Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Skrining Kanker hingga Tuberkulosis di Puskesmas Perlu Digencarkan sebagai Langkah Preventif

M. Iqbal Al Machmudi
10/10/2024 16:15
Skrining Kanker hingga Tuberkulosis di Puskesmas Perlu Digencarkan sebagai Langkah Preventif
Skrining penyakit berbahaya di Puskesmas.(Dok. Kemenkes)

LANGKAH preventif untuk mengentaskan kanker hingga tuberkulosis harus dilakukan sejak sangat dini lewat layanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, yakni puskesmas. Deteksi dini atau skrining penyakit seperti kanker hingga tuberkulosis di puskesmas harus digencarkan demi menekan angka-angka penyakit tersebut.

"Skrining penyakit yang terbayang oleh kita biasanya skrining penyakit jantung, stroke, diabetes. Yang paling masif kami lakukan adalah skrining penyakit gizi balita, yakni stunting. Stunting termasuk penyakit gizi dengan gizi kurang dan ini diskrining," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya, Kamis (10/10).

"Cara skriningnya dengan mengukur tinggi dan berat badan. Zaman dulu pengukurannya tidak standar, tapi sekarang ada alat yang namanya antropometri buat skrining. Fungsinya, sebagai alat ukur tinggi dan berat bayi," tambahnya.

Baca juga : Mayoritas Puskesmas Tidak Penuhi Syarat Tenaga Kesehatan

Kemenkes telah mendistribusikan lebih dari 300 ribu alat antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandarkan proses penimbangan, mengingat sebelumnya alat timbang di posyandu tidak terstandar.

"Antropometri ini kami kirim secara masif. Sebanyak 1,5 juta kader posyandu diajarkan cara menimbang. Ini program yang luar biasa," jelas Budi.
;;
Budi menjelaskan, skrining masif juga dilakukan untuk bayi dalam kandungan. Skrining ini memerlukan biaya sangat besar karena melibatkan pengadaan alat ultrasonografi (USG) untuk 10 ribu puskesmas.

"Alat USG digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan ibu hamil. Kematian bayi dan ibu di negara kita masih tinggi, tidak turun-turun karena kita punya alat USG sedikit sekali. Sewaktu saya masuk menjadi Menteri Kesehatan, baru ada 2.200 puskesmas dari 10.000 yang punya alatnya," katanya.

Baca juga : Puskesmas Diminta Fokus Pencegahan Penyakit

"Padahal, kelahiran banyak terjadi di puskesmas. Hanya 22% ibu hamil yang ada di Indonesia yang bisa dapat pelayanan dengan USG waktu itu. Oleh karena itu, kami kirim alat USG ke seluruh puskesmas," ujar dia.

Selain digunakan untuk skrining bayi dalam kandungan, alat USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Skrining kanker serviks juga telah gencar dilakukan dengan dukungan mesin PCR. Dilakukan swab di serviks yang bisa terlihat di mesin PCR, apakah ada potensi virus kanker serviks atau tidak.

Upaya skrining lainnya mencakup skrining tuberkulosis (Tb). Sebelumnya, dari target satu juta orang, hanya sekitar 500 ribu hingga 600 ribu orang yang terdeteksi, sementara 400 ribu orang lainnya berpotensi menularkan penyakit ini ke orang lain.

"Skrining TB naik sekarang, bisa 840 ribu orang. Semoga tahun ini bisa 900 ribu orang. Belum lagi skrining penyakit tidak menular. Di Indonesia, yang meninggal banyak yang stroke, jantung, dan kanker," ucap Budi.

"Stroke dan jantung atau masalah kardiovaskular mesti dijaga tekanan darah, gula darah dan lemak darah. Begitu terdeteksi tekanan darah tinggi, sudah ada obatnya dan gratis. Gula darah yang tinggi juga berbahaya. Upaya skrining ini contoh program besar layanan kesehatan di puskesmas," pungkasnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya