Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KONSUMSI gula yang tinggi tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan fisik, tetapi juga berhubungan erat dengan peningkatan risiko gangguan mental, termasuk depresi. Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik di RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Rozana Nurfitria Yulia dikutip dari Antara Kamis (23/1).
“Sayangnya, gula memang terkait erat dengan depresi. Banyak orang yang mengira bahwa mengonsumsi makanan atau minuman manis bisa menjadi solusi ketika merasa tertekan. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Gula hanya akan memperburuk kondisi,” jelas Rozana.
Konsumsi gula berlebih dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres. Gula yang tinggi dalam tubuh menyebabkan inflamasi atau peradangan, yang kemudian merangsang pelepasan kortisol.
Kondisi ini menciptakan lingkaran setan di mana gula darah meningkat, hormon stres melonjak, dan risiko depresi semakin tinggi.
“Kortisol yang meningkat akibat konsumsi gula berlebih justru memperparah kondisi mental. Jadi, mengonsumsi gula ketika sedang merasa tertekan bukanlah solusi, melainkan masalah baru,” tambahnya.
Rozana mengutip sebuah penelitian besar yang melibatkan 1,3 juta orang. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi gula sebanyak 100 gram per hari dapat meningkatkan risiko depresi hingga 28%. Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya untuk membatasi asupan gula, terutama dari minuman yang kandungan gulanya sering tidak disadari.
“Masyarakat perlu lebih waspada terhadap konsumsi gula, terutama dari minuman manis yang sering kali tidak kita ketahui kandungannya. Asupan gula yang tinggi tidak hanya berhubungan dengan penyakit metabolik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental,” katanya.
Gula berasal dari karbohidrat yang dipecah menjadi glukosa oleh tubuh. Glukosa menjadi sumber energi utama otak, dengan sekitar 20% dari asupan karbohidrat digunakan untuk kebutuhan energi otak. Namun, kelebihan glukosa dapat memengaruhi fungsi otak secara negatif.
“Konsumsi gula berlebih dapat memengaruhi fungsi memori otak. Gula yang tinggi memicu pelepasan dopamin, hormon yang memberikan rasa senang, sehingga menimbulkan efek adiktif. Akibatnya, orang cenderung ingin mengonsumsi gula lagi dan lagi,” papar Rozana.
Efek adiktif dari gula bahkan disamakan dengan zat adiktif seperti narkotika. Ketika seseorang terbiasa dengan kadar gula tertentu, tubuh akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama.
Misalnya, jika hari ini satu sendok gula dalam teh sudah cukup, esok harinya mungkin diperlukan dua sendok untuk mendapatkan rasa yang sama.
“Efek adiktif gula tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga memengaruhi memori. Orang yang sering mengonsumsi karbohidrat tinggi cenderung menjadi pelupa. Jadi, jika Anda sering lupa-lupa, coba periksa asupan gula Anda,” ungkapnya.
Konsumsi gula yang berlebihan tidak hanya meningkatkan risiko penyakit metabolik, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan mental dan fungsi otak.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih memperhatikan asupan gula dalam makanan dan minuman sehari-hari.
“Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mari kita jaga asupan gula untuk kehidupan yang lebih sehat dan bahagia,” tutup Rozana. (Ant/Z-10)
WHO menyatakan bahwa stres merupakan respons alami manusia saat menghadapi tekanan atau perubahan dalam kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami stres.
Temukan 6 kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat meningkatkan hormon stres kortisol. Pelajari cara menghindarinya untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda tetap optimal.
Dari 314 kasus kematian akibat bunuh diri pada 2024 di Singapura, 202 kasus atau 64,3% adalah laki-laki, sementara 112 kasus atau 35,7% sisanya adalah perempuan.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
PENELITIAN di Finlandia menemukan hubungan antara mikrobioma atau bakteri usus tertentu dan depresi. Hasil penelitian itu dimuat dalam laman Science.
Diet yang mengurangi asupkan kalori secara ekstrem, bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Orang depresi dalam kondisi relapse bisa sangat sulit untuk membuka mata, apalagi berinteraksi atau melakukan aktivitas.
"Kalimat 'semangat ya' itu seringkali tidak membantu, malah memperburuk keadaan. Lebih baik katakan, 'aku nggak tahu kamu sedang melalui apa, tapi aku ada di sini kalau kamu butuh'.
Depresi tidak hanya memengaruhi emosi, tapi juga dapat merusak struktur otak seperti hippocampus dan prefrontal cortex.
Tidur lebih dari 9 jam setiap hari bisa menjadi gejala depresi yang serius. Kenali hubungan antara oversleeping, hypersomnia, dan gangguan suasana hati.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved