Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Meskipun dikenal sebagai individu yang cerdas dan produktif, kebiasaan terjaga hingga larut malam rupanya bisa membuka jalan bagi penyakit yang biasanya menyerang orang tua demensia.
Masalah tidur berkelanjutan, menurut para ahli medis, berpotensi menurunkan kemampuan berpikir secara signifikan.
Mengutip laporan dari Antara News, penelitian terbaru memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara kualitas tidur yang buruk. Termasuk kebiasaan begadang atau pola tidur yang tidak teratur, dan peluang berkembangnya demensia.
Masalah tidur dipandang dapat mempercepat akumulasi plak beta-amiloid di dalam otak, yang dikenal sebagai salah satu penyebab utama penyakit Alzheimer, jenis demensia yang paling umum.
Menurut informasi di situs Alodokter, demensia bukan hanya penyakit pikun, melainkan juga sindrom yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, dan perilaku yang cukup serius hingga mengganggu kegiatan sehari-hari. Gejala dapat muncul secara bertahap dan sering kali tidak disadari sampai kondisi menjadi lebih serius.
Dokter spesialis saraf menyarankan agar masyarakat mulai menerapkan kebiasaan tidur yang sehat. “Semestinya, orang dewasa memerlukan 7–9 jam tidur yang berkualitas setiap malam. Kurang tidur dalam jangka waktu lama dapat merusak fungsi otak dengan cara permanen,” terang dr. Indra, seorang spesialis saraf di Jakarta.
Kebiasaan tidur larut sering dihubungkan dengan tekanan dari pekerjaan, gaya hidup yang berorientasi digital, atau tuntutan dalam dunia akademik.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa dampak jangka panjangnya tidak boleh dianggap remeh. Selain demensia, masalah tidur juga berhubungan dengan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, hingga depresi.
Upaya untuk mencegah demensia bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana. Yaitu dengan tidur yang cukup, pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, serta terlibat dalam aktivitas sosial dan intelektual. Memelihara kesehatan otak sejak dini merupakan investasi jangka panjang yang sangat berharga.
Oleh karena itu, seberapa pintar pun Anda, jika kebiasaan tidur terus dikorbankan, waspadalah. Demensia dapat mengintai dengan tenang di balik kebiasaan begadang. (Antara/alodokter/Z-2)
Begadang bukan hanya sekali terlambat tidur, tapi lebih ke kebiasaan terus-menerus begadang, yang berdampak buruk pada kesehatan secara jangka panjang.
Meskipun sesekali begadang mungkin tidak memberikan dampak serius, begadang yang dilakukan secara rutin dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental
Kebiasaan begadang sering dilakukan oleh banyak orang karena berbagai alasan, seperti tuntutan pekerjaan, tugas kuliah, atau keinginan untuk menikmati waktu luang.
Untuk menghindari dampak negatif ini, usahakan tidur 7-9 jam per malam, kurangi penggunaan gadget sebelum tidur, dan buat jadwal tidur yang teratur.
Sering begadang dapat memberikan berbagai dampak buruk bagi kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian terbaru menunjukkan antibiotik, antivirus, dan vaksin dapat berpotensi mengurangi risiko demensia, membuka jalan baru dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif ini.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan pria yang memiliki risiko penyakit jantung berpotensi mengalami demensia hingga satu dekade lebih awal dibandingkan perempuan dengan risiko yang sama.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan meningkatkan konsumsi makanan dan minuman yang kaya flavonoid, seperti beri, teh, dan anggur merah, menurunkan risiko demensia hingga 28%.
Para ilmuwan di University of Edinburgh dan University of Dundee akan menganalisis lebih dari satu juta pemindaian otak menggunakan kecerdasan buatan dari proyek NEURii.
Studi awal menemukan risiko demensia meningkat sebesar 14% bagi mereka yang mengonsumsi sekitar 1 ons daging merah olahan setiap hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved