Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Lonjakan Infeksi Saluran Napas di Tiongkok, Akankah Berpotensi Pandemi?

Ari Baskoro, Pengajar Senior Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
14/1/2025 10:09
Lonjakan Infeksi Saluran Napas di Tiongkok, Akankah Berpotensi Pandemi?
Adi Baskoro, Pengajar Senior Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya(Dok. Trigger.id/pribadi)

KINI semua perhatian dunia tertuju ke Tiongkok. Khususnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Banyak kekhawatiran tentang membludaknya pasien di beberapa rumah sakit di negara Tirai Bambu itu. Ada apa? Infeksi saluran napas (ISN) yang mirip flu, diberitakan merebak. Mayoritas yang terpapar adalah anak-anak dan lansia. Otoritas setempat menyatakan, ada dua jenis virus sebagai biang penyebabnya. Masing-masing adalah Influenza A dan human metapneumovirus (HMPV). Disinyalir melonjaknya insiden penyakit saluran napas itu, ada hubungannya dengan musim dingin yang sedang melanda sebagian negeri Panda.

Tidak hanya rakyat Tiongkok, masyarakat dunia pun masih trauma dengan pandemi COVID-19. Pasalnya, awal merebaknya COVID-19 juga berasal dari Tiongkok. Tepatnya di kota Wuhan, Provinsi Hubei. Kejadiannya juga musim dingin, bulan Desember tahun 2019.

Sejatinya melonjaknya kasus ISN yang berat, bukan kali ini saja terjadi di Tiongkok. Pada tahun 2023 terjadi hal serupa. Peristiwanya dimulai pada pertengahan Oktober, saat musim dingin baru dimulai. Kala itu menimbulkan kecemasan di berbagai negara, karena sempat diberi label “pneumonia misterius”. Pangkal masalahnya dipicu oleh dua jenis mikroba. Masing-masing adalah Respiratory syncytial virus (RSV) dan bakteri Mycoplasma pneumonia (MP).

Tiongkok memang negara super padat penduduk. Kondisi lingkungan demikian, sangat memudahkan persebaran mikroba penyebab ISN. Apalagi pada musim dingin, saat seluruh anggota keluarga cenderung berkumpul bersama di rumah.

Mengapa ISN, khususnya influenza, acap kali melanda Tiongkok? Ada suatu penjelasan anekdotal. Apabila sistem kesehatan mampu mendeteksi dan merespons kejadian secara dini, maka segera dapat mengidentifikasi penyebabnya. Namun jika tidak ada upaya tanggap darurat yang adekuat, dikatakan tidak menemukan kasusnya. Nah, sampai suatu saat bila insidennya telah meningkat, baru dilakukan tindakan untuk meresponsnya. Tentu saja sudah terlambat.

Pengalaman pahit beberapa kali dilanda wabah, membuat Tiongkok jadi sangat waspada. Kini negara tersebut memiliki kapasitas global yang terkemuka, dalam mitigasi  influenza.

Influenza

Influenza sering dianggap sama dengan selesma. Padahal mikroba penyebab kedua penyakit itu sangat berbeda. Meski gejalanya mirip, influenza berpotensi lebih berat dan berbahaya.

Ada terminologi yang mungkin tidak terlalu dipahami awam, tetapi penting untuk diketahui. Virus influenza memiliki banyak struktur. Namun yang krusial dan berdampak  langsung pada manifestasi penyakit, diberi kode H/HA (hemaglutinin) dan N/NA (Neuramidase). Hingga kini setidaknya ada 16 subtipe H dan sembilan subtipe N. Virus influenza memiliki tingkat evolusi tertinggi, di antara semua mikroba.  Artinya setiap saat mampu bertukar materi genetik di antara subtipe H dan N. Contoh yang paling fenomenal adalah virus influenza A subtipe H1N1. Virus tersebut bertanggung jawab atas pandemi flu Spanyol tahun 1918. Kala itu diperkirakan menyebabkan 20-100 juta kematian penduduk dunia.

Lagi-lagi virus influenza A H1N1 menimbulkan wabah pada tahun 2009. Meski diberi kode tipe A H1N1, tetapi sedikit berbeda dengan virus “nenek moyangnya” yang asli (virus flu Spanyol). Virus “keturunan” itu, disebut dengan  strain virus H1N1/pdm09 yang bersumber dari babi. Pdm 09 mengartikan pandemi tahun 2009. Oleh karena itu, peristiwanya lebih dikenal dengan pandemi flu babi. Angka kematian resmi yang dilaporkan, sekitar 284 ribu penduduk dunia. Realita di lapangan, disinyalir jauh melampaui angka tersebut.

Galur virus yang bersumber dari unggas/burung, disebut H5N1. Jenis flu tersebut,  pernah terjadi di Indonesia. Pada tahun 2005 tercatat sedikitnya 20 kasus dengan kematian sebanyak 13 orang. Kejadian terakhir kalinya pada tahun 2017. Ada 200 kasus, dengan kematian sebanyak 168 orang.

Masih banyak subtipe virus influenza lainnya. Misalnya H2N2 (flu Asia), H3N2 (flu Hongkong), H7N7, H1N2, dan sebagainya.

Virus influenza terdiri dari tiga “marga” (genus), yaitu influenza A,B, dan C. Di antara ketiganya, virus influenza A paling ganas bila menginfeksi manusia. Namun juga  bisa menyerang hewan, khususnya unggas dan babi. Genus B secara eksklusif hanya menyerang manusia, sedangkan genus C bisa menginfeksi manusia, anjing, dan babi. Infeksi oleh genus C sangat jarang terjadi. Biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak.

Inang alamiah

Sejauh ini, inang paling ideal untuk virus influenza adalah manusia, unggas (terutama burung liar), dan babi. Virus influenza yang menyerang babi, mendapatkan perhatian khusus. Potensi bahayanya sangat tinggi, bila ada dua jenis virus menyerang secara bersamaan. “Perkawinan” keduanya pada babi, bisa “melahirkan” virus influenza jenis baru yang berbeda dengan kedua “induknya”. Perubahannya bisa hanya sebagian, tetapi bisa juga total. Virus “keturunan” baru inilah yang bisa  berbahaya dan berpotensi memicu terjadinya pandemi.

Human metapneumovirus (HMPV)

HMPV dan RSV relatif lebih sering menyerang anak balita, khususnya di bawah usia satu tahun. Namun juga dapat menyerang orang dewasa, terutama lansia. Antara HMPV, RSV, dan influenza, ketiganya cenderung bersifat musiman. Artinya menimbulkan peningkatan kasus pada musim tertentu, khususnya musim dingin dan semi.

Gejala yang diakibatkan ketiga macam virus tersebut relatif sama, seperti gejala influenza pada umumnya. Prinsipnya, penyakit-penyakit tersebut dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Sistem imunitas yang kompeten pada seseorang, mampu mengeliminasinya. Namun pada individu dengan gangguan imunitas (immunocompromised), berisiko mengakibatkan penyakit yang berat, bahkan fatal. Misalnya pada perempuan hamil, balita, lansia, dan individu yang memiliki komorbid atau penyakit kronis.

Sejatinya mayoritas penduduk dunia sudah pernah terpapar oleh ketiga macam virus tersebut. Hal itu bisa dibuktikan dengan terdeteksinya antibodi masing-masing. Namun pada influenza, bisa memiliki makna yang berbeda. Apabila "lahir” jenis virus influenza strain baru, antibodi yang sudah terbentuk tidak mampu mengenalinya lagi.  Akibatnya berisiko memantik pandemi.

Pencegahan

Seperti halnya COVID-19, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) efektif  mencegah ketiga macam penyakit virus di atas. Pencegahan spesifik berupa vaksin influenza, bisa diindikasikan terutama pada individu immunocompromised. Vaksin influenza trivalen (mengandung komponen dari dua galur subtipe A dan satu galur subtipe B), efektif mencegah influenza musiman. Karena potensi evolusinya tinggi, vaksin influenza harus diperbarui setiap tahun.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya