Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Butuh Inovasi untuk Pengelolaan Museum

Atalya Puspa
29/5/2024 16:50
Butuh Inovasi untuk Pengelolaan Museum
Pengunjung melihat patung tokoh pergerakan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

BUTUH kreativitas dan inovasi untuk mengelola sebuah museum agar ramai dikunjungi dan mendapatkan pemasukan untuk pengelolaan. Salah satu museum yang berhasil dalam melakukan inovasi ialah Museum Pendidikan Nasional UPI. Kepala Museum Pendidikan Nasional UPI Leli Yulifar mengungkapkan, pihaknya membuat inovasi edutourism sejak covid-19 yang dapat meningkatkan pemasukan museum tersebut secara berkali lipat.

“Awalnya saat covid-19 saya diberikan tantangan agar bagaimana museum ini jadi cost center. Itu sangat berat, karena sebelum covid-19 saja museum tidak seksi, apalagi saat covid-19,” ucap Leli dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (29/5).

Saat itu, kemudian ia berinisiatif untuk membuat virtual tour. Saat itu, kemudian banyak kampus-kampus yang membeli tiket untuk menggantikan kelas sejarah pendidikan mereka. Lalu atas kerjasama UPI dan perguruan tinggi luar negeri, kemudian hadir pembeli tiket virtual tour dari berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Korea, Kamboja dan Jepang.

Baca juga : Tata Kelola Museum di Indonesia masih Carut-Marut

Selain itu, ia pun mengikuti program matching fund dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) dan mendapatkan pendanaan sebanyak Rp2,6 miliar. Sejak saat itu ia pun memadukan konsep edutourism dan ekonomi kreatif. Saat pandemi mereda, Museum Pendidikan Nasional UPI kemudian memiliki kafe teras. Pihaknya pun menjual bundling, yakni saat membeli tiket museum, pengunjung akan mendapatkan makan siang. Berkat inovasi tersebut, dari sebelumnya rata-rata pemasukan museum hanya Rp100 juta per tahun, kini pada 2023 menjadi Rp1 miliar.

“Saya bukan menyiasati regulasi tapi agar nirlabanya tetap, kita jadikan pedoman untuk tata kelola museum, tapi kenyataan butuh pemasukan, akhirnya ecotourism bisa menjadi profit,” pungkas dia.

Di kesempatan yang sama, Kepala UP Museum Kebaharian Misari mengungkapkan, dengan dana yang didapatkan dari negara, tentunya akan sangat sulit untuk mengelola berbagai koleksi hingga situs cagar budaya. Saat ini sendiri, ada tiga objek di bawah UP Museum Kebaharian, yakni Museum Bahari, Rumah Si Pitung dan Masjid Al-Alam serta Museum Arkeologi Onrust.

Baca juga : Kemendikbud Ristek Luncurkan Indonesia Heritage Agency di Yogyakarta

Masih ada banyak PR dalam pengelolaan museum. Di antaranya ialah sarana dan prasarana. Menurut dia, pengelolaan gedung cagar budaya membutuhkan ongkos yang sangat mahal.

“Selain itu, SDM. Saat ini di DKI SDM semakin tahun semakin berkurang. Tapi alhamdulillah hadir kembali ASN arkeologi ini menjadi angin segar dengan berbagai potensi yang dimiliki. Kendala dan hambatan tetap membuat kami semangat,” ucap dia.

“Kami sebagai pengelola museum tidak boleh gentar. Kami buka pintu lebar kepada publik dan berbagai pihak untuk berkontribusi untuk pemajuan Museum Bahari,” pungkas Misari. (Ata/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya