Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
JIKA anak Anda kadang-kadang sulit tidur, mungkin Anda berpikir itu hanya fase yang akan berlalu. Namun, sebuah penelitian baru mengungkapkan, gangguan tidur ini bisa berbahaya, karena dapat meningkatkan risiko anak mencoba bunuh diri ketika mereka dewasa.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open, menemukan anak-anak berusia 10 tahun yang mengalami gangguan tidur parah, memiliki risiko 2,7 kali lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri. Hampir 1 dari 3 peserta dengan gangguan tidur yang parah, melaporkan adanya perilaku bunuh diri di kemudian hari.
Dr Rebecca Bernert, penulis senior studi dan ahli bunuh diri yang juga pendiri Laboratorium Penelitian Pencegahan Bunuh Diri Stanford di California, menyampaikan “tidur merupakan faktor risiko yang jelas, tidak menimbulkan stigma, dan mudah diatasi. Oleh karena itu, ia merekomendasikan agar tidur dijadikan faktor risiko yang dipelajari lebih lanjut, serta sebagai target penting untuk intervensi dalam pencegahan bunuh diri pada remaja.”
Baca juga : Kasus Bunuh Diri Sekeluarga, Pengamat: Anak-anak Tak Bisa Bersepakat, Mereka Korban
Penelitian menunjukkan bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak usia 10-14 tahun, kelompok yang juga sering mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur telah diakui sebagai faktor risiko perilaku bunuh diri pada orang dewasa, bahkan tanpa gejala depresi. Namun, penelitian jangka panjang yang fokus pada hubungan antara gangguan tidur dan perilaku bunuh diri, terutama selama masa transisi dari kanak-kanak ke remaja awal, masih jarang dilakukan.
Para penulis studi menganalisis data dari lebih dari 8.800 anak berusia 9 atau 10 tahun yang ikut serta dalam Adolescent Brain Cognitive Development Study di 21 lokasi di seluruh AS. Pada saat itu, para wali mengisi kuesioner tentang kesehatan tidur anak mereka, termasuk masalah seperti, kesulitan tertidur, sering terbangun, kantuk berlebihan, serta perilaku lain saat tidur.
Selain itu, mereka juga melaporkan gejala kecemasan atau depresi pada anak, riwayat depresi keluarga, konflik keluarga, dan sejauh mana orang tua memantau anak-anak mereka.
Baca juga : Menstruasi Bisa Sebabkan Gangguan Tidur
Sebanyak 91,3% peserta penelitian usia 11 dan 12 tahun, terbukti tidak pernah mengalami pikiran atau percobaan bunuh diri, Namun, di antara mereka yang melakukannya, gangguan tidur yang tinggi dan parah, dikaitkan dengan kemungkinan lebih besar untuk memiliki ide dan mencoba bunuh diri, remaja perempuan dianggap beresiko pada hal ini.
Menurut Dr Christopher Willard, seorang psikolog dari Massachusetts dan dosen di Harvard Medical School, hasil penelitian ini tidak mengejutkan. "Kita tahu betapa pentingnya tidur bagi bayi, tetapi sering lupa betapa pentingnya tidur bagi anak masa remaja dan pra-remaja," ujarnya melalui email.
Otak pada usia tersebut mengalami perubahan besar, mirip dengan tahun pertama kehidupan anak, sehingga remaja membutuhkan banyak tidur untuk mendukung perkembangan mereka, lanjut Willard melalui email.
Baca juga : Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa belum Ditahan
"Penting untuk dicatat dalam penelitian seperti ini, tidak ada asumsi kurang tidur menyebabkan perilaku bunuh diri. Kami hanya melihat hubungan antara keduanya," kata Dr Neha Chaudhary, psikiater anak dan remaja di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Harvard Medical School di Boston. Chaudhary tidak terlibat dalam penelitian ini.
Ada kemungkinan gangguan tidur dapat menjadi tanda awal dari masalah kesehatan mental yang kemudian memburuk, kata Chaudhary, kepala petugas medis di Modern Health.
Bernert menjelaskan tidur adalah, indikator penting kesejahteraan dan memberikan gambaran tentang kesehatan fisik dan emosional seseorang. Ketika tidur terganggu, itu mungkin, menjadi penyebab tekanan emosional seseorang. Selain itu, kualitas atau jumlah tidur yang kurang juga dapat mempengaruhi cara kerja otak, menurut para ahli.
Baca juga : Ayah Terduga Pembunuh 4 Bocah di Jagakarsa Dipindahkan ke RS Polri
"Masalah dengan tidur, yang disebabkan oleh terlalu banyak stres, aktivitas, tugas sekolah, dan waktu di depan layar, semuanya berkontribusi. Mengganggu perkembangan otak di sejumlah tingkatan, terutama suasana hati, kecemasan, dan regulasi emosi," kata Willard.
Kurangnya regulasi dan kelelahan dapat mengganggu kemampuan kita dalam mengambil keputusan, mengurangi kemampuan mengatasi stres, dan meningkatkan perilaku impulsif. Selain itu, tidur juga penting untuk mengatur neurotransmitter, metabolisme, plastisitas otak, dan pembersihan protein limbah beracun dari otak, menurut Berry.
Mendukung kesehatan anak, dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan malam yang baik, yang mendukung tidur yang sehat, kata Willard.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara, menciptakan rutinitas untuk bersantai yang dimulai satu jam sebelum tidur, kata Berry. Rutinitas ini harus membatasi waktu menonton layar, pekerjaan rumah, dan aktivitas fisik sebanyak mungkin, serta menyertakan kegiatan santai seperti membaca ringan, membuat jurnal, atau mendengarkan musik yang menenangkan.
Berry juga berpendapat, “menjaga kebiasaan baik sepanjang hari seperti berolahraga, mendapatkan sinar matahari, mengelola stres, dan menghindari tidur siang penting untuk mendukung tidur yang berkualitas.” (CNN/Z-3)
Antara 25%–50% anak mengalami masalah tidur saat masa tumbuh kembang, yang dapat berdampak signifikan terhadap fungsi kognitif, perilaku, dan kesehatan fisik maupun mental.
Kurang tidur bisa berdampak buruk pada kesehatan dan produktivitas harian. Selain memperbaiki gaya hidup, mengonsumsi vitamin bisa menjadi solusi alami untuk tidur lebih berkualitas.
Secara umum, night terror bukanlah kondisi yang membahayakan dan cenderung menghilang seiring bertambahnya usia anak.
Kafein dapat menyelinap dalam bentuk cokelat, es teh, minuman tanpa kafein, dan bahkan air bersoda.
OSA adalah kondisi umum saat otot tenggorokan yang rileks menghalangi aliran udara ke paru-paru, atau apnea tidur sentral.
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama tidur. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kualitas tidur tapi meningkatkan ri
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved