Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
MUSIM panas mungkin telah berlalu, tetapi jangan buru-buru menyimpan tabir surya Anda. Meskipun suhu mulai turun, ancaman dari radiasi ultraviolet (UV) tetap ada.
Tabir surya bukan hanya alat pelindung untuk musim panas. Tabir Surya adalah tameng yang penting sepanjang tahun untuk melindungi kulit Anda dari kanker dan penuaan dini.
Di balik manfaatnya yang sudah tak terbantahkan, muncul perdebatan panjang tentang keamanan bahan kimia dalam tabir surya. Banyak pihak bertanya-tanya: Mana yang lebih berbahaya, paparan radiasi UV atau bahan kimia dalam tabir surya?
Baca juga : Lindungi Kulit si Kecil saat Bermain di Luar Ruang
Sinar matahari mengandung radiasi UV yang, menurut para ahli, bertanggung jawab atas 95% karsinoma sel basal dan skuamosa, serta hingga 70-95% kasus melanoma pada kulit putih. Radiasi ini bekerja dengan merusak DNA di sel kulit, yang lama kelamaan dapat menyebabkan mutasi dan berkembang menjadi kanker.
Disadur dari CNN Dr. Rachel Neale, seorang peneliti di QMR Birkhoff di Brisbane, Australia, yang telah mempelajari kanker kulit sejak 1993, menjelaskan bahwa sinar UVB adalah jenis radiasi yang paling berbahaya. “Mutasi pada DNA yang disebabkan oleh radiasi ini dapat mengganggu mekanisme perbaikan tubuh, yang akhirnya berpotensi menyebabkan kanker kulit,” katanya.
Tabir surya telah terbukti menurunkan risiko terkena kanker kulit, terutama melanoma, yang paling mematikan, serta karsinoma sel skuamosa yang lebih umum. Namun, kekhawatiran mulai muncul mengenai keamanan bahan-bahan yang digunakan dalam tabir surya.
Baca juga : Cara Tapat Memilih Sunscreen Berdasarkan 4 Jenis Kulit
Ada dua jenis tabir surya: mineral (fisik) dan kimia. Tabir surya mineral, yang mengandung titanium dan seng, bekerja dengan membentuk penghalang di atas kulit yang memantulkan radiasi UV. Sementara itu, tabir surya kimia menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi panas yang kemudian dilepaskan dari tubuh.
Namun, keamanan bahan kimia ini masih menjadi tanda tanya. Pada 2019 dan 2021, FDA meminta lebih banyak data keamanan dari produsen untuk 12 bahan umum yang digunakan dalam tabir surya.
Alasannya? Bahan kimia ini ternyata dapat dengan mudah diserap oleh kulit dan masuk ke aliran darah dalam jumlah yang lebih besar dari yang kita sadari.
Baca juga : Inilah Tips yang Perlu Diperhatikan Saat Pilih Suncreen
Laura Vandenberg, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan di University of Massachusetts Amherst, menjelaskan beberapa bahan kimia ini, seperti oxybenzone, dapat meniru estrogen dalam tubuh dan mengganggu hormon lainnya. Ini bisa menjadi masalah besar, terutama bagi populasi yang rentan seperti anak-anak, wanita hamil, atau bayi.
Meskipun ada kekhawatiran, belum ada bukti kuat yang mengaitkan bahan kimia ini dengan efek buruk pada manusia. “Apakah kita bisa mengatakan dengan pasti bahwa oxybenzone menyebabkan masalah kesehatan? Tidak, karena kita belum memiliki data yang cukup untuk mengonfirmasi itu,” kata Vandenberg. Namun, ia juga menekankan pentingnya mendapatkan produk yang aman dan efektif.
Bagaimana Para Ahli Melindungi Diri Mereka?
Baca juga : Jangan Lupa, 6 Bagian Tubuh Ini Wajib Dioles Sunscreen
Meskipun ada kontroversi, para ahli tetap menyarankan penggunaan tabir surya. Dr. Neale mengandalkan tabir surya kimia setiap hari, sementara Vandenberg lebih memilih tabir surya fisik dan mengaplikasikannya secara rutin.
“Kanker kulit itu nyata,” kata Vandenberg. "Menggunakan tabir surya, bahkan yang mengandung bahan kimia, lebih baik daripada tidak melindungi kulit sama sekali."
Vandenberg juga menambahkan bahan kimia ini ada di mana-mana, bukan hanya di tabir surya. “Kita perlu menuntut produk yang lebih aman dari perusahaan yang kita beli, dan juga dari badan regulasi kita,” pungkasnya.
Jadi, mana yang lebih berbahaya? Radiasi UV jelas merupakan ancaman yang nyata dan terbukti. Namun, kebutuhan untuk lebih memahami dan mengatur bahan kimia dalam tabir surya juga tak kalah penting. Kuncinya adalah melindungi diri dengan bijak, memilih produk yang aman, dan tetap waspada terhadap ancaman dari kedua sisi ini. (Z-3)
Sinar ultraviolet memang bermanfaat untuk membentuk vitamin D di dalam tubuh. Namun, paparan yang berlebihan justru bisa berdampak buruk pada kesehatan.
Apakah Anda tahu bahwa mata juga bisa terbakar sinar matahari?
Berjemur di bawah sinar matahari pagi sering dianggap sepele, padahal kebiasaan ini menyimpan banyak manfaat yang tak boleh dilewatkan.
Kanker kulit adalah salah satu jenis kanker yang paling umum, namun juga salah satu yang paling dapat dicegah.
Melindungi lapisan ozon dari kerusakan atau penipisan sangat penting. Lapisan ozon memiliki peran krusial dalam kehidupan karena molekul-molekulnya bertindak sebagai pelindung
Lapisan ozon, yang berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya, sering kali menjadi subjek berbagai mitos dan kesalahpahaman.
Selfie kini jadi alat skrining dini kanker kulit berkat teknologi AI. Sejumlah aplikasi mampu mendeteksi kelainan kulit dengan akurasi tinggi, memudahkan akses kesehatan di era digital.
Bagi masyarakat yang memiliki risiko lebih besar terkena kanker kulit ini dapat menggunakan tabir surya yang mampu menghalau UV A dan UV B.
Sinar UV B mampu menyebabkan luka hingga kanker kulit bila seseorang sering terpapar sinar matahari secara langsung secara intens dengan durasi yang cukup lama.
Membedakan antara kutil dan kanker kulit sangat penting untuk mengetahui langkah penanganan yang tepat. Kedua kondisi ini bisa tampak serupa, tetapi memiliki perbedaan signifikan
Mencukur habis bulu ketiak umumnya dianggap aman jika dilakukan dengan cara yang tepat, tetapi ada beberapa potensi bahaya yang perlu diperhatikan
Ilmuwan asal Australia telah menciptakan uji coba pemeriksaan kanker kulit yang hanya memerlukan beberapa detik. Ini adalah langkah besar bagi deteksi dini kanker kulit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved