Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
TEDAK Siten adalah salah satu upacara adat budaya Jawa. Tedak Siten atau upacara turun tanah merupakan upacara yang dilakukan sebagai peringatan bagi manusia akan pentingnya makna hidup di atas bumi yang mempunyai relasi, yaitu relasi antara manusia dan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam di sekitarnya.
Artinya, upacara Tedak Siten merupakan suatu upacara yang mengandung harapan orangtua terhadap anaknya agar si anak nantinya menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa, dan bangsa. Harapan orangtua ini termanifestasikan dalam suatu upacara yang diselenggarakan pada masa kanak-kanak yang dinamai upacara Tedak Siten.
Tedak Siten berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “tedhak” yang berarti “menapakkan kaki”, dan “siten” (berasal dari kata “siti”) yang berarti “bumi” atau “tanah”. Upacara ini dilakukan ketika seorang bayi berusia tujuh lapan (satu lapan sama dengan 35 hari / 7 x 35 hari atau 245 hari) yaitu ketika bayi mulai belajar duduk dan berjalan di tanah.
Baca juga: Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua
Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Sehingga dalam istilah Jawa disebut Tedak Siten. Upacara Tedak Siten selalu diiringi dengan doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.
Simbol yang tersirat dalam upacara Tedak Siten adalah mengungkapkan masa depan bayi. Sedangkan maksud diadakannya upacara Tedak Siten adalah diharapkan kelak kalau anak sudah dewasa akan kuat dan mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan harus dihadapinya untuk mencapai cita-cita.
Baca juga: Contoh Pantun Palang Pintu untuk Pernikahan Adat Betawi
Selain itu upacara ini sebagai perwujudan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam di sekitarnya dan mulai belajar berjalan. Tujuan lain dari upacara ini adalah untuk mengenalkan si anak kepada ibu pertiwi. Dalam masyarakat Jawa terdapat ungkapan “Ibu Pertiwi Bapa Angkasa” yang berarti bumi sebagai ibu dan langit sebagai bapak.
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, sebelum melakukan segala sesuatu selalu diawali dengan ritual “slametan” atau selamatan. Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Salah satu upacara adat Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan.
Istilah selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia. Sementara itu, jika merujuk pada pendapat Clifford Geertz, selamatan bisa berarti “ora ono opo-opo” (tidak ada apa-apa). Dalam prakteknya, selamatan atau syukuran dilakukan dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga. Secara tradisional acara selamatan dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.
Demikian juga sebelum memulai prosesi upacara Tedak siten, dimulai dengan mengadakan “slametan” yang merupakan manifestasi dari doa memohon keselamatan secara bersama-sama kepada Tuhan agar diberikan kelancaran dan terhindar dari halangan sehingga tidak akan terjadi apa-apa.
Saat upacara berlangsung, anak akan dituntun orangtua untuk menapaki tujuh tahapan. Tujuh tahapan tersebut diibaratkan sebagai rintangan atau hambatan dalam kehidupan yang kelak akan dilalui si anak. Satu per satu, anak akan melewati hambatan dengan bimbingan dari orangtua.
Adapun tujuh perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara tedak siten, antara lain:
Masih dari laman Kemendikbud, jadah adalah makanan yang terbuat dari ketan, kelapa muda, dan garam. Dalam tedak siten, terdapat tujuh jadah dengan warna berbeda, yakni putih, merah, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu. Jadah bermakna sebagai simbol kehidupan yang dilalui anak, mulai dari menapaki kaki sampau dewasa. Tujuh jadah berbeda tadi disusun mulai dari warna gelap hingga terang, sebagai lambang semua masalah yang dilalui pasti akan ada penyelesaiannya.
Jenang bluwok terbuat dari tepung beras sebagai lambang ujian untuk menghadapi sulitnya hidup.
Perlengkapan selanjutnya, yakni nasi tumpeng dengan sayur kacang panjang, sayur kangkung, dan kecambah. Nasi tumpeng memiliki makna sebagai permohonan orangtua agar kelak si buah hati menjadi anak yang berguna. Sayur kacang panjang sebagai lambang umur panjang, kangkung sebagai lambang kesejahteraan, serta kecambah merupakan simbol kesuburan. Sementara itu, ayam kampung utuh menjadi lambang dari kemandirian.
Jajanan pasar atau jajanan tradisional bermakna bahwa nanti anak harus memberikan manfaat untuk lingkungannya. Jajanan pasar ini nantinya akan dibagikan kepada para tamu yang datang ke upacara tedak siten.
Tangga atau dalam bahasa Jawa disebut ondho, dalam prosesi tedak siten terbuat dari tebu wulung atau tebu arjuna berwarna ungu. Penggunaan tebu arjuna agar anak memiliki sifat Arjuna, tokoh pewayangan yang memiliki sikap tanggung jawab. Adapun menurut bahasa Jawa, tebu merupakan kependekan dari anteping kalbu yang bermakna kemantapan hati. Tangga ini terdiri dari tujuh anak tangga yang akan diinjak dengan bimbingan orangtuanya. Setiap langkah pada anak tangga bermakna langkah-langkah dalam memulai kehidupan.
Kurungan ayam yang akan digunakan dalam upacara dihias secantik mungkin. Selanjutnya, di dalam kurungan diletakkan benda pilihan, seperti uang, alat tulis, cermin, dan sebagainya. Saat upacara, anak akan dimasukkan ke dalam kurungan dan dibiarkan mengambil salah satu benda yang ada. Benda yang dipilih anak menggambarkan pekerjaan atau kesenangan anak saat dewasa.
Kembang setaman terdiri dari bunga melati, mawar, dan kenanga. Maknanya, saat anak telah berhasil berjalan sendiri, diharapkan mampu membawa keharuman bagi orangtua dan lingkungan. Kembang setaman dilengkapi pula dengan bokor berisi air dan undhik-undhik. Pada saat prosesi, undhik-undhik disebar untuk diperebutkan oleh anak-anak yang menyaksikan tedak siten. Sebar undhik-undhik ini memiliki makna agar anak kelak menjadi orang yang baik hati dan dermawan. (Z-3)
Makan Bajamba digelar sebagai bentuk penghormatan kepada para raja dan sultan.
Pada 6th Global Meeting of the Indigenous Peoples Forum di Roma, Paus Fransiskus mendesak pemerintah dan masyarakat internasional menghormati budaya, martabat, dan hak-hak masyarakat adat.
PELESTARI Adat Samin khas Blora Suryono meminta calon presiden nomor satu Anies Baswedan untuk terus melestarikan adat istiadat khas Blora.
Suku asal pedalaman Pulau Timor ini yang mendiami Tuanesi sekitar awal abad ke-20 yang kemudian mewariskan Lilifuk secara turun-temurun.
Alam pun takjub dengan keindahan Toraja sejak dirinya mendarat dari Makassar. Menurutnya, Toraja punya ciri khas dalam hal keindahan alam dan adat istiadat masyarakat yang masih kuat.
Menyikapi viralnya Video di Media Sosial terkait Pernikahan Anjing Jojo dan Luna, Ketua Lembaga Seni Budaya PWM DIY, Dian Korprianing Nugraha menyampaikan empat sikap.
Di Kelompok Umur (KU) 12, SD Kanisius Duwet menjadi juara setelah menang atas MIS Al Islamiyah Grojogan.
Keberadaan Kopi Sleman pun diharapkan dapat semakin mendukung iklim pariwisata di kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan.
DINAS Kesehatan Kota Yogyakarta menemukan satu kasus covid-19.
Sebanyak 351 penari terpilih dari Sabang sampai Merauke, kini memasuki masa karantina dan mengikuti latihan intensif untuk mempersiapkan pertunjukan Pagelaran Sabang Merauke.
GO Lucky Bike hanya tersedia untuk tamu Kotta GO Yogyakarta menjadikannya pengalaman eksklusif yang tak bisa Kottalites temukan di tempat lain.
Total ada 1.299 penggerobak sampah dan pasukan kuning DLH Kota Yogyakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved