Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PEESOALAN perundungan dan bullying yang dihadapi oleh peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) sangat mempengaruhi kehidupan PPDS selama menjalani pendidikan spesialis.
"Sistem yang ada itu tentu saja memberikan efek-efek yang besar bagi mereka. Misalnya PPDS yang harus jaga dalam waktu yang panjang sampai 16 jam per hari. Sudah itu pasien yang sangat banyak," kata Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar saat dihubungi, Sabtu (24/8).
Setelah itu mereka dibebani oleh pekerjaan administratif seperti membuat laporan yang panjang dan rumit. Sementara di sisi lain, para dokter pendidikan spesialis ini juga tidak diberi insentif atau imbalan pelayanan kesehatan.
Baca juga : Pemberian Insentif Pada Calon Dokter Spesialis Bisa Tekan Angka Depresi dan Bunuh Diri
"Mereka juga kekurangan hubungan sosial dengan keluarga, dengan teman-teman, dengan orang tuanya bahkan dibebani oleh banyak harapan dari orang tua dan keluarganya agar bisa selesai cepat. Intinya, persoalan PPDS itu tidak melulu terkait dengan bullying," ujar dia.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa perundungan merupakan bagian terkecil saja. Sayangnya, Kementerian Kesehatan selalu fokus kepada perundungan karena masalah itu yang terlihat sejak awal.
Iqbal menjelaskan sistem yang ada dalam sebuah rumah sakit juga bisa membuat peserta PPDS mengalami gangguan-gangguan yang berujung kepada hal-hal yang negatif.
Baca juga : Bullying Menghambat Upaya Mencetak Dokter Spesialis
Sehingga Kementerian Kesehatan perlu tegas dalam pengaturan PPDS seperti jam kerja maksimal 8 jam per hari berlaku universal. Setiap PPDS hanya perlu dibebankan sejumlah pasien tertentu. Selain itu, pemberian waktu luang sehingga tidak 24 jam dalam seminggu.
"Mereka harus membangun hubungan yang baik dengan seniornya. Ini semua yang harus ditelisik dengan baik," ucapnya.
Kemudian karena mereka tidak mendapat tambahan income dari luar. Maka para peserta PPDS harus diberikan insentif, harus dibayar agar mereka bisa bekerja baik. Sehingga tidak ada beban di kepala yang berujung perundungan atau pemalakan dalam bentuk apapun kepada juniornya.
Baca juga : PB IDI Berharap PPDS Berbasis Rumah Sakit Dapat Menjawab Permasalahan Distribusi Dokter di Daerah
Dihubungi terpisah, Ketua Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota PB IDI Beni Satria menilai tidak ada hubungannya antara perundungan dengan adanya pemberian insentif.
"Kami tidak meyakini gaji atau perundungan jadi salah satu pemiccu perundungan di pendidikan dokter spesialis," kata Beni.
Padahal komitmen untuk memberi insentif pada dokter PPDS sudah ada di Pasal 31 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran disebutkan bahwa PPDS akan mendapat insentif dari pemerintah.
"Terkait insentif bagi Dokter PPDS termasuk besaran per dokter PPDS kami belum mendapatkan info hal tersebut menjadi pemicu pembullyan. Saat ini yang kami ketahui, PPDS belum mendapatkan insentif," pungkasnya. (Iam)
KETUA Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto mengatakan, melatih dokter umum untuk melakukan operasi caesar pada ibu hamil bisa menjadi opsi terakhir.
Program ini membahas topik-topik penting seperti keilmuan dan teknologi medis terbaru serta strategi lanjutan untuk perawatan karies dan penyakit pulpa periapikal.
MENTERI Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sangat gandrung menarasikan bahwa negeri ini kekurangan dokter.
Menkes Budi Gunadi Sadikin setuju dengan rencana Presiden Prabowo Subianto yang disebut akan mendatangkan profesor hingga dokter spesialis dari luar negeri termasuk India untuk mengajar.
Kemenkes akan berkolaborasi dengan LPDP untuk mengadakan program beasiswa agar dapat meningkatkan jumlah dokter spesialis bedah anak.
Isu-isu mendasar dalam kesehatan nasional, seperti pemerataan layanan kesehatan, akses obat-obatan, dan peningkatan fasilitas medis, masih jauh dari harapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved