Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengapresiasi kebijakan pemerintah di sektor pendidikan. Namun demikian, dia meminta pemerintah untuk memikirkan strategi jangka panjang dalam hal pendidikan.
“Kami berharap ada strategi yang sifatnya long term. Mengacu kepada Astacita Pak Prabowo menuliskan secara eksplisit bahwa pemerintah akan menetapkan upah standar upah minimum bagi guru-guru non ASN. Saya pikir ini langkah yang sangat tepat jika direalisasikan segera sebagai solusi bagi guru-guru non ASN,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (1/5).
“Karena kita tahu kesejahteraan guru-guru non ASN ini jauh dibawah kawan-kawan buruh. Kawan-kawan buruh itu kan punya standar upah minimum ya misalnya DKI itu Rp5,6 juta, daerah lain ada yang Rp3 juta, Rp2 juta. Kalau guru-guru honorer itu tidak ada standar upah minimum sehingga upahnya itu terserah kepala sekolah saja,” lanjut Satriwan.
Selama ini para guru honorer hanya mendapatkan upah Rp300 ribu sampai Rp500 ribu per bulan. Dengan adanya penetapan standar upah minimum bagi guru non ASN seperti guru honorer akan meningkatkan harkat martabat dan kesejahteraan para guru.
Kebijakan seperti ini yang dinantikan daripada isu yang mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan cash transfer sebesar Rp300 ribu pada Hardiknas tahun ini.
“Ini kan rasa-rasanya seperti BLT (bantuan langsung tunai) ya. Jadi guru-guru honorer diberikan transfer Rp300 ribu seperti halnya pemberian BLT. Kami pikir itu sifatnya short term,” ujarnya.
Selain itu, Satriwan menyoroti terkait dengan belum adanya political will dari pemerintah dan DPR untuk membahas RUU Sisidiknas yang sebetulnya sudah masuk Prolegnas.
“Kami belum melihat DPR RI membuka ruang-ruang dialog dengan semua stakeholder pendidikan dan guru sampai hari ini. Kami pun belum membaca naskah akademik ataupun draft rancangan undang-undangnya untuk kita sama-sama uji, untuk kita sama-sama kritik dan memberikan masukan-masukan. Karena kabarnya RUU Sisdiknas ini akan direvisi dengan formula kodifikasi ya kan. Jadi RUU Sisdiknas itu akan mengkodifikasi empat undang-undang sekaligus yaitu UU Sisdiknas, UU Guru dan Dosen, UU Perguruan Tinggi, dan UU Pesantren,” tegas Satriwan.
Sama halnya dengan Sekolah Rakyat yang sampai detik ini pihaknya belum dapat mengakses naskah akademik terkait Sekolah Rakyat
“Hal yang kita baca itu baru pernyataan-pernyataan yang sifatnya itu parsial dari masing-masing kementerian. Misalnya alasannya adalah untuk memberikan akses pendidikan bagi anak-anak yang kategori miskin dan sangat miskin atau desil 1 dan desil 2 istilahnya. Nah anggarannya juga cukup besar dan fantastis Rp100 miliar untuk 1 sekolah. Rencananya akan membangun 1 tahun ini targetnya 100 sekolah kabarnya begitu kan,” jelas Satriwan.
Untuk itu, menurutnya Sekolah Rakyat sejauh ini lemah secara akademis karena belum ada naskah akademis yang dapat diakses sehingga secara pedagogis, sosiologis, ekonomi, dan historis Sekolah Rakyat belum teruji.
“Ada pun Sekolah Rakyat di zaman kolonial adalah sekolah yang diperuntukkan khusus bagi pribumi atau bumiputera. Waktu itu Inlanders yang tidak dapat mengakses sekolah Belanda yang berkualitas,” tuturnya.
Sekolah Rakyat yang cukup mengambil porsi anggaran yang besar juga dikatakan bertentangan dengan efisiensi dari pemerintahan.
Selain itu, perbedaan antara Sekolah Rakyat yang dikelola oleh Kemensos, sekolah umum yang dikelola oleh Kemendikdasmen, dan Sekolah Unggul Garuda yang dikelola oleh Kemdiktisaintek juga berpotensi melanggar Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 yang mengatakan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
“Kalau seperti ini pengelolaan pendidikan kita, pendidikan dasar menengah khususnya gitu. Ini kan berpotensi membuat tumpang tindih. Misalnya Sekolah Rakyat, bagaimana rekrutmen gurunya, bagaimana rekrutmen siswanya. Lagi pula yang berpengalaman melakukan rekrutmen guru, kurikulum, murid, sekolah dasar menengah itu Kemendikdasmen bukan Kemensos. Harusnya ya kalau ini pengelolaannya berdasarkan Undang-Undang tadi, saya rasa ini mestinya dikelola oleh Kemendikdasmen gitu kan, bukan Kemensos. Karena Kemensos juga belum punya reputasi untuk mengelola sekolah, apalagi sekolah berasrama,” ucap Satriwan. (H-3)
BULAN INI kita sedang memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-116 sekaligus Hari Pendidikan Nasional ke-66.
Selama Bulan Pendidikan, Kemendikdasmen menyelenggarakan berbagai kegiatan dan peluncuran program strategis, guna mengajak masyarakat turut serta dalam transformasi pendidikan.
SETIAP bulan Mei, kita diingatkan pada dua tonggak sejarah bangsa yang seharusnya memperkuat arah pembangunan pendidikan nasional.
Peringatan Hardiknas tahun ini menjadi momentum untuk meneguhkan dan memperkuat tekad serta komitmen dalam memajukan pendidikan nasional.
Benyamin menegaskan komitmen pemerintah kota menjadikan pendidikan sebagai alat pemerataan bagi seluruh anak, tak terkecuali mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Literasi digital tak hanya mampu menggunakan perangkat tetapi juga tentang mampu mengevaluasi informasi secara kritis.
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq mengajak semua pemangku kepentingan, terutama pemda dan dinas pendidikan, untuk bersama menguatkan sinergi untuk menyukseskan SPMB.
Ada lima area utama pendekatan pendidikan yang dilakukan Casa Dei Montessori yaitu keterampilan hidup (practical life), sensorial, matematika, bahasa, dan kultural.
Fundtastic kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun generasi cerdas finansial dengan mendukung acara Graduation Sekolah Kanisius tahun ini.
Terdapat potensi tumpang tindih dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional antara sekolah rakyat, sekolah gratis, dan sekolah garuda
PRESIDEN Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintahannya terhadap sektor pendidikan. Dalam pidato yang disampaikan di hadapan civitas akademika Unhan RI
Program ini diharapkan menjadi bagian dari solusi kolaboratif antara sektor swasta dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di wilayah pedesaan dan terluar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved