Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Kembalinya virus flu burung yang sangat patogen (HPAI), khususnya galur H5N1, telah menimbulkan kekhawatiran serius di seluruh dunia. Ancaman ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan hewan, tetapi juga berpotensi berbahaya bagi manusia. Dalam hal ini, peran personel pencegahan infeksi menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko terkait dengan virus yang terus berkembang ini.
H5N1 telah menyebabkan wabah besar pada burung liar dan unggas, mengakibatkan kematian massal serta dampak ekonomi yang signifikan. Meskipun flu burung lebih umum menyerang unggas, terdapat beberapa kasus infeksi pada manusia, terutama di kalangan orang yang melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Saat ini, risiko penularan dari manusia ke manusia masih tergolong rendah. Namun, menurut CDC, mutasi pada virus dapat mengubah pola perilakunya, sehingga menjadi ancaman kesehatan global yang perlu diwaspadai.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi mamalia, seperti kucing, anjing, kuda, cerpelai, dan anjing laut, yang menunjukkan potensi adaptasi lebih lanjut. Penularan lintas spesies ini semakin menegaskan perlunya tindakan biosekuriti yang lebih ketat di sektor pertanian maupun kesehatan.
Meskipun penularan H5N1 pada manusia masih terbatas, kasus-kasus penyakit yang terjadi tetap mengkhawatirkan. Salah satunya adalah seorang gadis berusia 13 tahun dari British Columbia, Kanada, yang hampir kehilangan nyawa pada awal November. Gadis tersebut memiliki riwayat asma ringan dan indeks massa tubuh yang tinggi, melebihi 35. Dia datang ke unit gawat darurat dengan gejala demam dan konjungtivitis. Setelah pulang, ia kembali ke UGD karena muntah, diare, dan gangguan pernapasan.
Penularan virus H5N1 pada manusia umumnya terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unggas yang terinfeksi.
Saat ini, telah tercatat 66 kasus manusia terinfeksi di AS, namun angka ini mungkin lebih tinggi karena adanya jenis flu lain yang dapat menimbulkan kesalahan diagnosis, menurut Richard J. Webby, PhD, anggota Fakultas Rumah Sakit Riset St. Jude dan direktur Pusat Kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Studi Ekologi Influenza pada Hewan dan Burung.
“Perawatan untuk influenza A dan B pada dasarnya sama, sehingga tes untuk menentukan subtipe seperti H1 atau H3 seringkali tidak dilakukan. Namun, saat musim flu, banyak kasus flu dilaporkan, termasuk potensi kasus flu burung H5N1. Karena itu, sampel akan diperiksa lebih lanjut, terutama jika muncul di luar musim flu.”
Para ahli pencegahan infeksi harus selalu memantau perkembangan terkini dari CDC dan penyebaran penyakit ini. Beberapa langkah penting yang perlu diambil meliputi:
Seiring dengan perkembangan H5N1, para profesional di bidang pencegahan infeksi perlu tetap waspada, memperbarui protokol mereka, dan melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman yang berpotensi signifikan. (infectioncontroltoday/Z-11)
Kondisi flu burung ini bahkan telah ditetapkan sebagai keadaan darurat karena lebih dari 300 sapi perah telah menjadi korbannya.
SEORANG anak perempuan berusia dua tahun di Kamboja telah meninggal dunia setelah terinfeksi virus flu burung H5N1
Penyebarannya menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap peternakan unggas, ketahanan pangan, dan mata pencaharian jutaan orang, yang paling banyak memengaruhi populasi miskin.
Untuk pertama kalinya, American Academy of Pediatrics (AAP) mengubah pendiriannya dengan menyatakan bahwa orang dengan HIV bisa menyusui bayinya jika mereka mengikuti pedoman tertentu
Ketika virusnya sudah terkontrol maka pemerintah harus bisa mengupayakan agar pemeriksaan dan pengambilan obat dilakukan tiga bulan sekali saja.
Hepatitis A bisa menjadi normal kembali karena dia biasanya menyerap inflamasi di sekitar hati.
RSV ialah infeksi yang utamanya menyerang sistem pernafasan terutama pada populasi rentan seperti bayi, anak kecil, dan orang dewasa lanjut usia.
Anak yang menderita cacar tetap dianjurkan untuk mandi serta tidak menggaruk lesi kulit, dan menjaga agar luka tetap kering.
Anak usia bawah lima tahun (balita) sangat rentan terkena infeksi virus ringan, dengan kemungkinan terpapar hingga 8-12 kali dalam setahun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved