Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Isu BPA Sebabkan Mikropenis dan Infertilitas pada Laki-laki Disebut tak Terbukti

M. Iqbal Al Machmudi
20/10/2024 18:48
Isu BPA Sebabkan Mikropenis dan Infertilitas pada Laki-laki Disebut tak Terbukti
Ilustrasi, lelaki sedih karena kondisi infertilitas.(Dok. Freepik)

POLEMIK mengenai Bisphenol-A (BPA) masih terus berlanjut. Salah satu isu yang berkembang yakni kaitan zat tersebut terhadap infertilitas. Misinformasi yang beredar menyebutkan bahwa BPA dapat menimbulkan infertilitas atau gangguan kesuburan pada perempuan, hingga menyebabkan mikropenis pada laki-laki. Padahal semua tudingan tersebut tidak berdasar.

"Secara in vivo (penelitian pada hewan lab) memang berkaitan. Tapi pada manusia tidak ditemukan keterkaitannya, mungkin membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hubungan antara BPA dengan mikropenis pun belum belum saya temukan," kata dokter spesialis kandungan & kebidanan dari Tzu Chi Hospital, Ervan Surya, Minggu (20/10).

Ia menjelaskan, pada laki-laki infertilitas berhubungan dengan gangguan sperma. Kualitas dan kuantitas sperma bisa terganggu karena pelebaran pembuluh darah atau varises pada testis (varikokel). Bisa pula karena ada gangguan pada pabrik sperma, dan disfungsi seksual.

Ia menegaskan, yang telah terbukti bisa memicu infertilitas adalah rokok dan alkohol. Kausalitas antara rokok dan infertilitas sudah jelas, tapi banyak yang tetap merokok. Sedangkan pada BPA yang belum pasti justru ketakutan.

Infertilitas bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki. Pada perempuan, masalahnya bisa terletak pada organ genitalia, dan bisa juga secara sistemik misalnya kondisi hormon yang tidak seimbang. Infertilitas sendiri diartikan sebagai tidak terjadinya kehamilan setelah satu tahun menikah, dengan hubungan seksual rutin 2-3 kali seminggu, dan tanpa kontrasepsi.

"Pada perempuan, penyebab infertilitas 40% gangguan pada tuba fallopi dan panggul, 40% lagi disfungsi ovulasi, dan 10% yang tidak biasa misalnya autoimun," ungkap Ervan.

Ia melanjutkan, BPOM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, yang mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan polikarbonat. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya