Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DOKTER spesialis syaraf lulusan Universitas Sam Ratulangi Jeffry Foraldy Haryanto mengatakan hipertensi bisa menjadi salah satu risiko munculnya aneurisma.
Menurut Jeffry, seseorang yang memiliki hipertensi dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol bisa memengaruhi dinding pembuluh darah melemah, hal ini biasanya dialami salah satunya oleh yang sudah berusia lanjut.
"Padahal dia tidak punya aneurisma, tapi karena dia sudah hipertensi lama tak terkontrol, usianya makin tua kondisi dalam tubuh menurun, dinding pembuluh darahnya sudah mulai lemah. Ketika dia tekanan darahnya tidak terkontrol bisa tuh muncul aneurisma," kata Jeffry, dikutip Senin (10/2).
Dokter yang praktik di Rumah Sakit Hermina Bitung itu, menjelaskan aneurisma adalah pelemahan dari dinding pembuluh darah.
Ketika terjadi kelemahan muncul benjolan-benjolan didinding pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, salah satunya bisa menyebabkan stroke perdarahan.
"Ketika pembuluh darah itu pecah, pendarahan di kepala nah itu yang kita bilang sebagai bom waktunya sudah muncul," ujar dia.
Jeffry mengatakan penyakit metabolik, seperti diabetes, kolesterol, obesitas, juga bisa memicu risiko munculnya aneurisma karena bisa memengaruhi dinding pembuluh darah lemah.
Selain itu, Jeffry menjelaskan penyebab lain munculnya aneurisma adalah adanya kelainan pembentukan. Pada beberapa kasus aneurisma ini bisa muncul pada usia yang muda karena terjadi kelainan pembentukan pembuluh darah itu pas masih kecil.
"Biasanya sifatnya genetik jadi keturunan, misalnya ada riwayat keluarga bahkan beberapa generasi di atas sebelumnya yang kita tidak tahu punya aneurisma, nah itu bakat genetiknya yang diturunkan," ucap dia.
Jeffry menjelaskan aneurisma tidak memiliki gejala yang khas jika ukurannya masih kecil. Namun, aneurisma biasanya bisa terdeteksi jika ukurannya semakin besar.
"Sulit sebenarnya kita bilang gejala khas dari aneurisma, contoh kita punya aneurisma ukurannya masih kecil tidak akan ada gejalanya, kecuali misalnya nanti punya aneurisma tapi seiring jalannya waktu ukurannya semakin besar, ketika di ukuran besar itu ternyata dia ada menyenggol struktur lain di otak misalnya kena ke saraf atau pembuluh darah nah itu bisa menimbulkan gejala," ujar dia.
"Nanti gejala yang muncul tiba-tiba apa, ya itu tadi sakit kepala mendadak, bisa pingsan mendadak, atau ada muncul keluhan neurologis
lain, aneurisma itu biasanya pasti hampir mendadak. Jadi kalau kita bilang gejala khasnya tidak ada," lanjutnya.
Lebih lanjut, Jeffry menambahkan pemeriksaan aneurisma dapat dilakukan salah satunya dengan periksa MRI (magnetic resonance imaging) pembuluh darah otak sebagai langkah mendeteksi lebih awal sebelum pecah. (Ant/Z-1)
Keadaan ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah selama kehamilan, yang memerlukan pengawasan ketat. Penanganan yang baik dapat menghindari masalah serius
Menjaga kesehatan pembuluh darah penting untuk mencegah berbagai penyakit kardiovaskular serius seperti hipertensi, stroke, dan serangan jantung.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal.
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
SEORANG penumpang pesawat Jetstar JQ-110 rute Perth-Denpasar berinisial SRC, 59, warga negara Australia, terjatuh dan pingsan di area kedatangan internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Minggu (6/7).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa terjadi tanpa gejala. Kenali kategori tekanan darah, risiko, dan pentingnya pemeriksaan rutin.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan terdalam pembuluh darah.
Dalam dunia kerja, obesitas dapat mengganggu keberlangsungan produktivitas (brain fog) dan penurunan kesehatan karena penyakit penyerta dari obesitas.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan pentingnya untuk mengukur tekanan darah secara rutin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved