Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PSIKIATER dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Gina Anindyajati mengatakan bahwa teknik distraksi dapat dimanfaatkan seseorang untuk mengendalikan emosi agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
"Kita bisa memakai teknik distraksi untuk menurunkan intensitas emosi, setelah itu baru berpikir mengenai tindak lanjut yang proporsional sesuai masalah yang dihadapi," kata Gina, dikutip Jumat (10/5).
Gina menjelaskan orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat merasakan emosinya dan merespon emosinya dengan tepat.
Baca juga : Stop! Tahan Emosimu dan Lakukan Ini
Oleh karena itu, setiap orang perlu belajar meregulasi emosi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ia menyampaikan, teknik distraksi yang sering dilakukan misalnya mengganti atau mengalihkan dorongan untuk merilis emosi menggunakan cara yang lebih tidak berbahaya.
Ketika seseorang mengalihkan keinginan, emosi disalurkan dengan cara yang lebih adaptif seperti mendengarkan musik, bermain dengan hewan peliharaan, berjalan kaki, berolahraga, memasak, dan lain-lain.
Baca juga : Jurus Tenang di Tengah Masa Pandemi
Setelah melakukan aktivitas ini, diharapkan seseorang akan lebih rileks dan bisa mengolah perasaannya dengan lebih jernih.
Selain itu, terdapat cara lainnya, yaitu melalui reinforcing, yaitu ketika seseorang melakukan hal yang berlawanan dengan dorongan yang dirasakan.
Misalnya saat merasa marah, seseorang yang sangat ingin menghampiri objek kemarahannya saat itu juga, harus memaksa diri untuk menunda.
Baca juga : 5 Alasan untuk Menghindari Bekerja di Tempat Tidur
"Contohnya, tunggu sepuluh menit baru boleh menghampiri. Dengan demikian diharapkan ada kesempatan bagi individu untuk berpikir terlebih dahulu," ujarnya.
Lebih lanjut Gina menyampaikan merupakan sebuah kewajaran apabila seseorang merasa tertekan serta timbul ketidaknyamanan ketika menghadapi masalah.
Namun, setiap orang perlu belajar mengidentifikasi emosi apa yang muncul, merasakan emosi tersebut, dan memproses emosi tersebut.
Baca juga : Belajar Kelola Keuangan Selagi di Rumah Aja
Psikiater Departemen Kesehatan Jiwa RSCM FKUI itu mengatakan emosi yang tidak enak dirasakan misalnya rasa sedih, khawatir, takut, atau marah.
Menurut dia, sering kali seseorang reaktif dengan emosinya dan ingin langsung menyingkirkan.
Hal yang bisa dilakukan pertama adalah menyadari bahwa ada emosi yang sedang dirasakan, lalu mengambil jeda sejenak untuk menenangkan diri dan berpikir, baru kemudian memutuskan apa yang mau dilakukan berikutnya.
"Bantuan profesional diperlukan ketika emosi sulit diregulasi, meledak-ledak atau berlarut-larut, dan mengganggu aktivitas harian bahkan hingga membahayakan misal menyakiti diri atau orang lain," pungkas Gina. (Ant/Z-1)
Teknik distraksi diklaim bisa digunakan seseorang untuk mengontrol emosinya agar tidak menimbulkan bahaya bagi dirinya maupun orang lain.
Kondisi remaja dan anak sekarang dengan gadget/gawai, mereka banyak bersosialisasi sendiri, merasa aktif sendiri, dan tidak bisa menerima lingkungannya dengan baik.
Lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif yang bisa mendadak jadi kekanakan.
Faktor yang memengaruhi kesehatan mental antara lain genetik, pengalaman traumatis, stres, tekanan hidup, isolasi sosial, ketidaksetaraan sosial-ekonomi, dan sebagainya.
POLDA Metro Jaya akan melibatkan psikiater dan psikolog menangani trauma yang dialami korban sekaligus tersangka kasus KDRT di Depok, Jawa Barat, Putri Balqis.
TERSANGKA kasus produksi film porno, Francisca Candra Novitasari atau Siskaeee, telah selesai menjalani pemeriksaan kejiwaan di Biddokkes Polda Metro Jaya pada Kamis (1/2).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved