Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
KANKER kolorektal kini semakin sering menyerang Generasi Z, Milenial, dan Generasi X—kelompok usia 20-an hingga akhir 50-an. Meski penyebabnya masih menjadi misteri medis, pola makan dan gaya hidup diduga berperan besar.
Menurut laporan American Cancer Society, kasus kanker kolorektal pada usia di bawah 55 tahun meningkat dari 11% (1995) menjadi 20% (2019). Studi terbaru mengungkap bahwa risiko 17 jenis kanker, termasuk kolorektal, meningkat drastis di generasi yang lahir setelah pertengahan abad ke-20.
Banyak pasien muda yang didiagnosis kanker kolorektal justru tampak sehat: rajin olahraga, pola makan baik, dan tanpa riwayat keluarga penderita. Bahkan, banyak yang tidak mengalami obesitas—faktor risiko yang selama ini dominan.
Kasus seperti aktor Quentin Oliver Lee (34 tahun) dan Chadwick Boseman (43 tahun) menunjukkan kanker ini bisa menyerang siapa saja. Bahkan aktor James Van Der Beek baru-baru ini didiagnosis di usia 47 tahun.
Tinjauan 81 studi yang melibatkan 25 juta pasien kanker kolorektal di bawah 50 tahun menemukan bahwa tanda awal paling umum adalah darah dalam tinja, nyeri perut, anemia, dan perubahan kebiasaan buang air besar. Sayangnya, banyak pasien mengalami keterlambatan diagnosis hingga 6 bulan, membuat kanker berkembang ke stadium lanjut.
"Jika Anda mengalami perdarahan rektal, nyeri perut, diare, penurunan berat badan tanpa sebab, atau anemia, segera lakukan kolonoskopi," ujar Dr. Wexner.
Kasus kanker kolorektal pada lansia justru menurun berkat tingginya angka skrining. Namun, pada kelompok muda, kepatuhan terhadap skrining masih rendah. American Cancer Society merekomendasikan skrining rutin sejak usia 45 tahun. Sayangnya, hanya 60% yang mematuhi anjuran ini.
"Kolonoskopi adalah standar emas dalam deteksi dini," jelas Dr. Wexner. "Namun banyak orang muda menganggap mereka tidak membutuhkannya."
FDA baru saja menyetujui Shield, tes darah non-invasif untuk mendeteksi kanker kolorektal. Namun, akurasinya masih kalah jauh dibanding kolonoskopi. Tes ini hanya mendeteksi 83% kanker usus besar dan 13% polip, sedangkan kolonoskopi bisa menemukan 95% polip.
"Kami berharap di masa depan ada tes mandiri yang akurat dan bisa dilakukan di rumah," kata Dr. Ramamoorthy. Namun, hingga saat ini, kolonoskopi tetap menjadi alat deteksi terbaik.
Dengan meningkatnya angka kanker usus besar pada usia muda, kesadaran akan gejala awal dan pentingnya skrining harus lebih digalakkan. Jangan abaikan tanda-tanda peringatan—deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa. (Z-10)
Banyak yang bertanya, “Jika orang tua saya menderita diabetes, apakah saya juga akan mengalaminya?” Jawabannya: belum tentu.
Pola makan mencerminkan gaya hidup seseorang dan sangat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sebuah studi menunjukan makanan ultraproses dapat meningkatkan risiko kanker paru sebesar 41% bagi yang sering mengonsumsinya.
Penelitian selama 15 tahun di Swedia membuktikan pola makan sehat dapat memperlambat penuaan dan mengurangi risiko penyakit kronis pada lansia.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Buah-buahan adalah pilihan makanan sehat yang mendukung program diet berkat kandungan nutrisi, serat, dan proteinnya.
Untuk makanan, Ade Rai menyarankan untuk mengendalikan konsumsi karbohidrat dan gula berlebihan.
Jantung sehat alami! Pelajari tips menjaga kesehatan jantung dengan cara sederhana dan efektif. Cegah penyakit jantung sekarang juga!
KIN Dairy mengajak keluarga Indonesia, khususnya generasi muda untuk menjadikan konsumsi susu A2 sebagai bagian dari kebiasaan sehat sehari-hari,
Tips Tidur Cepat dan Bangun Lebih Segar. Atasi susah tidur! Tips ampuh tidur lelap, bangun segar bugar. Energi penuh sepanjang hari, raih produktivitas maksimal!
Masih banyak mitos dan kesalahpahaman seputar diabetes, salah satunya anggapan bahwa ini hanya menyerang orang tua atau hanya karena konsumsi gula berlebih.
Tidur yang cukup dan berkualitas menjadi salah satu pilar utama untuk hidup sehat. Sebagian besar masyarakat kini semakin sadar bahwa tidur optimal tidak hanya meningkatkan daya tahan tubuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved