Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perkuat Pengendalian TB Lewat Kerja sama Indonesia-India

Cahya Mulyana
26/1/2025 21:07
Perkuat Pengendalian TB Lewat Kerja sama Indonesia-India
ilustrasi.(Antara)

PAKAR Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama mengatakan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada peringatan Hari Republik ke-76 membuka peluang memperkuat kerja sama pengendalian tuberkulosis (TB).

"Hal yang dapat dipelajari dari India, tentang upaya pengendalian TB yang amat masif di negara itu," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (26/1).

Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara di India pada 2015-2020 mengatakan bahwa India dan Indonesia adalah penyumbang terbesar kasus TB dunia.

"Indonesia berada di urutan kedua, sementara India pertama. Namun, populasi India jauh lebih besar, sehingga keberhasilan mereka dalam mengendalikan TB menjadi pelajaran berharga,” katanya.

Ia mengacu pada pencapaian India yang berhasil menurunkan angka kematian akibat TB dari 28 per 100.000 penduduk pada 2015 menjadi 23 per 100.000 penduduk pada 2022.

Selain itu, jumlah kematian akibat TB turun signifikan dari 494.000 kasus pada 2021 menjadi 331.000 kasus pada 2022.

India juga berhasil mencapai target pengobatan pada 95 persen pasien TB di tahun 2023, sebuah capaian yang patut dijadikan acuan, kata Tjandra menambahkan.

“Peran fasilitas kesehatan pemerintah sangat dominan, tetapi kontribusi sektor swasta juga meningkat pesat, dari menangani 190.000 kasus pada 2015 menjadi 840.000 kasus pada 2023,” katanya.

Tjandra menekankan pentingnya strategi India yang menyasar faktor risiko TB, seperti kurang gizi, HIV, diabetes, alkohol, dan kebiasaan merokok.

Untuk pasien TB yang kurang gizi, kata Tjandra, pemerintah India memberikan bantuan langsung berupa uang bulanan dan keranjang makanan, sebuah program yang menurutnya layak dipertimbangkan di Indonesia.

Ia juga menyoroti risiko TB yang lebih tinggi pada penderita HIV, diabetes, dan kebiasaan tertentu.

“HIV meningkatkan risiko TB hingga 20 kali, sementara diabetes meningkatkan risiko 2-3 kali lipat dan terkait dengan resistensi obat TB. Faktor-faktor ini menjadi tantangan besar yang harus kita tangani,” katanya.

Ia juga mengusulkan agar Indonesia mempertimbangkan penerbitan laporan nasional serupa India TB Report 2024 untuk meningkatkan transparansi dan evaluasi pengendalian TB di Tanah Air.

“Pengalaman India dapat menjadi benchmark yang baik bagi Indonesia untuk mengembangkan kebijakan TB yang lebih efektif,” katanya. (Ant/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya