Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Stop Pemakaian Berlebihan: Berikut 2 Penyakit yang Tidak Harus Diobati dengan Antibiotik

Abriel Okta Rosetta
10/12/2024 23:33
Stop Pemakaian Berlebihan: Berikut 2 Penyakit yang Tidak Harus Diobati dengan Antibiotik
Penggunaan antibiotik(Ilustrasi)

PENGGUNAAN antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko resistensi antimikroba (Antimicrobial Resistance - AMR), sebuah masalah kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan.

Salah satu penyebab utama dari AMR adalah pemahaman yang keliru mengenai penyakit yang memerlukan pengobatan antibiotik.

Dua penyakit yang sering kali disalahpahami dalam hal ini adalah flu dan diare.

Dalam seminar media online yang diadakan pada Selasa (10/12), Dokter Spesialis Anak Konsultan Infeksi Edi Hartoyo menjelaskan bahwa tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik.

“Antibiotik dirancang untuk melawan infeksi bakteri, bukan virus atau alergi. Sayangnya, banyak masyarakat yang menganggap antibiotik sebagai solusi universal untuk berbagai jenis infeksi,” jelas Edi.

Menurut Edi, flu adalah penyakit yang hampir selalu disebabkan oleh virus. Data menunjukkan bahwa sekitar 60% kasus flu disebabkan oleh virus, yang berarti antibiotik tidak efektif untuk mengobati penyakit ini. Flu dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh berfungsi dengan baik.

“Ciri utama penyakit akibat virus adalah gejala seperti demam ringan, batuk, pilek dengan cairan ingus bening, dan biasanya akan membaik dalam beberapa hari tanpa antibiotik,” tambahnya.

Namun, flu yang disebabkan oleh virus sering kali disalahartikan sebagai infeksi bakteri, terutama ketika gejala seperti pilek tidak kunjung sembuh.

Antibiotik hanya diperlukan jika terdapat tanda infeksi bakteri sekunder, misalnya, ingus yang berubah menjadi hijau kental, gejala yang memburuk setelah lima hingga tujuh hari, atau komplikasi seperti sinusitis.

Selain flu, diare juga sering disalahpahami sebagai kondisi yang memerlukan antibiotik.

Sebagian besar kasus diare pada anak-anak disebabkan oleh infeksi virus, seperti rotavirus, atau alergi makanan tertentu.

"Diare akibat virus biasanya disertai gejala seperti muntah dan demam, dan harus ditangani dengan rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi," jelas Edi.

Sebaliknya, diare yang disebabkan oleh bakteri seperti E. coli atau Shigella memerlukan antibiotik. Penyakit ini biasanya disertai gejala tambahan, seperti darah pada tinja atau demam tinggi yang berlangsung lama.

Kapan Antibiotik Diperlukan?

Edi menegaskan bahwa antibiotik hanya diperlukan untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Beberapa ciri-ciri infeksi bakteri yang memerlukan antibiotik antara lain:

  1. Cairan ingus yang berwarna hijau kental dan disertai gejala yang memburuk.
  2. Penyakit yang tidak kunjung sembuh setelah tujuh hingga sepuluh hari.
  3. Gejala infeksi yang berat, seperti demam tinggi yang tidak mereda.

"Jika orang tua melihat gejala-gejala ini pada anak mereka, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan diagnosis yang tepat. Jangan memberikan antibiotik tanpa resep medis," pesan Edi.

Pemberian antibiotik tanpa indikasi yang jelas tidak hanya berisiko bagi pasien, tetapi juga berkontribusi pada meningkatnya masalah resistensi antibiotik yang dapat memperburuk situasi kesehatan global. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya