Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menyelenggarakan puncak dari program kolaborasi akademik internasional bersama Konsorsium Tiga Universitas Belanda selama satu semester penuh terhitung sejak awal September 2024. Program kolaborasi ini menyatukan 29 orang mahasiswa Jenjang Sarjana dari Univeristas Leiden, TU Delft, Erasmus (LDE), dan 9 orang mahasiswa dari Univeristas Indonesia untuk belajar bersama di Kampus FISIP UI Depok.
“Berbagai aktivitas dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut, mulai dari kuliah mimbar, diskusi kelas, dinamika kelompok kecil, penyusunan proposal. Para dosen juga melakukan pendampingan studi lapangan ke sejumlah lokasi di kawasan Depok, Jakarta dan Bekasi selama dua minggu penuh,” kata Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FISIP UI Nurul Isnaeni dalam keterangan persnya, Minggu.
Nurul menyebutkan, "The Joint Minor Program", ini merupakan program yang bertujuan memberikan ruang belajar yang interaktif bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran mereka dengan pendekatan sains sosial yang bersifat multidisiplin. Para dosen dan mahasiswa saling berbagi pengetahuan mengenai beragam isu terkait tantangan-tantangan global dalam pembangunan kawasan urban kontemporer di seluruh penjuru dunia.
“Isu sosial, budaya, lingkungan hidup, digital, kaum muda, konflik, keberagaman dan sebagainya dibahas para mahasiswa dalam program ini,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, pada presentasi tugas akhir Jumat (13/12), para mahasiswa berhasil memaparkan hasil kajian riset lapangan mereka, dengan topik-topik seperti Waste Management Challenges in Jakarta, Green Islam, Plastic Crisis in Jakarta, the Interfaith Harmony in Kampung Sawah Bekasi, Negotiating New Heritage in Depok Lama, Youth Policy Issues in Pondok Cina yang berlangsung di Auditorium Juwono Sudarsono.
“Program ininjuga menggabungkan berbagai metode seperti student-based learning dan experiential learning, dinamika interaksi mahasiswa antar sesamanya dan dengan lingkungan sekitarnya, termasuk bersentuhan dengan masyarakat lokal, sebuah dialog lintas budaya, tradisi, disiplin keilmuan, dan nilai-nilai, yang sangat kaya dan mendalam,” paparnya.
Nurul berharap, program ini bisa berdampak pada pengembangan dan penguatan sikap saling mengerti dan menghormati dalam menghadapi keberagaman dan kompleksitas persoalan pembangunan. “Tentu saja, sebagai calon generasi pemimpin masa depan, karakter demikian patut dibanggakan dan dimiliki para mahasiswa,” pungkasnya.
Director KITLV - Leiden Indonesia Marrikk Bellen dalam sambutan penutupannya menyatakan rasa bangganya karena program ini telah memberikan pengalaman yang sangat kaya bagi mahasiswa.
"Para mahasiswa dari Indonesia dan Belanda telah membuat program ini sangat berarti bukan saja dengan jalinan persahabatan baru yang terbentuk tetapi juga karena mereka telah berkontribusi menghadapi tantangan permasalahan global untuk menjadikan dunia ke depan tempat yang lebih baik".
Salah satu peserta kuliah dari TU Delft Samy Bourjila mengungkapkan dirinya sangat senang bisa tinggal di lingkungan yang mayoritas Muslim. Walaupun tinggal di belahan dunia lain, dirinya benar-benar merasa seperti di rumah sendiri.
“Inilah salah satu alasan saya ingin melakukan proyek tentang Islam, yang menurut saya tidak akan pernah bisa saya lakukan di Belanda, tempat saya belajar teknik,”
Ia menyebutkan, dirinya begitu menyukai bagaimana program tersebut disusun, mulai dari kunjungan hingga melakukan penelitian lapangan sendiri. “Saya merasa sangat bersyukur bisa merasakan Indonesia dengan cara ini, lebih dari sekadar turis,” ujarnya.
Sementara salah satu peserta dari FISIP UI Bennedicta Vania menambahkan, dirinya bersyukur mengikuti program ini bisa bekoneksi dan berkolaborasi baik dengan sesama mahasiswa UI maupun mahasiswa dari luar negeri. “Saya percaya bahwa pembelajaran tidak hanya diperoleh secara formal melalui kelas dan buku, tetapi juga melalui diskusi yang memberikan perspektif baru dan program memberikan kesempatan itu,” ungkapnya. (H-2)
Kala itu Hasya hendak pergi ke indekos salah satu temannya. Dalam perjalanan, tiba-tiba sepeda motor di depannya melaju lambat.
Fisip UI menambah guru besar dalam bidang Ilmu Hubungan Internasional dengan digelarnya Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Fredy Buhama Lumban Tobing M.Si.
Kuliah Kebangsaan adalah kuliah umum yang mengundang tokoh bangsa untuk didengar pendapatnya oleh sivitas akademika secara jernih.
Tahun ini, Dies Natalis FISIP UI, mengangkat tema “56 Tahun Perjalanan FISIP UI untuk Negeri”.
Tiga Dekan yang berasal dari FIB UI, FISIP UI, dan Universiti Mayala menekankan pentingnya kerja sama yang lebih erat antarbangsa dalam menghadapi tantangan global.
Apa saja yang membuat mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami hopelessness?. Mari kita lihat dari dua sisi: internal dan eksternal.
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Bunga peony sendiri biasa dikenal dengan bunga yang menjadi simbol dari kekayaan dan kemakmuran karena bunga ini hanya ditanam di taman istana pada zaman dahulu.
Kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.
Tak hanya mengajar, Widiastuti juga aktif menerbitkan karya, salah satunya buku terbaru dari luaran disertasinya berjudul Sekolah Bertransformasi, Guru Berdedikasi 2024.
ESMOD Jakarta kembali menggelar acara terbesar mereka, Creative Show 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved