Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Risiko Pencernaan yang Dihadapi Bayi Prematur

Basuki Eka Purnama
21/11/2024 09:44
Ini Risiko Pencernaan yang Dihadapi Bayi Prematur
Ilustrasi(Freepik)

PENCEMARAN bayi prematur memiliki perbedaan signifikan dibandingkan bayi cukup bulan. Menurut Dokter Anak dari Universitas Indonesia  Ariani Dewi Widodo, saluran cerna bayi prematur belum berkembang secara optimal karena bayi lahir sebelum waktunya.

"Fungsi motilitas, yang bertugas menggerakkan makanan melalui saluran cerna, belum matang. Akibatnya, pencernaannya menjadi lebih lambat
dan kurang efisien," kata Dokter Spesialis Anak (Konsulen Gastroenterologi - Hepatologi) RSIA Bunda Jakarta itu, saat temu media
memperingati World Prematurity Day, Rabu (20/11).

Selain itu, enzim pencernaan yang berperan dalam penyerapan nutrisi belum diproduksi dengan cukup, sehingga penyerapan nutrisi menjadi tidak
maksimal.

Bayi prematur juga memiliki gut barrier yang masih sangat tipis, sehingga rentan terhadap infeksi dan alergi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan fungsi pencernaan yang belum matang membuat bayi prematur rentan mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux
Disease).

GERD terjadi ketika makanan dan asam lambung naik kembali ke kerongkongan karena otot penghubung antara lambung dan kerongkongan belum sempurna.

"Ini sering ditandai dengan muntah, gumoh berlebihan, atau bayi yang rewel setelah menyusu. Jika dibiarkan, GERD dapat mengganggu pertumbuhan bayi, menyebabkan iritasi esofagus, bahkan masalah pernapasan," ungkap Aryani.

Tidak matangnya saluran cerna juga meningkatkan risiko malnutrisi, lantaran penyerapan nutrisi yang tidak efisien dapat menyebabkan berat badan bayi sulit naik, keterlambatan perkembangan, hingga gangguan pada otak.

Persoalan umum lainnya yang dialami pada bayi prematur adalah alergi susu sapi, karena dinding usus belum matang, protein besar dari susu sapi dapat menembus usus dan memicu reaksi alergi, dengan gejala yang meliputi diare, muntah, atau ruam di kulit.

Oleh sebab itu, Ariani menyarankan pemberian ASI sebagai solusi terbaik, karena ASI alami mudah dicerna, mengandung antibodi, dan risiko
alerginya sangat rendah.

ASI juga bisa membantu perkembangan gut barrier dan melindungi bayi dari infeksi. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya