Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Data Genomik Kesehatan Global

Devi Harahap
21/6/2024 16:36
Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Data Genomik Kesehatan Global
DNA(Dok.Freepik)

INFORMASI pemetaan data genomik yang semakin lengkap dan beragam serta pengembangan teknologi yang begitu pesat, menjadi faktor-faktor penting untuk mengetahui pola, risiko, upaya pencegahan dan diagnosis serta pengobatan penyakit lebih komprehensif baik secara nasional maupun individual. Hal itu tentu saja dapat berpengaruh pada perbaikan sistem kesehatan nasional suatu negara.

Pengajar dari Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr.rer.physiol dr. Septelia Inawati Wanandi mengatakan kondisi penelitian genomik di Indonesia sudah semakin maju. Dikatakan bahwa peran Indonesia dalam proses modernisasi sistem kesehatan dunia di bidang genomik sangat unggul dan berlimpah khususnya pada penyediaan spesimen data.

“Kita sudah sangat maju dibandingkan 10 tahun lalu, tapi tetap tidak bisa mengejar kemajuan teknologi genomik di luar negeri. Sehingga penelitian monokuler yang bagus dan sangat bisa dikembangkan di Indonesia adalah fokus pada sampel atau spesimen yang mengangkat sumber daya di Indonesia, baik itu dari manusia atau pasien dan keanekaragaman populasi spesies genetik, serta variasi mikroorganismenya,” ungkapnya kepada Media Indonesia di Gedung FKUI Jakarta, pada Jum’at (21/6).

Baca juga : Daftar 10 Universitas Paling Bergengsi Versi THE Asia University Rankings 2024

Menurut Septelia, potensi data genomik yang beragam pada masyarakat Indonesia itu yang seringkali menarik perhatian peneliti di luar untuk melakukan kerjasama terkait pengembangan genomik. Sayangnya, sering kali para tenaga medis dan peneliti genomik dalam negeri tak menyadari potensi tersebut.

“Saya selalu mengingatkan untuk siaga mengenai sumber daya tersebut agar jangan sampai dijual (ke luar negeri). Artinya, kolaborasi itu memang perlu karena teknologi kita tidak cukup, tapi jangan sampai data yang merupakan bahan mentah itu diberikan, paling tidak sudah kita olah dulu kemudian kita tanyakan bagaimana mengelolanya. Sehingga hasil pengemabangan itu nantinya masih menjadi milik kita, sehingga nama kita ada di situ,” jelasnya.

Lebih lanjut, Septelia mengungkapkan bahwa tenaga medis Indonesia seringkali tidak sadar mengenai besarnya potensi data genomik pada pasien mereka. Beberapa kasus terjadi dimana pasien-pasien yang memiliki tipe penyakit tertentu dengan mudahnya direkomendasikan untuk berobat ke luar negeri, hal itu menurutnya dapat merugikan Indonesia dalam penemuan genomik.

Baca juga : Kurangi Potensi Stres, Distribusi Dokter Spesialis Perlu Diimbangi dengan Kesejahteraan 

“Kerap kali tenaga media senang ketika pasien dapat diterapi di rumah sakit luar negeri, padahal sampel darah dan jaringan yang diambil dari pasien bukan hanya mampu mengembangkan terapi penyakit itu saja, tapi bisa dilakukan seribu macam penelitian lain yang nantinya bisa menghasilkan vaksin lalu dijual di Indonesia, jadi memang teknologi molekuler di Indonesia masih tertinggal tapi kita punya kekayaan data,” ungkapnya.

Septelia menjelaskan bahwa keanekaragaman genomik yang ada di Indonesia berasal dari berbagai sumber, beberapa di antaranya adalah pasien dari penyakit menular seperti Tb, Malaria, DBD, dan lainnya. Tak hanya dari faktor internal pasien, data genomik juga dapat dipotret dari lingkungan sekitar pasien.

“Perlu sekali untuk mendata berbagai genomik yang ada, tak hanya kuantitasnya tapi juga data secara mutasi sehingga itu bisa jadi data nasional, karena saat ini di tingkat internasional belum ada pendataan genomik dari faktor mutasi,” imbuhnya.

Baca juga : UI Puncaki Peringkat Edurank di Indonesia

Perlindungan dan pendataan genomik

Untuk meningkatkan perlindungan dan pemetaan data genomik di Indonesia, dibutuhkan sistem penjagaan sumber daya data. Hal itu yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dengan meluncurkan program pengumpulan data genomik penduduk Indonesia.

Perwakilan dari Biomedical and Genome Science Initiative Kemenkes (BGSi) Kementerian Kesehatan, Indri Rooslamiati mengatakan bahwa pendataan

Perwakilan dari Biomedical and Genome Science Initiative Kemenkes (BGSi) Kementerian Kesehatan, Indri Rooslamiati mengatakan bahwa pendataan genomik telah diperkuat dengan pendekatan baru yaitu melihat kondisi genetik individu, lingkungan, serta gaya hidup dari setiap pasien. Rekam data genomik tersebut nantinya akan disimpan dalam satu data dalam program playground.

“Program ini menargetkan pada 2024 akan terkumpul data 10.000 genom dan patogen yang berkaitan dengan penduduk Indonesia dan akan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya. Proyek ini melibatkan mitra swasta, perusahaan rintisan penyedia platform genetik, dengan tujuan menyediakan layanan pengobatan presisi,” katanya.

Baca juga : Capaian 10 Tahun BPJS Kesehatan Signifikan

Menurut Indri, Program BGSI ini digalakkan untuk meneliti pengembangan pengobatan khususnya pada enam penyakit utama, yaitu penyakit kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.

“Hingga saat ini terdapat beberapa sub yang dibentuk dalam BGSi, yaitu penyakit menular di RSPI Sulianti Saroso, penyakit kanker di RS Dharmais, penyakit genetik di RSUP Sardjito, penyakit otak dan neurodegeneratif di RS Pusat Otak Nasional, penyakit metabolik di RSUPN Cipto Mangunkusumo, serta terakhir tentang penuaan, nutrisi, dan kesehatan di RSUP Ngoerah,” jelasnya.

Program BGSI ini lanjut Indri, digalakkan untuk meneliti pengembangan pengobatan pada enam penyakit utama, yaitu penyakit kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan. Selain itu, pada 2024 BGSI menargetkan pengumpulan data 10.000 genom dan patogen yang berkaitan dengan penduduk Indonesia dan akan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya. (Dev/Z-7)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya