Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENGGUNAAN jet pribadi oleh Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang menebeng milik teman Kaesang, ternyata bukan sekadar flexing gaya hidup mewah yang tidak peka terhadap kondisi sosial ekonomi rakyat. Kemewahan tersebut juga berandil besar dalam memperburuk kelaparan, kemiskinan, dan kematian secara global.
Laporan terbaru Oxfam, organisasi nirlaba asal Inggris, meneliti emisi karbon dari 1% orang terkaya di dunia. Emisi itu berasal dari kapal pesiar mewah, jet pribadi, dan investasi dalam industri yang berpolusi.
Seperti dilansir Guardian, Senin (28/10/2024) penelitian Oxfam menemukan bahwa lima puluh miliarder terkaya di dunia menghasilkan rata-rata lebih banyak emisi karbon dalam waktu kurang dari tiga jam daripada rata-rata orang Inggris sepanjang hidup mereka.
Mereka rata-rata melakukan 184 penerbangan jet pribadi dalam satu tahun, menghabiskan 425 jam di udara. Ini menghasilkan karbon sebanyak yang dihasilkan rata-rata orang di dunia dalam 300 tahun. Kapal pesiar mewah mereka mengeluarkan karbon sebanyak yang dihasilkan rata-rata orang dalam 860 tahun.
Dua jet pribadi milik pendiri Amazon Jeff Bezos menghabiskan hampir 25 hari di udara selama periode 12 bulan dan melepaskan karbon sebanyak yang akan dikeluarkan seorang karyawan Amazon AS dalam 207 tahun.
Dua jet milik Elon Musk, orang terkaya kedua di dunia dan kepala Tesla, bersama-sama mengeluarkan CO2 sebanyak dalam periode yang sama dengan emisi selama 834 tahun yang dihasilkan oleh rata-rata orang.
Sementara itu, tiga kapal pesiar milik keluarga Walton, pewaris jaringan ritel Walmart, memiliki jejak karbon gabungan dalam satu tahun sebesar 18.000 ton – jumlah yang mirip dengan 1.714 pekerja toko Walmart.
Analisis Oxfam mengandaikan bila setiap orang di bumi mengeluarkan gas yang menghangatkan planet pada tingkat yang sama dengan rata-rata miliarder, kuota karbon yang tersisa untuk tetap berada dalam batas kenaikan suhu di bumi 1,5 derajat celsius akan habis dalam waktu kurang dari dua hari. Perkiraan saat ini, batas maksimal itu akan terlampaui dalam empat tahun jika emisi karbon tetap seperti sekarang.
Hasil penelitian itu juga mendorong kelompok antikemiskinan akibat ketidaksetaraan karbon menyerukan pemerintah untuk mengenakan pajak tambahan kepada orang-orang superkaya atas emisi karbon yang berlebihan. Kemudian mengunakan tambahan pendapatan pajak itu untuk transisi ke energi bersih dan memberikan kompensasi kepada mereka yang paling terdampak oleh pemanasan global.
Para peneliti Oxfam mengembangkan metodologi untuk menghitung emisi dari kapal pesiar yang mencakup data tentang ukuran kapal, spesifikasi mesin, jenis bahan bakar, jam di laut, dan bahkan generator untuk bak air panas dan AC untuk hanggar helikopter.
"Salah satu temuan utama bagi kami adalah bahwa superyacht sejauh ini merupakan mainan paling berpolusi yang dapat dimiliki oleh seorang miliarder, kecuali mungkin untuk sebuah roket," kata Alex Maitland, salah satu penulis laporan tersebut.
Yang jauh lebih merusak adalah emisi gas rumah kaca dari investasi orang-orang super kaya, yang 340 kali lebih tinggi daripada CO2 dari kapal pesiar dan jet mereka.
Rata-rata, portofolio 50 miliarder dalam penelitian tersebut hampir dua kali lebih berpolusi daripada investasi di indeks saham utama AS. Hampir 40% kepemilikan saham mereka berada di industri yang intensif emisi seperti minyak, pertambangan, pengiriman, dan semen. Banyak dari perusahaan-perusahaan ini juga mempekerjakan pelobi dan profesional pemasaran untuk menunda atau mengganggu tindakan terhadap iklim.
Oxfam mengatakan investasi juga merupakan area yang memiliki potensi terbesar untuk perubahan positif. Hal itu karena, tidak seperti kebanyakan orang miskin dan menengah, miliarder memiliki pilihan tentang cara menggunakan uang mereka. Jika mereka mengalihkan kepemilikan mereka ke dana intensitas karbon rendah, emisi investasi mereka akan 13 kali lebih rendah.
Laporan tersebut juga memproyeksikan konsekuensi mematikan dari ketidaksetaraan karbon. Pada abad mendatang, 1,5 juta kematian berlebih akan disebabkan oleh emisi konsumsi dari 1% orang terkaya.
Dikatakan bahwa tiga dekade terakhir emisi konsumsi kelompok kaya ini telah menyebabkan output ekonomi global turun sebesar US$2,9 triliun (Rp45,6 bliliun) dan kehilangan panen pangan yang setara dengan kebutuhan kalori 14,5 juta orang per tahun.
“Buktinya jelas: emisi ekstrem dari orang-orang terkaya, dari gaya hidup mewah mereka dan bahkan lebih dari investasi mereka yang mencemari lingkungan, memicu kesenjangan, kelaparan, dan mengancam nyawa," tutur Chiara Liguori, penasihat kebijakan keadilan iklim senior Oxfam.
“Tidak hanya tidak adil bahwa polusi yang mereka lakukan secara sembrono memicu krisis yang mengancam masa depan kolektif kita – ini mematikan,” imbuhnya.
Temuan tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian laporan tahunan tentang kesenjangan karbon oleh Oxfam dan Stockholm Environment Institute.
“Laporan ini menunjukkan bahwa pajak yang lebih adil pada kekayaan ekstrem sangat penting untuk mempercepat aksi iklim dan melawan ketimpangan – dimulai dengan jet pribadi dan kapal pesiar super mewah," tutur Liguori.
“Jelas mainan mewah ini bukan hanya simbol kemewahan; mereka adalah ancaman langsung bagi manusia dan planet ini,” tandasnya. (X-10)
Selain itu, Kaesang mengaku sudah lama memilih RS Bunda, Menteng untuk kelahiran anaknya. Namun, ia tidak pernah mempublikasikan.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) belum sempat melihat langsung kondisi cucu keenamanya, Bebingah Sang Tansahayu, anak dari Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.
KPK harus mendalami informasi apa pun yang didapat yang terduga konflik kepentingan ataupun jabatan-jabatan keluarga Kaesang.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bisa menentukan ada tidaknya gratifikasi yang dilakukan oleh Kaesang Pangarep.
KPK tidak mewajibkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep melaporkan sewa jet pribadi ke luar negeri. Sebab, dia bukan penyelenggara negara.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa KPK saat ini sudah mendapatkan informasi tentang lokasi jet pribadi tersebut, meski masih ada sejumlah hal yang perlu dipastikan.
Pendalaman keterangan saksi juga penting untuk memastikan posisi dan pembelian jet pribadi itu. Terbilang, kendaraan udara itu diyakini ada di luar negeri.
KPK memastikan bakal menyita barang-barang yang berkaitan dengan perkara ini. Pihak-pihak yang menyimpan aset terkait kasus diharap kooperatif.
Jet pribadi itu saat ini ada di luar negeri. Kendaraan itu perlu disita untuk kebutuhan pembuktian dan pengembalian kerugian negara.
KPK memanggil warga negara Singapura Gibrael Isaak untuk mendalami pembelian jet itu, hari ini, 12 Juni 2025. Dia diharap memenuhi panggilan.
Anggota DKPP, I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, mengungkapkan selama hampir 13 tahun DKPP berdiri, pihaknya selalu menerima aduan yang masuk.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved