Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SPESIALIS kandungan & kebidanan dari Tzu Chi Hospital, Ervan Surya menegaskan masyarakat perlu cermat ketika membaca penelitian mengenai Bisphenol A (BPA) yang beredar di media sosial. Ia menyatakan tidak ada korelasi BPA dengan tingkat kesuburan seseorang.
Bisphenol A atau BPA merupakan bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan plastik yang sering ditemukan pada produk galon, botol minum, gelas, alat kesehatan, dan produk lainnya.
"Berdasarkan studi meta-analisis, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan," kata Ervan, Selasa (15/10).
Baca juga : Badan POM Diminta Buat Aturan Fair Bahaya BPA di Air Minum Kemasan
Berdasarkan studi meta analisis yang dilakukan sepanjang 2013 hingga 2022 ternyata tidak ditemukan hubungan antara BPA dengan endometriosis, IVF dan PCOS.
Isu lain menyebutkan bahwa BPA bisa menyebabkan persalinan prematur. Hal ini tidak terbukti melalui studi meta analisis terhadap 7 penelitian dengan total 3.004 partisipan. Bahkan studi meta analisis lain mengulas hubungan antara paparan BPA saat kehamilan dengan kelahiran.
"Ternyata kesimpulannya, tidak ada kaitan antara paparan BPA dengan usia kehamilan, panjang bayi, berat badan bayi, dan lingkar kepala bayi. Adapun penyebab persalinan prematur cukup beragam yang paling sering antara lain infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi vagina," pungkasnya.
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kemasan galon Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA di bawah 0.01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman. Untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman, Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. (Z-9)
BPOM mengungkapkan temuan mengkhawatirkan terkait paparan senyawa kimia berbahaya Bisphenol A (BPA) dalam galon guna ulang di enam kota besar Indonesia.
Menurut Dokter Tirta, kemunculan isu BPA di Indonesia sangat aneh karena baru muncul beberapa tahun belakangan dengan informasi yang kurang akurat.
Penelitian tidak mendapati adanya migrasi BPA dari kemasan galon guna ulang tersebut ke dalam air minum baik yang terpapar ataupun tidak terpapar sinar matahari.
KOMUNITAS Konsumen Indonesia (KKI) mengungkap temuan mengejutkan terkait distribusi air minum dalam kemasan galon guna ulang oleh market leader.
PARA pelaku industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang berada di daerah menyesalkan kampanye negatif terkait isu Bisfenol A (BPA) yang dilancarkan pihak-pihak tertentu.
Penyebab seseorang terkena obesitas yang diketahui sejauh ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat dan aktivitas fisik yang minim. Air putih pun terbukti tidak mengandung kalori.
ANGGOTA Komisi VII DPR RI, Eva Monalisa menyayangkan adanya pasal yang melarang produksi dan distribusi air minum kemasan dalam SE Gubernur Bali.
PRODUK nasional semakin membuktikan dominasinya di pasar domestik yang ditunjukkan dari preferensi masyarakat bergeser, dan konsumen semakin banyak untuk memilih dan mengutamakan produk dalam negeri.
Air bisa saja mengandung zat berbahaya seperti mikroplastik dan BPA (Bisphenol A) yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Dengan suhu udara yang mencapai puncak di siang hari, paparan sinar matahari dapat memengaruhi kualitas produk Air Minum dalam Kemasan (AMDK).
Menurut Sekretaris Jenderal Asparminas, Nio Eko Susilo, hal itu juga sejalan dengan tren penggunaan galon air minum bermerek yang bebas dari risiko kontaminasi senyawa kimia berbahaya BPA.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved