Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
ANAK merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dilindungi dan diberdayakan. Namun anak-anak Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan.
Permasalahan tersebut dapat menghambat tumbuh kembang anak, serta mengancam masa depan mereka.
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, penting bagi kita untuk memahami permasalahan dunia anak di Indonesia.
Baca juga : Anak Bertanya tentang Kasus Kekerasan, Menteri PPPA Menjawab
Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan terkait kesehatan, terutama pada anak-anak. Misalnya, data angka kematian bayi akibat berbagai penyakit seperti berat badan lahir rendah, sangat umum terjadi di Tanah Air.
Menurut data Kementerian Kesehatan, tahun 2022, pertumbuhan stunting di Indonesia masih meningkat mencapai 24,4%. Angka kematian anak di bawah usia 5 tahun masih tinggi, yaitu 24,9 per 1.000 kelahiran hidup.
Masalah kesehatan anak dapat disebabkan berbagai faktor, seperti kemiskinan, pola makan yang buruk, dan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan. Dengan demikian, masalah kesehatan anak dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya serta mengancam masa depannya.
Baca juga : Kesejahteraan Anak Syarat Indonesia Menjadi Negara Maju
Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Negara yang terdiri dari ribuan pulau ini gagal meningkatkan taraf hidup seluruh penduduknya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, jumlah penduduk miskin di Indonesia akan mencapai 26,16 juta jiwa atau setara dengan sekitar 9,59% dari total jumlah penduduk. Di mana sebagian besar penduduk miskin adalah anak-anak
Kemiskinan dapat menghalangi anak-anak untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan gizi yang memadai. Anak-anak dari keluarga miskin berisiko putus sekolah, terhambat pertumbuhannya, dan rentan terserang berbagai penyakit.
Baca juga : KPAI: Screen Time Gawai Pengaruhi Kepribadian Anak
Ribuan anak menjadi korban kekerasan setiap tahunnya. Beraneka ragam kekerasan yang mereka alami, mulai dari kekerasan fisik, seksual, dan psikologis.
Menurut data Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada 2022 sebanyak 17.262 kasus kekerasan terhadap anak.
Kekerasan fisik dapat berupa pemukulan, penganiayaan, dan pelecehan. Kekerasan seksual dapat berupa pelecehan seksual, pemerkosaan, dan inses. Kekerasan psikologis dapat berupa intimidasi, ancaman, dan hukuman yang tidak manusiawi.
Baca juga : Legislator : Kasus Perundungan Ekstrem di Tasikmalaya Pertegas Pentingnya Perlindungan Anak
Akses terhadap pendidikan masih menjadi permasalahan bagi anak-anak di Indonesia. Menurut data BPS, tahun 2022, terdapat 2,5 juta anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah.
Meskipun situasi pendidikan di Indonesia menunjukan peningkatan, masih terdapat akses pendidikan yang terbatas. Hal ini menyebabkan anak tidak dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Anak yang tidak bersekolah lebih rentan untuk menjadi pekerja anak, putus sekolah, dan terlibat dalam tindak kriminal.
Pekerja anak juga menjadi salah satu masalah bagi anak di Indonesia. Anak-anak yang seharusnya masih bersekolah harus terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pekerja anak di Indonesia bermacam bentuknya, mulai dari pekerja rumah tangga, buruh di sawah, hingga buruh tani harian, dan lain-lain.
Pernikahan anak masih menjadi masalah yang umum di Indonesia. Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), pada 2022, anak perempuan yang menikah sebelum usia 18 tahun sebanyak 1,2 juta anak.
Perkawinan anak ini dapat berdampak negatif pada kesehatan, pendidikan, dan masa depan anak. Anak yang menikah di bawah usia 18 tahun lebih rentan untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, putus sekolah, dan terpapar kekerasan dalam rumah tangga.
Diperkirakan ada 7.500 anak yang tinggal di wilayah metropolitan Jakarta. Angka ini mengejutkan, membingungkan, dan terlebih lagi jika dihitung berapa banyak anak yang mungkin terkena dampak masalah ini di seluruh wilayah Indonesia. (Z-3)
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong dilakukan pencegahan terhadap terjadinya tindak kekerasan kepada anak secara berulang atau reviktimasi.
Hampir setengah anak di Indonesia mengalami kekerasan. Temukan fakta penting tentang perlindungan anak dan langkah untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka.
POLISI masih menelusuri keberadaan orangtua anak berusia 7 tahun berinisial MK, yang ditemukan dalam kondisi memprihatinkan di Pasar Kebayoran Lama beberapa waktu lalu.
Berikut fakta-fakta kondisi terkini MK, anak perempuan 7 Tahun yang diduga dianiaya dan dibuang ayahnya di Pasar Kebayoran Lama, Jaksel
KPAI berkoordinasi dengan Tim Subdit Anak Direktorat PPA dan PPO Bareskrim Polri terkait anak yang ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dari gerak-geriknya, sang satpam melihat pria itu menaruh anaknya di lantai beralaskan kardus.
Keterlibatan ayah tidak hanya membentuk aspek fisik anak, tapi, juga mempengaruhi kepercayaan diri dan keberanian mengambil risiko.
Selain dukungan dalam bentuk kebijakan, efektivitas sistem perlindungan perempuan dan anak sangat membutuhkan political will dari para pemangku kepentingan.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved