Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BMKG Ungkap Penyebab Perburukan Kondisi Iklim Dunia

Atalya Puspa
08/11/2023 16:36
BMKG Ungkap Penyebab Perburukan Kondisi Iklim Dunia
Ilustrasi(Dok Freepik)

BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab dari perburukan kondisi iklim dunia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, berdasarkan pemantauan dari Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kotatabang, terjadi peningkatan konsentrasi CO2 sebesar 2 ppm per tahunnya.

“Tahun 2004 masih sekitar 370 ppm konsentrasi CO2 tahun 2023 sudah mencapai lebih dari 415 ppm. Padahal, unit Kotatabang itu di tengah hutan, tidak di Jakarta, tidak ada polusi. Sehingga bisa dibayangkan di tengah hutan pun konsentrasi CO2 meningkat,” kata Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Rabu (8/11).

Sebagai informasi, GAW Bukit Kotatabang, Sumatra Barat merupakan salah satu alat pengukur yang menjadi referensi mengenai kualitas udara di dunia. Stasiun GAW ini dikenal sebagai stasiun pemantau atmosfer global (SPAG) Kotatabang. SPAG Kotatabang merupakan salah satu dari 31 stasiun global dunia yang termasuk dalam World Meteorological Organization (WMO) GAW Programme.

Baca juga: BMKG: Kenaikan Suhu Global Terus Menciptakan Rekor Panas Baru

“Ini yang mengakibatkan adanya selubung gas rumah kaca di atmosfer dan selubung gas rumah kaca yang menghambat terlepasnya radiasi matahari kembali ke angkasa. Jadi sinar matahari menyinari bumi, lalu dipantulkan oleh permukaan bumi radiasinya kembali ke angkasa, namun setelah puluhan tahun radiasi itu terhalang tidak kembali ke angkasa karena adanya CO2 yang membentuk atau gas-gas rumah kaca,” beber Dwikorita.

Karena adanya peningkatan CO2 itu, ada sejumlah dampak yang terjadi, di antaranya ialah peningkatan suhu udara hingga cuaca ekstrem. Karena hal itu, puncak es Jayawijaya pun diprediksi akan punah pada 2025.

Baca juga: Pertemuan Pemimpin Agama Dunia Hasilkan Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim

Dalam hal ini, BMKG pun melakukan berbagai upaya. Di antaranya melakukan adaptasi perubahan iklim dengan melatih petani, nelayan dan masyarakat untuk beradaptasi menyesuaikan kondisi cuaca dan iklim ekstrem.

“Selain itu mencegah terlepasnya gas rumah kaca sebanyak mungkin dengan cara mendorong transformasi dari energi fosil jadi energi non fosil,” ucap dia.

Di samping itu, BMKG juga melakukan penguatan sistematik observasi sebagai fundamental science based policy dan meningkatkan literasi iklim masyarakat serta pemerintah pusat dan daerah.

“Dilakukan juga penguatan SDM di berbagai sektor dalam hal mendukung ketahanan iklim dan menyampaikan ini ke presiden dan Bappenas untuk menyusun pembangunan jangka panjang sampai 2045,” pungkas Dwikorita. (Ata/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya