Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SESAK napas pada anak menjadi salah satu kekhawatiran orangtua. Para orangtua juga perlu jeli melihat gejala-gejala sesak napas pada anak agar tidak semakin parah.
Dokter Spesialis Anak Sub Spesialis Emergensi & Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi, Pudjiastuti, mengatakan banyak orangtua tidak sadar anaknya mengalami sesak napas. Alhasil mereka terlambat meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan dan membawa anak ke rumah sakit.
“Saat dibawa ke IGD sudah terjadi napas berhenti atau gangguan napas yang berisiko meningkatkan kematian pasien,” kata Pudjiastuti dalam diskusi yang disiarkan di Youtube dan Instagram RSUD Dr Moewardi, Kamis (17/10).
Secara garis besar, katanya, ada tiga penyebab sesak napas. Pertama adalah infeksi yang dapat disebabkan virus, bakteri, atau jamur. Kedua yakni kelainan di saluran napas, misalnya asma.Ketiga adalah tertelan benda asing.
“Benda asing ini sering sekali pada pasien-pasien saya, pada anak-anak kecil yang baru muncul giginya cuma 2-3, dikira sudah bisa mengunyah,” kata Pudji.
“Apalagi kalau sudah main sama teman-temannya, main apa terus dimasukkan ke mulut, misalnya manik-manik dimasukkan ke mulut atau hidung,” imbuhnya.
Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan orangtua untuk tahu bahwa sang anak mengalami sesak napas.
Pertama bisa dilihat dari penampilan. Pada anak-anak yang susah bernapas, kata Pudji, biasanya dia gelisah, rewel, tidak mau makan, tidak mau minum, dan tidak mau tidur.
Kedua perhatikan upaya napasnya. Orangtua bisa meletakkan tangan di dada anak apakah dia bernapas dengan normal. Pudji mengatakan anak-anak umumnya bernapas 30-40 kali per menit.
“Kalau dalam keadaan berat sekali biasanya tangan dan kakinya pucat. Kalau sudah fatal biasanya membiru,” jelasnya.
Selain itu, batuk pilek yang sering terjadi pada anak bisa juga menyebabkan sesak napas ketika tidak diawasi dan diobati dengan baik.
Ketika anak sesak napas, lanjutnya, biasanya mereka menangis dan susah ditenangkan. Untuk itu orangtua bisa membuka pakaian mereka dan melihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam.
“Selain kita sadar, biasanya napasnya tidak seperti ini. Biasanya ibu-ibu yang paham, kok (ada) biru-biru, itu harus segera ke rumah sakit. Kalau dia sudah tenang, lemas, mengantuk, berarti sudah terlambat. Sudah jatuh ke gagal napas. Di situ dibutuhkan ruang intensif,” ungkap Pudji.
Namun ia mengatakan tidak semua pasien anak yang sesak napas akan dibawa ke ruang intensif.
“Tergantung dari gradasi sesaknya. Kalau saturasi sudah turun sekali, anaknya sudah ngantuk, tidak berdaya, dan nadinya masih teraba bagus, cukup dipindahkan ke highcare unit untuk pengawasan,” kata dia.
“Tetapi kalau masih bisa diatasi dengan baik, misalnya masih mau makan, bisa dibawa pulang. Tetapi pada prinsipnya orang tua harus meminta tolong tenaga kesehatan,” pungkasnya. (Z-1)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved