dengan perlunya peningkatan daya saing digital Indonesia. Sebagaimana direfleksikan dalam laporan IMD WDCR 2024 yang menunjukkan peringkat Indonesia naik dari 56 ke 43.
Laju adopsi internet yang cepat membuka peluang sekaligus risiko, termasuk lebih dari 26 juta serangan phishing sepanjang 2024 menurut BSSN, yang menuntut literasi digital bagi semua kalangan, terutama kelompok rentan seperti lansia dan pemilih muda.
Kondisi ini menunjukkan bahwa menghadapi tantangan era digital, kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Diperlukan upaya bersama untuk membekali semua lapisan masyarakat.
Utamanya kaum rentan seperti lansia dan pemilih pemula dengan kemampuan literasi digital dan pemikiran kritis. Semua ini agar mereka mampu memilah informasi dan terhindar dari dampak negatif digitalisasi. Salah satu inisiasi penting sebagai wujud gerakan kolektif ini adalah program literasi digital Tular Nalar - Mafindo.
Sebagai puncaknya, program ini menggelar perayaan besar melalui Tular Nalar Summit 2025, yang berlangsung di Auditorium STMM MMTC, Sleman, D.I. Yogyakarta.
Mengusung tema “Merayakan Semesta Kolaborasi,” acara ini menjadi ruang temu para penggerak literasi digital dari seluruh Indonesia, serta menandai berakhirnya fase ketiga program Tular Nalar yang telah berlangsung sejak 2023.
Acara dibuka secara resmi oleh Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar.
Digarisbawahi pula pentingnya keberlanjutan gerakan literasi digital untuk masyarakat, termasuk bagi kelompok rentan. Septiaji memperkenalkan “Mafindo Institute” pada publik, sebagai sebuah wadah untuk mengkompilasi edukasi literasi digital. Tentunya bisa terlaksana karena kolaborasi dengan banyak pihak. Dia juga menyoroti bahwa sekarang kita memasuki era Artificial Intelligence.
“Ibarat 2 sisi mata pedang. Dampak negatif penggunaan teknologi yang keliru serta dampak negatif tak terduga. Ini membuat ruang digital masih diwarnai dengan hoaks dan ujaran kebencian,” tambahnya.
Menteri Dikdasmen Abdul Mu’ti menjadi salah satu pembicara kunci melalui siaran video. Ia menyoroti bahwa Tular Nalar Summit 2025 merupakan hasil kolaborasi yang dilakukan Mafindo bersama berbagai elemen masyarakat.
“Sebagai bagian dari upaya membangun kecerdasan dan kesalehan digital, forum (seperti Tular Nalar) ini sangat penting agar masyarakat memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi pengguna teknologi digital yang bijak,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini pula dia menyampaikan bahwa mata pelajaran Koding dan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan akan mulai diajarkan kepada anak kelas 5 SD hingga SMA pada tahun ajar 2025/2026.
Menjadi pembicara kunci dalam rangkaian pembuka, R.M. Agung Harimurti Purnomojati selaku Ketua STMM menyampaikan apresiasinya pada Tular Nalar - Mafindo, Love Frankie, dan Google.org atas komitmen dan dedikasi mencerdaskan bangsa, terutama di ranah digital.
“Mari kita jadikan momentum ini sebagai tonggak era baru literasi digital nasional yang lebih kritis, inklusif, dan berbudaya,” pungkasnya.
Setelah sesi pembukaan, forum dilanjutkan dengan konferensi yang terbagi dalam tiga panel utama. Panel pertama, bertajuk “Menyelamatkan Masa Tua di Linimasa”, membahas risiko digital yang dihadapi oleh kelompok lansia. Risiko tersebut termasuk maraknya penipuan online dan eksklusi teknologi.
Panel ini menghadirkan Koree Monteloyola-Cañizares dari Techie Senior Philippines, Nani Zulminarni dari Ashoka Southeast Asia, serta Susiana Nugraha, Direktur Utama Indonesia Ramah Lansia (IRL), dan Giri Lumakto. Mereka menyoroti pentingnya perlindungan digital yang berbasis empati dan praktik nyata.
Panel kedua, “Timeline Political Disorientation for the First Time Voters”, mengupas dampak disinformasi politik terhadap pemilih pemula. Diskusi ini dipandu oleh para akademisi dan aktivis seperti Angela Romano dari Queensland University, Hanna Vanya dari Think Policy, Heroik Pratama dari Perludem, dan Arsya dari CfDS.
Sementara itu, panel ketiga mengangkat tema “Intergenerational AI: Education and Ethics”. Panel ini mengupas tantangan dan peluang pemanfaatan kecerdasan buatan secara etis dan lintas generasi.
Sesi ini menampilkan Muhammad Taufan Agasta, Stafsus Kemendikdasmen Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Artifisial, Pahlevi Fikri Auliya, V.P. Engineering and AI dari Ruangguru, F.X. Risang Baskara, Dosen di Universitas Sanata Dharma, dan Violita Siska, Program Manager AI Goes To School. Diskusi ini mempertemukan perspektif teknologi, pendidikan, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam satu ruang dialog.
Tular Nalar Summit 2025 juga diisi berbagai aktivitas berbasis komunitas dan para mitra yang menjadi ciri khas gerakan Tular Nalar. Di antaranya adalah Focus Group Discussion, pameran komunitas, dan kelas literasi digital inklusif “Ayo Bareng” untuk difabel tuli, penghayat kepercayaan, dan transpuan.
Pada sore hari, acara ditutup dengan stand-up comedy bertema hoaks, penampilan seni komunitas, dan panggung musik akustik yang disambut meriah oleh peserta.
Salah satu momen penting dalam acara ini adalah peluncuran video “Human Impact Story” oleh Love Frankie serta publikasi buku bunga rampai yang berisi kisah inspiratif para penerima manfaat Tular Nalar. Modul pembelajaran AI lintas generasi yang inklusif juga diperkenalkan kepada publik.
Menurut Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar, gerakan ini tidak akan berhenti di summit ini.
“Tular Nalar adalah gerakan yang lahir dari keresahan warga, tumbuh dalam kolaborasi, dan hidup di ruang-ruang komunitas,” tutupnya.
Di fase ketiga sejak 2023, Tular Nalar telah menjangkau lebih dari 50.000 penerima manfaat langsung yang terdiri dari 40.000 pemilih pemula dan 10.000 lansia. Sekitar 1,6 juta warga di seluruh Indonesia turut menerima manfaat sebagai end-beneficiaries yang ditularkan melalui kegiatan dan para alumni kelas pelatihan Tular Nalar
Tular Nalar Summit 2025 bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari gerakan yang lebih luas. Sebuah langkah bersama untuk mewujudkan ruang digital yang sehat dan inklusif. (Z-1)
KETUA DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah proaktif dan menyiapkan strategi menghadapi fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin mengkhawatirkan
Rocky Gerung mengatakan bahwa momentum 27 tahun Reformasi bukan sekadar untuk diperingati, melainkan untuk diulangi dalam konteks perombakan struktur politik dan ekonomi Indonesia.
Platform Bijak Memantau resmi diluncurkan pada Selasa (20/5). Platform terseubut dimaksudkan sebagai ruang untuk menavigasi isu kebijakan, dan memantau proses legislasi.
Reformasi yang sudah susah payah dicapai Indonesia pasca 32 tahun Soeharto berkuasa, kini dipaksa putar balik kembali.
DUKUNGAN untuk meningkatkan keterwakilan perempuan pada sektor politik harus konsisten diperkuat demi mewujudkan nilai-nilai kesetaraan dalam setiap kebijakan yang diterapkan.
Amendemen UUD dinilai jalan untuk melakukan penataan sistem pemilu serat pemerintahan secara komprehensif dan konstitusional.
KPU bakal mempelajari secara detail mengenai putusan MK tersebut yang berangkat dari uji materi oleh Perludem selaku pemohon.
pemilu nasional dan lokal dipisah, , siapa yang bakal memimpin daerah setelah masa jabatan kepala daerah Pilkada 2024 berakhir?
Pemisahan itu tidak menjadi solusi jika elite partai politik masih dominan dalam menentukan aktor politik yang belaga dalam kontestasi pemilu,
Pemisahan pemilu nasional dan lokal membuat pemilu lebih tertata dan pemilu lebih fokus
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved