Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SETELAH selama satu tahun ditutup, Museum Nasional Indonesia, yang juga dikenal sebagai Museum Gajah, akhirnya dibuka kembali dengan tampilan baru yang relevan dengan masa kini.
Museum yang didirikan pada 1778 oleh kelompok ilmuwan Belanda itu adalah museum sejarah dan kebudayaan yang terletak di Jakarta.
Museum ini banyak menyimpan berbagai koleksi penting, seperti artefak arkeologi, etnografi, keramik, numismatik, dan benda-benda bersejarah lainnya yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Indonesia.
Setelah lama berdiri dan menyajikan begitu banyak pengetahuan sejarah maupun budaya kepada pengunjungnya, museum ini terpaksa menutup pintu karena mengalami kebakaran.
Kejadian ini terjadi pada tahun lalu, tepatnya pada 16 September 2023. Kebakaran ini menyebabkan seluruh fasilitas dan beberapa koleksi sejarah yang ada di dalam museum rusak. Diduga, bahwa kejadian ini disebabkan oleh korsleting listrik yang terdapat di dalam museum.
Kurang lebih satu tahun tidak beroperasi, akhirnya para pecinta sejarah dan budaya serta seluruh masyarakat Indonesia dibuat tersenyum kembali dengan dibukanya kembali Museum Nasional Indonesia pada 15 Oktober lalu.
Mengangkat konsep Reimajinasi Warisan Budaya, Museum Nasional Indonesia berupaya untuk memberikan pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum, dari fungsi tradisional menjadi lebih modern dan dinamis.
Konsep tersebut diwujudnyatakan dalam bentuk beragam fasilitas kekinian, pameran interaktif, juga pengalaman edukatif yang lebih mendalam untuk para pengunjungnya. Sentuhan tersebut mampu memberikan pengalaman tersendiri buat para pengunjung dalam menambah wawasannya mengenai sejarah dan budaya di tanah air.
Lantas, seperti apa wajah baru Museum Nasional Indonesia pasca ditutup kurang lebih selama setahun? Berikut ulasannya
Salah satu hasil revitalisasi pascakebakaran kemarin adalah hadirnya sebuah ruang dengan sentuhan inovasi teknologi yang canggih. Ruangan tersebut diberi nama ruang ImersifA, sebuah teknologi canggih yang memanjakan mata pengunjung dan memberikan warna tersendiri dalam mengalami sejarah dan budaya.
Ruangan yang terletak di gedung A ini menggunakan teknologi imersif yang menciptakan pengalaman interaktif bagi pengunjung.
Ruangan ini dikelilingi oleh dinding layar yang menampilkan sejarah Indonesia dalam konsep alam, masyarakat, sejarah dan budaya dari masa ke masa. Pengunjung yang menyaksikan seakan terbawa dalam video dengan variasi warna yang memikat mata.
Selain itu, tampilan gambar dan penyajian beragam bentuk budaya Indonesia dengan musik yang diaransemen modern, dengan melibatkan audio visual untuk menciptakan sensasi pengalaman unik terutama penglihatan, suara dan imajinasi melalui bantuan teknologi digital yang canggih.
Salah satu tampilan yang menarik minat pengunjung adalah hadirnya fitur Mengenal Paras Nusantara' di Museum Nasional Indonesia setelah dibuka kembali.
Sesuai namanya, fitur ini adalah salah satu program yang memungkinkan pengguna untuk melihat dan mengeksplorasi keragaman wajah masyarakat Indonesia, yang berasal dari berbagai suku, budaya, dan daerah di seluruh Nusantara.
Selain itu, teknologi AI ini dilengkapi dengan fitur kamera pemindai wajah untuk mengidentifikasi wajah berdasarkan kecocokan dengan 78 lukisan karya Raden Pirngadie tahun 1935.
Untuk mencoba fitur ini, pengunjung harus antre dan berdiri di depan kamera kecil untuk mendeteksi wajah berdasarkan jenis kelamin. Setelah dipotret, teknologi canggih ini memproses pencarian untuk menyesuaikan dengan salah satu gambar karya Raden Pirngadie.
Munculnya fitur ini membuat para pengunjung museum dapat mengenali kekayaan etnis, budaya, dan karakteristik fisik penduduk dari berbagai daerah di Indonesia dalam nuansa penuh keceriaan.
Suasana di Taman Arca juga lebih segar. Di tempat terbuka ini, pengunjung dapat melihat secara langsung sembilan arca yang ditata begitu rapi dan enak dipandang.
Di tengah taman ini pengunjung dapat melihat arca 'Nandi' sebagai objek pusat. Arca Nandi yang menyerupai seekor lembu jantan diketahui sebagai kendaraan dari Dewa Siwa, yang menandai perkembangan agama Hindu di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan salah satu guide, Arca ini dipindahkan dengan tenaga yang ekstra karena bobotnya yang berat, kurang lebih mencapai 2 ton. Dalam bahasa Sansekerta, Nandi berarti kebahagiaan atau kepuasan.
Setelah direvitalisasi, tempat ini menjadi spot foto favorit dari para pengunjung dengan latar tiang putih berjejer ditambah susunan arca yang menarik untuk dipandang.
Selain melakukan revitalisasi dari segi fisik dan fasilitas yang sudah dijelaskan sebelumnya, Museum Nasional Indonesia juga menghadirkan 3 pameran temporer yang tidak kalah menariknya, yaitu Repatriasi, Pascakebakaran, dan Wajah Baru Museum Nasional Indonesia.
Pameran ini sudah berlangsung dari 15 Oktober kemarin dan akan berakhir pada 31 Desember mendatang.
Repatriasi adalah pengembalian benda cagar budaya ke Indonesia. Pengembalian benda cagar budaya merupakan upaya untuk mengembalikan sejarah bangsa yang sempat hilang.
Sejalan dengan konsep repatriasi itu sendiri, di dalam ruangan ini pengunjung ditontonkan berbagai peninggalan sejarah Indonesia yang baru didatangkan dari Belanda.
Peninggalan tersebut merupakan berbagai barang bersejarah dari Indonesia yang sempat diambil oleh Belanda, yaitu Koleksi Pangeran Diponegoro, Koleksi dari Lombok, Koleksi Pita Maha, dan Koleksi Arca Singhasari. Pengembalian koleksi bersejarah ini merupakan hasil diplomasi yang baik antara Indonesia dengan Belanda.
Pameran yang menampilkan kurang lebih 288 koleksi benda purbakala cagar budaya hasil repatriasi dari Kerajaan Belanda ini membuat pengunjung mendapat wawasan baru terkait peradaban masa lalu bangsa Indonesia. Pameran ini sengaja dilakukan untuk menyambut dibukanya kembali Museum Nasional Indonesia pasca kebakaran.
Dalam pameran ini, pengunjung seakan dibawa dan mengenang pada saat kebakaran Museum Nasional Indonesia yang terjadi pada tahun lalu. Sisa-sisa kebakaran gedung termasuk benda yang terselamatkan, meskipun agak rusak dapat disaksikan di sini.
Jendela kayu yang sudah menjadi arang dan tembok yang sudah amburadul, tentu menjadi saksi bisu dahsyatnya kebakaran. Sisa-sisa pecahan kaca masih dapat dijumpai di salah satu bagian. Karena itu ruangan ini diberi garis pembatas.
Pameran ini juga mau menggambarkan bagaimana museum ini bangkit kembali pada insiden kebakaran yang terjadi tahun lalu.
Pameran Wajah Baru Museum Nasional juga disajikan kepada pengunjung dalam rangka menyambut dibukanya kembali museum ini. Pameran ini menggambarkan sebuah simbol harapan dan kebangkitan.
Melalui pameran ini para pengunjung dilihatkan konsep besar terkait pembangunan Museum Nasional Indonesia beberapa tahun ke depan, baik itu dari segi struktur bangunan megah sampai fasilitas terbaru yang akan disajikan. Pameran ini menggambarkan sebuah simbol harapan dan kebangkitan dari Museum Nasional Indonesia pada tahun yang akan datang.
Untuk sistem keamanan di museum juga diperbarui, mulai dari pemasangan alarm, kamera pengawas, detektor asap, dan tenaga keamanan yang terlatih untuk memastikan keselamatan para pengunjung selama berkunjung.
Harga tiket bagi para pengunjung juga mengalami kenaikan. Hal tersebut berguna untuk menjaga dan merawat kelangsungan museum ke depannya. Harga tiket ditetapkan berdasarkan usia. Tiket untuk anak-anak sebesar Rp15.000, dewasa sebesar Rp25.000, dan untuk warga negara asing dikenakan biaya sebesar Rp50.000. (Z-1)
Fosil-fosil berusia lebih dari 1,5 juta tahun, menjadikan Nusantara sebagai kunci untuk adaptasi dan evolusi hominin awal.
Pameran Kongsi mengajak para pengunjung untuk mengeksplor lebih dalam tentang sejarah, peran, dan warisan budaya masyarakat Tionghoa dalam membentuk keberagaman budaya di Nusantara.
Museum Nasional Indonesia, yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, mendapat rekor kunjungan terbanyak dalam sehari pada libur Natal dan tahun baru.
Pameran Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? akan berlangsung hingga Maret 2025 dan terbuka untuk umum.
Pameran ini menampilkan koleksi wastra Nusantara hasil re-inventing kain tradisional yang memadukan teknik tenun, sulam, songket, dan manik-manik.
Desainer Merdi Sihombing menggelar pameran bertajuk The Flying Cloth pada 11-24 November di Museum Nasional Indonesia, menonjolkan keindahan dan identitas budaya Batak.
Jumlah tiket dengan harga Rp1.000 terbatas yakni 500 lembar
Ratusan pusaka rampasan yang telah dikembalikan pemerintah Belanda bisa sekadar jadi benda mati jika pemerintah Indonesia tidak melanjutkan dengan riset menyeluruh.
Sebanyak tiga pameran disiapkan yaitu Pameran Repatriasi, Pameran Pasca Kebakaran dan Pameran Wajah Baru Museum Nasional yang berlangsung mulai 15 Oktober - 31 Desember.
Format 2015 itu akan mulai digunakan di Grand Prix Tiongkok di Shanghai pada 17 April mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved