Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MASALAH stereotipikal remaja saat ini ialah banyak terpaku pada perangkat selular mereka. Sebuah studi baru dari Inggris menambah kekhawatiran yang semakin berkembang bahwa obsesi terhadap smartphone dapat merugikan kesehatan remaja.
Para ahli menemukan remaja yang melaporkan hubungan bermasalah dengan smartphone mereka bisa sampai tiga kali lebih mungkin mengalami kecemasan, depresi, atau menderita insomnia.
Faktanya, hampir setengah remaja pengguna smartphone mengatakan mereka sudah terlalu seru dengan pengguna smartphone. Namun mereka juga mengaku memiliki gejala kecemasan hingga depresi.
Baca juga : Beban Gangguan Mental Berlipat
Banyak orangtua menerapkan “mode pesawat” pada ponsel anaknya guna mengalihkan mereka dari penggunaan smartphone. Banyak orangtua yang menyebut penggunaan ponsel pintar yang berlebihan pada anak-anak mereka sebagai 'kecanduan'.
Para akademisi mengatakan mereka memilih untuk tidak menggunakan frasa ini karena ini adalah istilah klinis. Mereka menyebutnya sebagai 'penggunaan ponsel cerdas yang bermasalah' (PSU).
PSU didefinisikan sebagai 'kehilangan kendali subjektif atas penggunaan'. Misalnya, keasyikan dan mengabaikan tanggung jawab atau kegiatan yang berarti demi menggunakan smartphone.
Baca juga : Harus Tahu: Kerugian Biaya Akibat Gangguan Mental 2x Lebih Besar dari Gangguan Fisik
PSU itu mengacu pada dua studi terpisah yang sudah dilakukan para akademisi. Studi pertama, yang dipublikasikan di Acta Paediatrica, meneliti data siswa berusia 16-18 tahun di lima sekolah di London, East Midlands, dan barat daya Inggris. Studi kedua, yang diterbitkan dalam BMJ Mental Health, pada kelompok remaja yang lebih kecil yaitu siswa berusia 13-16 tahun dari dua sekolah di London.
Penelitian baru ini melibatkan dua studi terpisah. Yang pertama, yang dipublikasikan di Acta Paediatrica, memeriksa data tentang siswa berusia 16 hingga 18 tahun di lima sekolah di London, East Midlands, dan barat daya Inggris.
Sebanyak 657 remaja ikut serta, dan 19% di antaranya ditemukan mengalami PSU (Penggunaan Smartphone yang Bermasalah).
Baca juga : 4 Tips dan Solusi Menghadapi Kesehatan Mental Pasca Pemilihan Umum
Dari 123 orang yang melaporkan PSU, sekitar 43% dari kelompok ini melaporkan gejala kecemasan. Ini dibandingkan dengan seperempat (25%) remaja tanpa PSU.
Artinya, mereka yang dianggap mengalami PSU dua kali lebih mungkin melaporkan gejala kecemasan.
Sementara itu, sekitar 56% remaja dengan PSU melaporkan gejala depresi, dibandingkan dengan 29% dari remaja tanpa PSU.
Dari kedua studi tersebut membuktikan sebagian besar remaja pengguna smartphone mengalami PSU. Mereka melaporkan mengalami gejala kecemasan hingga paling parahnya adalah mengalami gejala depresi.
"Mereka yang mengalami PSU lima kali lebih mungkin membutuhkan bantuan dan dukungan untuk mengurangi sehingga mereka menyadari bahwa mereka sedang berjuang, dan mereka meminta bantuan untuk melakukan sesuatu” dikatakanBen Carter, salah satu peneliti studi itu,. (dailymail/Z-3)
Melalui pembaruan fitur Pelibatan Keluarga, TikTok berupaya agar orangtua dan wali dapat lebih terlibat dalam mendampingi pengalaman digital anak remaja mereka
Anak dan remaja membutuhkan ruang yang aman dan suportif untuk menyalurkan tekanan emosional yang mereka rasakan, terutama pada masa transisi seperti awal tahun ajaran baru.
Keterlibatan remaja sejak awal menjadi fondasi utama Gerakan RAW termasuk dalam merumuskan nama, nilai, dan arah strategis yang mencerminkan suara dan kebutuhan mereka.
Kasus diabetes pada anak muda makin meningkat akibat pola makan buruk dan gaya hidup pasif. Kenali penyebab, dampak, dan cara pencegahannya sejak dini.
Banyak orang tua lupa memeriksakan kesehatan remaja secara rutin. Padahal, masa remaja rentan terhadap masalah pubertas
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
OCD dicirikan oleh dua elemen utama, yaitu obsesi dan kompulsi, yang terjadi berulang kali dan sulit untuk dikendalikan oleh penderitanya.
Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan. Namun, jika berlangsung dalam jangka panjang dan tidak ditangani secara tepat, stres dapat memicu gangguan kesehatan
Disosiatif: Pelajari gangguan mental disosiatif, penyebab, gejala, dan cara penanganannya. Informasi lengkap & mudah dipahami!
Setiap orang yang mengonsumsi 100 gram per hari gula, meningkatkan hampir 28% kemungkinan dia untuk mengalami depresi.
Soul Conference 2024 mengangkat tema Measuring Spiritual Wellness.
Belajar dari kasus penusukan di Cilandak, Jakarta Selatan yang diduga dilakukan remaja 14 tahun, ada hal-hal terkait kondisi mental anak yang perlu diperhatikan oleh orangtua atau wali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved