Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SETIAP ibu pasti menginginkan agar proses persalinannya berjalan dengan normal. Namun, sering kali jadwal Hari Perkiraan Lahir (HPL) terjadi lebih awal. Sehingga bayi tersebut lahir secara prematur.
Seorang ibu yang melahirkan bayi prematur sering kali menganggap sepele perihal skrining (Pemeriksaan Kesehatan). Padahal, skrining kesehatan merupakan hal krusial guna memastikan kesehatan dan kesejahteraan bayi.
Skrining merupakan langkah pemeriksaan awal untuk mendeteksi kelainan pada bayi prematur, sehingga orangtua dapat segera mengambil tindakan yang tepat. Hal ini bertujuan agar kelainan tersebut dapat dicegah atau diatasi sedini mungkin.
Dikutip dari situs Nutriclub.co.id, Kevin Adrian Djantin, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta pada tahun 2015, menyatakan skrining kesehatan bayi yang terlahir prematur sangat penting dilakukan segera setelah kelahiran.
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan apakah bayi memiliki masalah kesehatan yang memerlukan perawatan di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau cukup sehat untuk dirawat di ruang perawatan biasa.
Bayi prematur umumnya terlahir dengan kondisi fisik yang lebih lemah, dengan organ-organnya belum berkembang secara sempurna. Oleh karena itu, pemeriksaan skrining yang cepat sangat dianjurkan untuk mengidentifikasi risiko kesehatan pada bayi prematur sedini mungkin.
Melalui skrining, dokter dapat mendeteksi apakah bayi memerlukan perhatian khusus atau bahkan perawatan intensif. Jika kondisinya dinilai kurang kuat atau berisiko tinggi, bayi prematur akan dirawat oleh dokter spesialis anak di ruang NICU.
Dilansir dari Antara, Konsultan Neonatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Putri Maharani T bersama PPDSp2 IKA FKUI Evelyn Phangkawira menyebutkan bahwa ada tujuh jenis pemeriksaan skrining yang perlu dilakukan bayi prematur yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi kepala bayi
Pemeriksaan kepala bayi ini dapat dilakukan menggunakan Ultrasonografi (USG). Hal ini berfungsi untuk mendeteksi apakah terdapat gangguan pada otak bayi prematur, seperti pendarahan otak.
"Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 28 sampai 32 minggu yang paling utama adalah melakukan skrining kepala. Jika kondisinya cukup serius, pemeriksaan dapat dilakukan hingga usia 34 Minggu," ucap Putri.
2. Pemeriksaan fungsi penglihatan
Sebagai seorang ibu alangkah baiknya agar sejak bayi kita senantiasa memperhatikan pertumbuhan anak kita terutama penglihatan.
Namun, bagi seorang ibu yang memiliki bayi prematur sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan fungsi penglihatan untuk mendeteksi Retinopathy of Prematurity (ROP) atau gangguan mata pada bayi prematur.
Skrining ini disarankan untuk bayi dengan berat di bawah 1.500 gram atau yang memiliki kondisi kesehatan tertentu sesuai rekomendasi dokter.
"Tidak semua bayi prematur perlu skrining mata, umumnya dilakukan pada bayi yang lahir di bawah usia 32 minggu atau beratnya di bawah 1.500 gram, atau jika dokter yang merawat menyarankan skrining mata," sambung Putri.
3. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid pada bayi yang terlahir prematur dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya Hipotiroid bawaan agar dapat ditangani sejak dini.
4. Pemeriksaan fungsi jantung
Jantung merupakan salah satu organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Jika seorang bayi saat lahir tidak menangis maka besar kemungkinan akan memiliki masalah pada organ jantungnya.
Seorang yang melahirkan bayi prematur perlu melakukan USG jantung bayi secara rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan dokter.
5. Pemeriksaan fungsi ginjal
Selain jantung, ginjal juga merupakan organ yang sangat penting. Dengan melakukan pemeriksaan ginjal, orangtua dapat mengetahui adanya penumpukan kalsium atau risiko lain yang mungkin terjadi pada ginjal bayi prematur.
"Semakin muda usia bayi saat lahir, semakin tinggi risiko penumpukan kalsium di ginjal. Oleh karena itu, USG ginjal perlu dilakukan setidaknya sekali sebelum bayi keluar dari rumah sakit," ujar Evelyn.
"Jika ada tumpukan kalsium, kami akan memastikan agar jumlahnya tidak bertambah dan fungsi ginjal tetap normal," sambungnya.
6. Pemeriksaan osteopenia of prematurity (OOP)
Osteopenia of prematurity (OOP) atau kelainan mineral pada tulang kerap terjadi pada bayi yang lahir secara prematur. Dengan melakukan skrining, masalah kesehatan tulang dapat diketahui sejak dini.
7. Pemeriksaan untuk mendeteksi anemia
Bayi yang terlahir prematur biasanya akan rentan terkena anemia prematuritas. Namun, dengan melakukan pemeriksaan skrining, anemia atau kekurangan darah pada bayi dapat dicegah agar tidak semakin parah.
Putri juga menekankan pentingnya buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) khusus bayi kecil yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Buku ini diberikan kepada orangtua setelah kelahiran bayi dan tersedia dalam bentuk cetak maupun elektronik yang bisa diunduh di situs resmi Kemenkes.
Buku KIA untuk bayi kecil memuat informasi tentang pelayanan kesehatan serta perawatan yang dibutuhkan, termasuk panduan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur yang bisa dilakukan orangtua.
Sebagai catatan penting, semakin kecil ukuran dan berat bayi prematur saat lahir, maka semakin lengkap skrining yang perlu dilakukan untuk mendeteksi risiko kesehatan sejak dini.
Jadi, sebagai orangtua, kita juga harus lebih peka dan rajin berdiskusi dengan dokter mengenai skrining apa saja yang diperlukan sesuai dengan kondisi buah hati. (Z-1)
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (2018), prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia 2018 sebanyak 29.5% dari 1.000 kelahiran hidup.
Penelitian terbaru dari Vanderbilt University mengungkap mekanisme regenerasi paru-paru yang dapat menjadi kunci dalam pengobatan penyakit paru-paru yang mengancam bayi prematur.
Keberadaan fasilitas milik RSCM ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perawatan bayi dengan memastikan akses terhadap ASI, baik dari ibu maupun donor, berlangsung dengan aman.
Bayi prematur memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang sehingga mereka rentan atas berbagai infeksi.
Fungsi motilitas, yang bertugas menggerakkan makanan melalui saluran cerna, di bayi prematur belum matang. Akibatnya, pencernaannya menjadi lebih lambat dan kurang efisien
Peran nutrisi, stimulasi, dan pemantauan intensif dalam seribu hari pertama kehidupan bayi prematur menjadi hal yang penting.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved