Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PSIKOLOG anak dan keluarga lulusan Universitas Indonesia Irma Gustiana Andriani mengatakan edukasi bermain sambil belajar dari pengalaman sehari-hari bisa membentuk perilaku anak akan kebiasaan hidup bersih.
"Kalau terkait dengan higienitas, proses pengajarannya melalui aktivitas langsung, jadi pengalaman sehari-hari yang dilakukan, pasti kan anak akan makan, ke toilet dan akan jalan-jalan makannya setiap momen-momen tadi itu dimanfaatkan orangtua," ucap Irma, dikutip Selasa (16/10).
Ia mengatakan dengan sifat dasar anak yang suka bermain, pengajaran akan lebih mudah terserap dan tidak ada beban pada anak mempelajari hal baru.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Anak Persiapkan Diri Hadapi Ujian Sekolah
Dari sisi perkembangan, Irma mengatakan bermain bisa mengintergrasikan seluruh indera anak sehingga mengoptimalisasi semua aspek dirinya mulai dari motorik hingga sosial emosional.
Dengan bermain, anak juga bisa banyak dapat hal-hal baru untuk dirinya, seperti analisa, logika dan konsekuensi, misalnya dalam hal mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan.
"Bisa diajarin kalau tidak cuci tangan kenapa, anak akan menyerap lebih baik, santai dan sasaran pertumbuhan lain bisa optimal," kata Irma.
Baca juga : Belajar Matematika Juga Bantu Kembangkan Soft Skill Anak
Menurut parenting coach di klinik Ruang Tumbuh itu, keluarga punya peran efektif dalam proses pengajaran perilaku baru atau yang disebut kebiasaan.
Buat permainan seperti bermain pura-pura atau role play tentang kebersihan diri, cara mandi yang benar dan bagaimana cara cuci tangan melalui berbagai tahap.
Selain itu, juga bisa dengan mengajarkan kebiasaan melalui buku tentang kebersihan diri.
Baca juga : 3 Rekomendasi Wisata Murah di Jakarta, Cocok untuk Liburan dengan Keluarga
"Kalau anak yang masih kecil usia tiga tahun tentu kita bacakan, story telling tentang aktivitas kebersihan mandi, toilet, cuci tangan itu harus, kalau sudah bisa baca nanti dia baca sendiri terkait aktivitas kebersihan," ucap psikolog yang disapa biasa Ayang itu.
Irma juga meminta orangtua memastikan banyak media belajar dari kegiatan sehari-hari yang akrab di sekitar anak, yang bisa dimanfaatkan untuk aktifitas belajar sambil bermain.
Sediakan juga waktu 15-40 menit untuk orangtua bermain bersama anak dalam keadaan tenang dan relaks.
Baca juga : Anak yang Minim Waktu Berkualitas dengan Orangtua Sulit Berkembang
"Kalau main harus relaks, kalau orangtua tegang main sama anak, anaknya nggak nyaman dan cranky," tutupnya. (Ant/Z-1)
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
SOSIALISASI Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila merupakan bagian dari sosialisasi strategis BPIP
KEMENTERIAN Agama RI dengan meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual.
Dialog kebijakan antara Australia dan Indonesia merupakan langkah penting menuju pembangunan kemitraan yang lebih dinamis dan saling menguntungkan.
Aspek demografis ialah wilayah kajian yang kompleks karena di dalamnya kita berhadapan dengan jumlah, persebaran, dan perpindahan penduduk.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat setidaknya 76% anak-anak yang tidak bersekolah disebabkan oleh faktor ekonomi.
MARI kita mulai dengan pertanyaan apakah mungkin ada sekolah rakyat tanpa rakyat yang menjadi subjek?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved