Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Remaja Butuh Dukungan Lingkungan Selama Masa Pencarian Jati Diri

Basuki Eka Purnama
05/12/2024 09:37
Remaja Butuh Dukungan Lingkungan Selama Masa Pencarian Jati Diri
Ilustrasi(Freepik)

GURU Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Rose Mini Agoes Salim mengatakan dukungan dari lingkungan diperlukan dalam masa pencarian jati diri pada remaja yang sedang di masa peralihan ke dewasa.

"Saat seperti ini sedang meraba-raba, maka mereka mengalami masalah dalam hal untuk beradaptasinya juga, ada banyak masalah yang harus diselesaikan oleh remaja juga untuk merasa jiwanya atau dirinya menjadi lebih oke," kata dosen yang biasa disapa Romi itu, dikutip Kamis (5/12).

Romi mengatakan, pada masa ini, remaja mengalami masa sulit dalam hal perkembangan kognitifnya yang terkadang tidak berimbang dengan pertumbuhan fisiknya. Hal ini menyebabkan remaja bisa mengalami kecemasan dalam beradaptasi pada masa peralihan menjadi dewasa.

Maka itu remaja perlu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan berkumpul bersama orang-orang tertentu untuk menentukan kemana arah identitasnya dan menyelesaikan masalah adaptasi.

"Pada waktu ini perlu tanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya untuk mencari teman berkumpul, mencari kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mengidentitaskan dirinya apa, makanya dia kadang-kadang menggunakan identitas dari kelompok musik dan
sebagainya," kata Romi.

Terkait kasus pembunuhan ayah dan nenek oleh seorang remaja, Romi mengatakan remaja juga bisa saja mengalami halusinasi karena kesalahan persepsi yang ia terima dari lingkungan sehingga menyebabkan dia melakukan tindakan tidak rasional.

Kejadian ini juga bisa karena ada dampak dari stres yang dialami remaja karena masalah adaptasi atau mencemaskan sesuatu yang tidak bisa dibagikan ke orang lain termasuk keluarganya.

"Halusinasi juga terjadi kalau misalnya anak demam tinggi, atau kalau halusinasi itu misalnya karena ada stres yang berdampak kepada depresi, ada sesuatu yang dia rasakan atau cemaskan misalnya, kan kita enggak pernah tahu," katanya.

Namun ia mengatakan perasaan cemas yang berujung tindakan negatif belum tentu terjadi pada setiap remaja, namun karena perkembangan kognitifnya yang masih di masa antara anak-anak dan menuju dewasa. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya