Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
NYAMUK Wolbachia merupakan teknologi yang aman dan efektif untuk mengurangi penularan virus demam berdarah dengue (DBD). Bakteri yang dapat menghambat virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia merupakan inovasi terbaru dalam upaya penanggulangan demam berdarah.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi telah membentuk tim ahli untuk mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin timbul dalam 30 tahun mendatang terkait pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia. Penilaian risiko ini meliputi identifikasi berbagai bahaya yang dapat mempengaruhi manusia dan lingkungan.
Nyamuk Wolbachia adalah sebutan untuk nyamuk Aedes aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus dengue dan menekan angka kasus demam berdarah. Nyamuk Wolbachia dinilai efektif dalam menanggulangi penyebaran demam berdarah karena kemampuannya untuk menghambat replikasi virus dengue penyebab penyakit tersebut. Selain itu, bakteri Wolbachia juga terbukti efektif dalam mengurangi penyebaran berbagai virus lain, seperti virus zika, chikungunya, dan demam kuning.
Nyamuk Wolbachia merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penyebaran virus penyebab demam berdarah. Upaya ini dilakukan dengan mentransfer bakteri Wolbachia, yang merupakan bakteri alami yang umum ditemukan pada banyak serangga, ke dalam populasi nyamuk Aedes aegypti.
Bakteri Wolbachia bekerja dengan cara mengonsumsi sumber makanan yang diperlukan oleh virus dengue untuk berkembang biak, sehingga virus tersebut mengalami kesulitan dalam reproduksi.
Setelah proses intervensi, nyamuk yang terinfeksi Wolbachia akan dilepaskan untuk berkembang biak dengan nyamuk liar lainnya. Seiring waktu, populasi nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia diharapkan dapat meningkat dan menjangkau seluruh populasi nyamuk di area tersebut.
Selain itu, nyamuk Wolbachia juga beroperasi dengan mekanisme perkawinan yang dapat menghambat perkembangan nyamuk yang tidak mengandung Wolbachia. Berikut adalah penjelasan mekanismenya:
Penting untuk dicatat bahwa nyamuk Wolbachia bukan merupakan hasil rekayasa genetik, melainkan nyamuk yang lahir dari telur yang telah diintervensi dengan bakteri Wolbachia.
Percobaan yang dilakukan di Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 menunjukkan hasil positif dari pelepasan nyamuk Wolbachia, dengan penurunan kasus demam berdarah dan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat penyakit tersebut.
Berdasarkan hasil tersebut, penyebaran nyamuk Wolbachia terbukti efektif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga memastikan bahwa metode ini aman karena memanfaatkan bakteri alami yang telah melalui penelitian yang komprehensif.
Namun, efek dari penyebaran nyamuk Wolbachia baru akan terasa sekitar dua tahun setelah pelepasan, karena jumlah nyamuk Wolbachia yang tersebar belum mencapai tingkat ideal, yaitu sekitar 60% di alam bebas.
Oleh karena itu, keberadaan nyamuk Wolbachia tidak serta merta menghilangkan risiko infeksi demam berdarah. Upaya pencegahan dan pengendalian virus dengue tetap harus dilakukan, seperti menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk menerapkan langkah pencegahan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang sampah. (Kemenkes/P-5)
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Peningkatan kasus DBD Garut tersebut, menyebabkan 8 meninggal dan 7 orang mendapat perawatan di rumah sakit serta yang lainnya berangsur sembuh.
Penurunan kasus DBD di Klaten, menurut Anggit, karena faktor kesadaran masyarakat meningkat dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah.
DINAS Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) menerapkan gerakan 3M Plus termasuk memerangi jentik nyamuk dalam menangani kasus demam berdarah dengue (DBD) yang jumlahnya terus meningkat.
demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya dilaporkan terus meningkat sejak bulan Januari hingga Juli 2025. Tercatat, 471 orang positif terserang nyamuk aedes aegypti.
DALAM kegiatan pengabdian masyarakat Mahasiswa Membangun Desa (MMD) dari Universitas Brawijaya (UB) melakukan pemeriksaan jentik nyamuk cegah demam berdarah dengue (dbd)
Upaya PSN Plus ini mencakup kampanye "Jumat 10 Menit", yaitu kebiasaan rutin membersihkan lingkungan rumah setiap Jumat selama 10 menit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved