Kedua Orangtua Harus Berperan Membimbing Remaja

Basuki Eka Purnama
03/12/2024 11:19
Kedua Orangtua Harus Berperan Membimbing Remaja
Ilustrasi(Freepik)

PSIKOLOG klinis dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengatakan keseimbangan peran yang dimainkan oleh orangtua dalam memberikan bimbingan sangat penting dalam proses tumbuh kembang remaja.

"Menurut saya, kata yang tepat bukan dominan melainkan berperan. Dalam hal ini, kedua orangtua, baik ayah maupun ibu, berperan aktif dan positif dalam proses tumbuh kembang anak," kata Kasandra, dikutip Selasa 93/12).

Kasandra mengatakan dalam sisi emosional, ibu atau orangtua perempuan berperan amat besar dalam menjaga psikologi anak. 

Di usia remaja, anak cenderung lebih terbuka untuk berbicara dengan orang yang dianggapnya lebih empatik dan lebih memahami perasaan mereka.

Banyak penelitian menunjukkan anak perempuan dan laki-laki di usia remaja sering kali merasa lebih nyaman membuka diri kepada ibu mereka,
terutama ketika berhubungan dengan masalah emosional dan sosial.

Ibu juga sering kali dianggap sebagai figur pengasuh utama yang menyediakan rasa aman dan dukungan emosional yang lebih kuat. 

Dalam situasi penuh tekanan, ketika remaja mungkin merasa terisolasi atau bingung, ibu dapat menjadi sosok yang memberikan rasa empati dan penerimaan yang dibutuhkan untuk membuka komunikasi.

"Ibu sering kali memainkan peran kunci dalam mengajarkan nilai-nilai emosional, seperti empati, kasih sayang, dan pengelolaan konflik. Dalam kasus remaja yang terlibat kekerasan, penting bagi ibu untuk menggali alasan di balik perilaku anak dan memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari tindakannya," ujar Kasandra.

Dari sisi ayah atau orangtua laki-laki, Kasandra mengatakan para remaja sering mencari peran panutan yang bisa memberikan rasa identitas
diri. 

Ayah atau figur laki-laki yang ada di keluarga bisa memberikan model bagaimana menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menjaga kontrol diri, dan menyelesaikan konflik secara sehat.

"Ayah bisa menekankan pentingnya rasa hormat terhadap orang lain, kontrol diri, serta pentingnya pengelolaan kekuatan dan emosi," katanya.

Sosok ayah juga dapat hadir sebagai figur yang lebih menekankan pentingnya struktur, disiplin, dan konsekuensi.

Ketika anak remaja terlibat dalam perilaku ekstrem atau destruktif, ayah bisa lebih berfokus pada memberikan batasan yang jelas dan tegas terhadap perilaku, serta mengajarkan pentingnya konsekuensi dari tindakan tersebut.

Di sisi lain, ayah juga berperan dalam membentuk sisi maskulin dalam diri anak. Remaja laki-laki kerap terlibat dalam kekerasan atau tindakan ekstrem berhubungan dengan konsep identitas maskulin yang salah, seperti kekuatan fisik yang dominan atau dominasi atas orang lain.

Dalam hal ini, sosok ayah dapat berperan dalam mendekonstruksi konsep maskulinitas yang tidak sehat dan mengajarkan nilai-nilai kekuatan yang lebih positif, seperti keberanian untuk berbicara tentang perasaan atau menunjukkan kebaikan.

Dalam kesempatan itu, Kasandra juga menekankan pentingnya orangtua membangun rumah yang dapat dianggap anak sebagai tempat yang nyaman untuk bercerita.

Terkait dengan hal ini, orangtua dapat menerapkan pola asuh yang mengedepankan komunikasi terbuka dan empatik, memberikan dukungan secara emosional saat anak menghadapi masalah, memberikan perhatian dan menyediakan waktu yang berkualitas dan menghargai privasi dan kebebasan anak.

Cara lain yang dapat ditempuh yakni memberikan contoh yang baik serta menjadi menjadi model peran (role model) dalam pengasuhan yang konsisten. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya