Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Darurat Kesehatan Global, WOAH: Virus Flu Burung Berdampak Lebih Luas

Ihfa Firdausya
26/5/2025 10:07
Darurat Kesehatan Global, WOAH: Virus Flu Burung Berdampak Lebih Luas
Ilustrasi--Peternakan ayam di Aceh, Indonesia.(AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

FLU burung telah menimbulkan dampak parah pada ekosistem, perdagangan, dan ketahanan pangan. Hal itu seiring meluasnya wabah dan berdampak pada lebih banyak spesies.

Menurut laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), kasus flu burung yang menyerang mamalia meningkat dua kali lipat pada 2024 yakni 1.022 dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 459.

Selama periode yang sama, 943 wabah dilaporkan terjadi pada unggas, bersama dengan 2.570 wabah pada spesies nonunggas, termasuk 1.548 di antara burung liar. Insiden ini menyebabkan hilangnya lebih dari 82,1 juta unggas.

Selama dua dekade terakhir, lebih dari 633 juta burung telah punah baik karena infeksi maupun pemusnahan sebagai bagian dari upaya untuk menahan penyebaran virus. 

"Perkembangan penting pada 2024 adalah peningkatan wabah HPAI pada mamalia," ungkap laporan tersebut seperti dilansir dari Euronews, Senin (26/5).

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa flu burung bukan lagi masalah musiman atau regional, seiring laporan berbagai kasus secara global sejak 2022. 

Virus ini telah memengaruhi spesies baru burung liar, unggas peliharaan, dan semakin banyak spesies mamalia, termasuk ternak dan hewan peliharaan.

WOAH memperingatkan bahwa flu burung telah berkembang melampaui krisis kesehatan hewan menjadi keadaan darurat global, yang mengancam pertanian, ketahanan pangan, perdagangan, dan ekosistem.

Risiko bagi kesehatan manusia

Dalam beberapa kasus, virus telah menyebar ke manusia, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang potensinya untuk berkembang menjadi krisis kesehatan masyarakat yang lebih luas.

Situasi ini misalnya sangat mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS). Wabah flu burung di antara unggas dan sapi perah telah menyebabkan 67 kasus manusia yang dikonfirmasi dan satu kematian.

Di Eropa, belum ada infeksi pada manusia dan belum ada laporan virus pada sapi. Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), genotipe yang saat ini beredar di AS belum terdeteksi di Eropa.

Meskipun risiko infeksi pada manusia tetap rendah, WOAH memperingatkan bahwa seiring dengan semakin banyaknya spesies mamalia yang terinfeksi, kemungkinan virus beradaptasi untuk memungkinkan penularan dari mamalia ke mamalia dan berpotensi menular ke manusia meningkat.

Laporan WOAH menyatakan bahwa skala dan kompleksitas wabah penyakit yang sedang berlangsung ini memerlukan tindakan segera di luar langkah-langkah pengendalian tradisional.

Vaksinasi dapat menawarkan solusi atau setidaknya berfungsi sebagai pelengkap yang berharga bagi langkah-langkah tradisional, karena vaksin tidak hanya dapat mengurangi penyebaran wabah tetapi juga tingkat keparahan infeksi.

Pada Oktober 2023, Prancis menjadi negara Uni Eropa pertama yang meluncurkan kampanye vaksinasi nasional terhadap flu burung pada bebek, karena peran utama mereka dalam penularan penyakit.

Menurut laporan tersebut, inisiatif ini membantu mengurangi jumlah wabah dari yang diproyeksikan 700 menjadi hanya 10. 

Selain vaksin hewan, beberapa negara telah memulai vaksinasi di antara orang-orang yang berisiko tertular flu burung, seperti pekerja peternakan unggas. 

Tahun lalu, Komisi Eropa membeli 665.000 dosis vaksin pra-pandemi yang menargetkan influenza burung dan mengambil opsi untuk 40 juta dosis selama empat tahun ke depan, sebagai persiapan untuk kemungkinan penyebaran ke manusia di masa mendatang. 

Finlandia adalah negara pertama yang menerima kiriman tersebut setelah melaporkan menjadi negara pertama di dunia yang mulai memvaksinasi manusia. (Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya