Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Fadli Zon Sebut Indonesia Perlu Menemukan Kembali Jati Dirinya

Cahya Mulyana
14/8/2025 18:33
Fadli Zon Sebut Indonesia Perlu Menemukan Kembali Jati Dirinya
Menteri Kebudayaan Fadli Zon.(dok.istimewa)

MENTERI Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya Indonesia menemukan kembali identitas kebangsaannya melalui dialektika kebudayaan yang selama ini membentuk sejarah bangsa.

Berbicara dalam forum GREAT Lecture bertajuk Polemik Kebudayaan Manusia Indonesia: Dunia Baru dan Kebudayaan Baru di Jakarta, Kamis (14/8), Fadli menilai sejarah perdebatan intelektual Indonesia, dari polemik kebudayaan 1930-an antara Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane hingga pertarungan ideologis antara Manifes Kebudayaan dan Lekra pada 1960-an, adalah warisan intelektual penting.

“Yang utama bukan menang atau kalah, melainkan pergulatan pemikiran itu sendiri. Harus ada reinventing Indonesia’s identity, penemuan ulang jati diri Indonesia,” tegasnya.

Kekayaan Budaya?

Fadli menyoroti kekayaan budaya Indonesia yang menurutnya tak tertandingi. Ia menyebut telah mengunjungi 101 negara, namun tak menemukan negara lain dengan keragaman budaya sebanding. Indonesia tercatat memiliki 2.213 warisan budaya tak benda, meski baru 16 yang diakui UNESCO mulai dari wayang, batik, keris, hingga jamu dan reog.

Ia juga mengingatkan amanat Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan peran negara dalam memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia, serta pentingnya menjaga kebebasan masyarakat dalam mengembangkan budaya.

“Budaya kita sangat tua, tapi kini narasinya dibungkam. Padahal, peradaban kita sudah lebih dulu global,” ujarnya, mengacu pada temuan arkeologis seperti Homo erectus berusia 1,8 juta tahun dan lukisan gua tertua di dunia dari Muna dan Maros. “Kita ini melting pot sejak dulu. Nusantara bukan tujuan, tapi titik keberangkatan globalisasi.”

Elite Politik?

Ketua Dewan Direktur GREAT Institute Syahganda Nainggolan menambahkan bahwa elite politik harus memahami budaya lokal di wilayahnya. Ia menyayangkan minimnya diskusi budaya di ruang publik, terutama di media. “Kalau pembicaraan budaya berhenti, kita bisa kehilangan nilai keadaban,” ujarnya, menyoroti kegagalan struktur negara memahami kultur masyarakat.

Sosiolog, Okky Madasari menekankan pentingnya menengok wajah generasi muda Indonesia yang kini kosmopolitan, kreatif, dan kritis. “Mereka bukan hanya pengguna budaya global, tapi juga penantangnya,” katanya. Ia mendukung penulisan ulang sejarah Indonesia, namun menegaskan bahwa proses itu harus melibatkan publik, akademisi, dan sastrawan, bukan dimonopoli pemerintah.

“Yang paling penting adalah kebebasan berbicara dan berkebudayaan. Jangan ada pembungkaman. Jangan ada narasi tunggal,” tegas Okky.

Budaya Emas?

Sementara itu, peneliti GREAT Institute Hanief Adrian memperkuat pernyataan Fadli dengan menyebut kejayaan masa lalu seperti Sriwijaya dikenal sebagai Zabazh di Afrika yang memperkenalkan budaya emas dari Sumatra ke Afrika, lalu ke Eropa dan Arab.

“Kita perlu keberanian untuk mengklaim sejarah kita sendiri. Jika tidak, orang lain yang akan menulisnya, dan kita hanya akan jadi objek,” tandasnya. (Cah/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya