Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
MENINGKATNYA biaya perawatan kesehatan dan biaya hidup menjadi kekhawatiran utama bagi masyarakat Indonesia, yang berdampak pada kepercayaan diri mereka dalam mencapai tujuan kesejahteraan mereka. Hal itu terungkap dalam survei terbaru, Manulife Asia Care Survey 2024.
Survei tersebut menujukkan tekanan finansial mendorong individu untuk mengevaluasi kembali kesiapan mereka dalam menghadapi masa pensiun dan kebutuhan medis yang tidak terduga, yang tercermin dalam tujuan finansial utama mereka.
Survei Manulife Asia Care 2024 di Indonesia melibatkan 1.054 responden. Survei ini merilis MyFuture Readiness Index (Indeks Kesiapan Masa Depan) dari Manulife, yang mengukur persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan finansial mereka saat ini dan di masa depan.
Baca juga : 50 Penyakit Kritis Bisa Ditanggung Asuransi Sejak Stadium Awal
Dengan menggunakan skala 1 sampai 100, indeks ini menunjukkan skor kesejahteraan yang diinginkan sebesar 89, melebihi rata-rata negara-negara lain di Asia. Namun, skor untuk mereka yang merasa dapat mencapai kesejahteraan yang diinginkan adalah 81, mencerminkan kurangnya kepercayaan diri akan masa depan, meskipun skor ini berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Kurangnya kepercayaan diri ini disebabkan oleh berbagai faktor, dengan yang paling utama adalah prospek kesehatan yang memburuk di usia tua dan meningkatnya biaya perawatan medis.
Dari seluruh responden, 67% menyatakan kenaikan biaya perawatan kesehatan merupakan tantangan utama bagi kesejahteraan finansial mereka secara keseluruhan.
Baca juga : 7 Tips Perencanaan Keuangan untuk Penyandang Disabilitas
Mereka mengakui bahwa kesehatan fisik merupakan faktor terpenting (37%) yang berdampak pada kesejahteraan finansial (33%) dan mental (31%) saat mereka memandang 10 tahun ke depan.
Untuk membantu mempersiapkan masa pensiun dan kebutuhan medis yang tidak terduga, para responden mengatakan tujuan finansial utama mereka adalah memiliki tabungan yang cukup untuk hari tua (46%), kebebasan finansial di masa pensiun (43%), pendapatan pasif di masa pensiun (38%), dan tabungan yang cukup untuk kebutuhan perawatan kesehatan (28%).
Dengan usia harapan hidup di Indonesia yang semakin panjang, maka kebutuhan akan perencanaan jangka panjang yang lebih matang menjadi lebih penting. Saat ini, usia harapan hidup rata-rata di Indonesia adalah 73 tahun, meningkat dari 64 tahun pada 1990.
Dari segi kesejahteraan finansial saat ini, dari skala 1 sampai 100, Indonesia mendapat skor 73, di atas rata-rata negara-negara lain di Asia (67).
Terlihat bahwa pasangan yang sudah menikah (75%) memiliki rasa kesejahteraan finansial yang lebih baik dibandingkan mereka yang masih lajang (64%), dan di antara pasangan tersebut, mereka yang sudah memiliki anak merasa lebih sejahtera.
“Masyarakat di negara-negara di Asia hidup lebih lama dan populasinya semakin menua. Dengan meningkatnya kebutuhan perawatan dan permintaan akan layanan kesehatan, kemungkinan besar harga yang berkaitan dengan medis akan naik lebih cepat daripada inflasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, kekhawatiran para responden bisa dipahami,” ujar Presiden Direktur Manulife Indonesia Ryan Charland.
Baca juga : Ini Tips Mengatasi Biaya Kesehatan yang Terus Meningkat
“Menemukan solusi untuk mengurangi dampak inflasi merupakan salah satu fokus kami. Seorang profesional keuangan dapat membantu menemukan produk yang tepat untuk memberikan perlindungan kesehatan, dan lebih jauh lagi, juga perlindungan aset,” lanjutnya.
Untuk mencapai tujuan keuangan mereka, 45% dari total responden Indonesia mengatakan bahwa mereka akan menggunakan tabungan dan deposito bank, sementara 27% mengatakan bahwa mereka mencari pekerjaan tambahan, dan 24% memiliki investasi saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya.
Sementara, di antara mereka yang masih lajang, kekhawatiran terbesar mereka adalah kurang atau berkurangnya pendapatan (57%), jauh di atas pasangan yang sudah menikah (52%).
Mereka juga khawatir akan kurangnya tabungan (52%), lebih banyak dari pasangan yang sudah menikah (48%).
Temuan ini menunjukkan literasi keuangan mereka yang masih lajang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah menikah. Literasi keuangan mereka didasarkan pada jangkauan dan jenis investasi, asuransi dan tabungan yang mereka miliki.
Tingkat literasi keuangan mereka yang lebih rendah dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan finansial dapat dijelaskan dengan hanya 42% lajang yang memiliki perencana keuangan dibandingkan dengan 63% dari mereka yang sudah menikah.
Secara keseluruhan, empat dari lima orang yang disurvei di Indonesia memiliki asuransi (80%), dan 40% responden mengaku memiliki asuransi kesehatan.
Namun, mereka yang masih lajang memiliki lebih sedikit produk tabungan, lebih sedikit asuransi, dan tidak memiliki produk investasi sebanyak mereka yang sudah menikah.
Survei ini menunjukkan bahwa 92% responden memiliki produk perbankan, terutama tabungan dalam mata uang lokal (85%), sementara 78% memiliki investasi, termasuk saham (28%), emas (57%), reksadana (31%), dan obligasi (11%).
Patut dicatat bahwa kebanyakan orang-orang yang masih melajang di Indonesia mempertimbangkan untuk menikah – lebih banyak dari negara manapun di Asia – hal ini menunjukkan potensi kesejahteraan finansial yang lebih baik ke depannya.
Survei menunjukkan 5% dari responden kemungkinan besar tidak akan atau belum pasti menikah, sementara 8% lainnya masih belum yakin.
Hanya Vietnam yang mendekati angka tersebut, sementara rata-rata negara-negara di Asia masing-masing 20% (kemungkinan besar tidak akan atau belum pasti meningkat) dan 22% (masih belum yakin)
“Masyarakat Indonesia memiliki investasi yang lebih beragam ketimbang negara lain di Asia, namun mereka amat bergantung pada tabungan. Hal ini beresiko tinggi karena uang pasti akan mengalami depresiasi, terutama ketika laju inflasi tinggi. Uang bukanlah jawaban,” kata Ryan.
“Merupakan tanggung jawab kami untuk membantu masyarakat lebih memahami asuransi dan investasi lainnya agar bisa melindungi dan mengembangkan tabungan mereka untuk masa depan,” imbuhnya.
Survei juga mengungkapkan persepsi responden terhadap inflasi biaya perawatan kesehatan selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 26%, di atas rata-rata negara-negara di Asia (23%) dan lebih besar dua kali lipat dari angka yang sebenarnya2.
Responden sangat khawatir dengan kenaikan harga pada resep obat (61%), perawatan kesehatan untuk pencegahan (42%), dan rawat inap (41%). Penyakit yang paling dikhawatirkan adalah penyakit jantung (40%), stroke (35%), obesitas (24%), serta kanker dan diabetes (keduanya 22%).
Perlindungan kesehatan responden masih rendah, terutama untuk penyakit kritis: rawat jalan 40%, rawat inap 34%, kecelakaan 30%, dan hanya 15% untuk penyakit kritis. Bahkan, angka-angka tersebut sebagian besar akan turun dalam beberapa tahun ke depan.
Jaminan rawat jalan diperkirakan akan turun menjadi 25%, rawat inap menjadi 27% dan kecelakaan menjadi 25%, dengan hanya penyakit kritis yang sedikit lebih tinggi menjadi 18%.
Sebagian besar responden di Asia merasa bahwa tunjangan dan cakupan kesehatan dari perusahaan mereka tidak cukup. Begitu pula di Indonesia, dengan 74% responden memiliki pandangan serupa.
Sebanyak 85% merasa perlu menambah tunjangan pensiun dan tunjangan hari tua yang mereka terima dari perusahaan—angka tertinggi di kawasan Asia bersamaan dengan Vietnam.
Selain itu, 60% dari mereka yang sudah menikah ingin menunda masa pensiun karena tanggung jawab finansial mereka terhadap keluarga.
Pada umumnya di Asia dan di berbagai belahan dunia lainnya, alternatif untuk bergantung memiliki asuransi dan pensiun di hari tua adalah dengan memiliki anak untuk dapat menafkahi mereka di masa pension. Ini merupakan pandangan yang semakin memudar.
Di Indonesia, 44% responden mengatakan mereka tidak mengharapkan anak-anak mereka untuk menafkahi mereka di masa pensiun —masih kurang dari separuhnya, tetapi masih lebih tinggi dari semua pasar lain di kawasan Asia kecuali Jepang (70%) dan Filipina (58%).
Di seluruh Asia, separuh responden menyatakan bahwa mereka tidak berencana memiliki anak. Di Asia, mereka yang menginginkan anak rata-rata menginginkan 1, sedangkan di Indonesia rata-rata menginginkan dua.
"Survei ini menunjukkan adanya kebutuhan bagi masyarakat Indonesia untuk merencanakan perlindungan kesehatan dengan lebih baik dan perusahaan asuransi memiliki peran penting untuk membantu mereka melakukan hal tersebut, terutama dalam mengubah persepsi mengenai biaya kesehatan dan berfokus pada kebutuhan individu yang spesifik," kata Ryan. "Dengan melakukan hal tersebut, setiap orang dapat menemukan cara untuk mengatasi kendala dalam perencanaan keuangan mereka secara lebih efektif." (Z-1)
Penerapan intervensi pada pemaknaan kesehatan atau Health Belief Model dapat membantu efektivitas program kesehatan.
Membangun komunikasi terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup merokok di antara penduduk Indonesia.
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Menggunakan talenan yang sama untuk sayur dan daging bisa menyebabkan kontaminasi silang berbahaya seperti Salmonella. Simak tips mencegahnya berikut.
Kebiasaan merokok biasanya diawali hanya dengan satu batang rokok tapi akan ada banyak resiko yang mengikuti setelahnya.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
Metode pembayaran paylater kini menjadi pilihan favorit bagi banyak orang yang membutuhkan fleksibilitas dalam berbelanja. Sistem ini memungkinkan kamu untuk memenuhi berbagai kebutuhan
ALDY Maldini mantan anggota Coboy Junior, mengunggah video klarifikasi atas perilakunya yang menipu penggemarnya. Gaya hidup yang dipaksakan memperparah kondisi finansial
FILM Keluarga Super Irit akan tayang di bioskop mulai 12 Juni. Film ini dibintangi oleh seluruh anggota keluarga pasangan Dwi Sasono dan Widi Mulia. Frugal Living
Fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan tetapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
Musiman, tren yang berkelanjutan dan berulang selama beberapa periode dalam setahun, cenderung memengaruhi nilai aset dan kondisi pasar secara keseluruhan.
Kampanye ini berfokus pada literasi keuangan melalui konten Tayangan Jemput Ilmu (Ta’jil) di akun Instagram.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved