Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PERUBAHAN iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, tetapi juga mempengaruhi kesehatan manusia secara signifikan. Kenaikan suhu udara, peningkatan intensitas cuaca ekstrem, hingga penurunan kualitas air menjadi sejumlah faktor pemicu meningkatnya penyakit menular. Salah satunya adalah tuberkulosis (TB), penyakit yang hingga kini masih menjadi perhatian nasional dan global.
Peneliti Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) BRIN, Dianadewi Riswantini, mengungkapkan bahwa perubahan iklim turut berkontribusi terhadap penyebaran penyakit Tb di Jawa Barat.
"Studi Climate Epidemiology yang kami lakukan bertujuan untuk memahami, merencanakan, dan mencegah berbagai dampak perubahan iklim. Selain itu, hasilnya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengantisipasi risiko kesehatan dan menyusun strategi adaptasi untuk melindungi kesejahteraan masyarakat," kata Diana dalam keterangannya, Sabtu (24/5).
Perubahan ekologi vektor akibat perubahan iklim dapat memicu peningkatan penyakit yang ditularkan melalui hewan perantara seperti nyamuk, termasuk malaria, demam berdarah (dengue), dan cikungunya.
Selain itu, perubahan cuaca ekstrem berpotensi menimbulkan gangguan pernapasan, seperti asma dan alergi. Dampak lain dari perubahan iklim juga menyebabkan penyakit, seperti tifus, kolera, diare, serta gangguan gizi (malnutrisi).
"Kondisi lingkungan yang semakin tidak stabil turut mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Paparan panas ekstrem juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke, yang dalam kasus tertentu dapat berujung pada kematian," ungkapnya.
Dalam riset bertajuk Potential Risk of New Tuberculosis Cases in West Java, tim peneliti BRIN melakukan analisis risiko spasial dan temporal terhadap sebaran kasus TB baru di wilayah Jawa Barat.
Penelitian tersebut memanfaatkan data dari tahun 2019 hingga 2022 yang bersumber dari BPJS, BPS Jawa Barat, Open Data, serta data iklim dari Copernicus Climate.
Hasilnya menunjukkan bahwa Kabupaten Karawang, Majalengka, dan Kuningan memiliki interaksi spasio-temporal yang kuat terhadap penyebaran TB.
"Artinya, kasus baru meningkat secara signifikan dalam dimensi ruang dan waktu. Sementara itu, wilayah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Karawang, dan Bandung secara konsisten menunjukkan tingkat risiko relatif tinggi, dengan nilai risiko berkisar antara 1 hingga 15," ujarnya.
Kebijakan dan strategi pengendalian penyakit Tb perlu mendapatkan perhatian lebih untuk wilayah di atas, terutama Kabupaten Karawang.
Penelitian ini juga dilanjutkan dengan pemetaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap insidensi TB. Melalui metode analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data spasial dengan mempertimbangkan efek waktu dalam bentuk persamaan regresi.
Tim peneliti mengidentifikasi sejumlah variabel signifikan, antara lain curah hujan harian, kelembaban udara, kepadatan penduduk, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi layak, tingkat kemiskinan, serta partisipasi masyarakat dalam angkatan kerja.
"Dengan pendekatan ini, kami berharap dapat memberikan masukan berbasis data kepada pemerintah daerah, khususnya dalam menetapkan prioritas wilayah intervensi kesehatan dan strategi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim," pungkasnya.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang distorsi ekonomi dinilai merupakan realita yang ada.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
SEJAK tsunami Pangandaran pada 2006, tim peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN menyimpulkan bahwa tsunami raksasa di selatan Jawa memang pernah terjadi berulang. R
Sesar di Semarang ini sudah pasti ada dan sudah pasti aktif karena ditemukan batuan ataupun endapan yang jadi indikatornya.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Menurut Hanarko Djodi Pamungkas, ketahanan pangan harus dibarengi dengan tanggung jawab menjaga laut dari pencemaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved