Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
WAKIL Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengatakan anak yang mengalami kekerasan bisa berujung pada gangguan kejiwaan, bahkan bunuh diri. Di Indonesia, katanya, angka masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja cukup tinggi.
Survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 menunjukkan, 5,5% remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental.
Survei I-NAMHS juga menunjukkan, 34,9% remaja mengalami masalah kesehatan mental, dan 5,5% mengalami gangguan mental. Dari jumlah tersebut, hanya 2,6% yang mengakses layanan konseling.
Prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 1,4%. Prevalensi depresi paling tinggi ada pada kelompok anak muda (15-24 tahun), yaitu sebesar 2%.
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2018 menunjukkan, 9,8% anak-anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan. Data KPAI 2023 ada 46 anak mengakhiri hidup.
“10 tahun belakangan berbagai penyebab anak mengakhiri hidup, antara lain diingatkan tidak selalu main hp; karena nilai pendidikan atau hasil ujian; cyber bullying; perlakuan salah dan manipulatif dari para pelaku yang menjebak anak mengakhiri hidup,” kata Jasra dalam keterangannya, Minggu (2/3).
Kemudian mengikuti tren seperti self harm menyakiti diri, dan bundir karena hamil di luar nikah, diajak orang tua karena berbagai sebab, hingga diajak orang terdekat karena berbagai sebab.
Menurutnya, isu anak mengakhiri hidup masih jauh dari persoalan atau diskursus masyarakat. Akibatnya lebih banyak ditemukan anak sudah berada di stadium 4 dalam dampak gangguan jiwa sehingga sangat terlambat.
“Umumnya anak melakukan ini karena tidak tahu harus apa, tidak terbiasa mengenal akses layanan kejiwaan, perlakukan salah, ketidakmampuan anak menyelesaikan masalah, tertutupnya ruang anak di keluarga, sekolah, dan lingkungan, diawali tidak memiliki rasa aman dengan berbagai sebab, merasa tidak atau jarang mendapatkan apresiasi dalam hal apa pun,” paparnya.
Normalisasi mengakhiri hidup sering dibahas karena penyebab yang terlihat, tapi faktor yang tidak terlihat tidak mau diungkap mendalam. Misalnya lebih melihat penyebab karena kumpul dengan kenakalan anak atau kenakalan remaja, pantas mendapatkan karena di stigma anak nakal (baik di pertemanan, sekolah, lingkungan), atau dianggap mengkonsumsi narkotika, tawuran, dan lain-lain.
“Padahal di balik kondisi yang terlihat, sebenarnya anak anak mengakhiri hidup lebih banyak penyebabnya adalah faktor tidak terlihat, puncak masalah anak, tumpukan masalah anak, dan pembiaran atau pengabaian sekian lama,” kata Jasra.
Berbagai penyebab menjadi rentetan menguatnya keinginan mengakhiri hidup anak, katanya, penting menjadi perhatian. Seperti anak anak yang merasa mengalami ketidakberdayaan dalam masalahnya, munculnya tekanan dan menjadi beban psikologis tinggi, memunculkan rasa kesepian yang sangat lama.
Kemudian perasaan menjadi bagian sesuatu yang sesungguhnya belum sepenuhnya benar, akibat stigma dari orang tua, keluarga teman dan lingkungan.
“Saya berharap Ramadan kali ini, lebih banyak penceramah yang melakukan riyadhoh jiwa (mengolah, raga, rasa jiwa). Pemerintah juga memiliki kesempatan di bulan Ramadan ini, membangun rujukan layanan kejiwaan yang benar di masyarakat, terutama anak. Sehingga tidak ada yang menjauhi layanan kesehatan jiwa, tetapi menjadi kebutuhan,” pungkasnya. (Ifa/M-3)
PERHIMPUNAN Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pemeriksaan kesehatan jiwa berkala bagi peserta Program Pendidikan Dokter PPDS merupakan terobosan
DIREKTUR Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan masyarakat Indonesia perlu meningkatkan literasi dalam penanganan anak dengan autisme.
CONTINIUM of care (CoC) penting untuk kesehatan jiwa. CoC adalah pendekatan holistik yang mencakup seluruh spektrum perawatan kesehatan jiwa.
“Jadi lagu ini aku buat dari pengalaman sendiri, pas lagi di masa suicidal. Masa itu aku sangat kalut, depresi. Aku lagi di mental state yang bikin enggak bisa melihat cahaya di depan,”
Gangguan kesehatan jiwa, seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia, menjadi isu penting di Indonesia. Di Yogyakarta, prevalensi gangguan jiwa tercatat 0,78% pada 2024.
WHO menyatakan bahwa stres merupakan respons alami manusia saat menghadapi tekanan atau perubahan dalam kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami stres.
Temukan 6 kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat meningkatkan hormon stres kortisol. Pelajari cara menghindarinya untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda tetap optimal.
Dari 314 kasus kematian akibat bunuh diri pada 2024 di Singapura, 202 kasus atau 64,3% adalah laki-laki, sementara 112 kasus atau 35,7% sisanya adalah perempuan.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved