Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab dari perburukan kondisi iklim dunia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, berdasarkan pemantauan dari Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kotatabang, terjadi peningkatan konsentrasi CO2 sebesar 2 ppm per tahunnya.
“Tahun 2004 masih sekitar 370 ppm konsentrasi CO2 tahun 2023 sudah mencapai lebih dari 415 ppm. Padahal, unit Kotatabang itu di tengah hutan, tidak di Jakarta, tidak ada polusi. Sehingga bisa dibayangkan di tengah hutan pun konsentrasi CO2 meningkat,” kata Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Rabu (8/11).
Sebagai informasi, GAW Bukit Kotatabang, Sumatra Barat merupakan salah satu alat pengukur yang menjadi referensi mengenai kualitas udara di dunia. Stasiun GAW ini dikenal sebagai stasiun pemantau atmosfer global (SPAG) Kotatabang. SPAG Kotatabang merupakan salah satu dari 31 stasiun global dunia yang termasuk dalam World Meteorological Organization (WMO) GAW Programme.
Baca juga: BMKG: Kenaikan Suhu Global Terus Menciptakan Rekor Panas Baru
“Ini yang mengakibatkan adanya selubung gas rumah kaca di atmosfer dan selubung gas rumah kaca yang menghambat terlepasnya radiasi matahari kembali ke angkasa. Jadi sinar matahari menyinari bumi, lalu dipantulkan oleh permukaan bumi radiasinya kembali ke angkasa, namun setelah puluhan tahun radiasi itu terhalang tidak kembali ke angkasa karena adanya CO2 yang membentuk atau gas-gas rumah kaca,” beber Dwikorita.
Karena adanya peningkatan CO2 itu, ada sejumlah dampak yang terjadi, di antaranya ialah peningkatan suhu udara hingga cuaca ekstrem. Karena hal itu, puncak es Jayawijaya pun diprediksi akan punah pada 2025.
Baca juga: Pertemuan Pemimpin Agama Dunia Hasilkan Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim
Dalam hal ini, BMKG pun melakukan berbagai upaya. Di antaranya melakukan adaptasi perubahan iklim dengan melatih petani, nelayan dan masyarakat untuk beradaptasi menyesuaikan kondisi cuaca dan iklim ekstrem.
“Selain itu mencegah terlepasnya gas rumah kaca sebanyak mungkin dengan cara mendorong transformasi dari energi fosil jadi energi non fosil,” ucap dia.
Di samping itu, BMKG juga melakukan penguatan sistematik observasi sebagai fundamental science based policy dan meningkatkan literasi iklim masyarakat serta pemerintah pusat dan daerah.
“Dilakukan juga penguatan SDM di berbagai sektor dalam hal mendukung ketahanan iklim dan menyampaikan ini ke presiden dan Bappenas untuk menyusun pembangunan jangka panjang sampai 2045,” pungkas Dwikorita. (Ata/Z-7)
Perlindungan sunscreen tidak bisa memproteksi seluruh badan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Disarankan untuk mengenakan pakaian yang memiliki perlindungan anti sinar UV.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
BADAN Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhirnya bisa memetakan sesar aktif yang menjadi pemicu gempa bumi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jabar) pada pergantian Tahun 2024.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin memastikan bencana puting beliung di kawasan Sumedang ini tidak menyebabkan korban jiwa.
Gempa di Sumedang terjadi pada 31 Desember 2023 hingga Januari 2024.
SEBANYAK 137 rumah di Dusun Desa, Dusun Segel, Dusun Leuwihalang, Desa Mangkubumi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, tersapu angin puting beliung.
Gerakan Wakaf Hutan ini disosialisasikan dalam acara ‘Sehati untuk Bumi’ yang berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyatakan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di dalam kawasan tersebut, Rabu (19/6) petang kemarin, berhasil dipadamkan
EMPAT anak yang hilang selama 40 hari di hutan Amazon dalam sebuah kecelakaan pesawat, ditemukan dalam keadaan hidup, sedangkan ibu mereka meninggal dunia.
KANADA sedang mengalami musim kebakaran hutan yang hebat. Masyarakat adat setempat atau yang dikenal First Nations, mengatakan bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk
Pemerintah Brasil melaporkan penurunan sebesar 33,6% tersebut didasarkan pada citra satelit yang diambil oleh Institut Penelitian Antariksa Nasional.
Tanah gundul besar di antara kanopi hutan terlihat dari atas pegunungan Carpathian Rumania. Tunggul-tunggul yang menancap di tanah mengingatkan pohon yang ditebang menjadi batang kayu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved