Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KETUA Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rodman Tarigan mengingatkan para orangtua untuk mewaspadai perubahan perilaku yang mengindikasikan tanda-tanda timbulnya masalah mental pada anak remaja mereka.
Rodman mengatakan, apabila remaja tiba-tiba berubah dari seseorang yang ceria menjadi lebih tertutup, menarik diri dari kegiatan sekolah dan teman-teman, serta sering mengeluh sakit fisik tanpa sebab yang jelas, hal tersebut bisa dicurigai sebagai perubahan perilaku yang mengindikasikan masalah mental pada remaja.
"Jadi kalau ada satu saja yang kita temukan, kita sebagai orangtua perlu menyadari bahwa ada perubahan perilaku dari anak tersebut," ujar Rodman dalam seminar media Mendidik Remaja yang Kuat Secara Mental dan Sosia, yang digelar secara daring, Senin (28/8).
Baca juga: UNJ Beri Psikoedukasi Remaja terkait Risiko Seks Pranikah
Rodman mengatakan salah satu permasalahan pada anak usia sekolah dan remaja adalah kesehatan mental dan emosional. Dalam data yang dipaparkannya, sebanyak 10% anak usia 15 hingga 24 tahun memiliki gangguan mental dan emosional.
Dia mengatakan orangtua dan lingkungan sekitar harus mampu merespons perubahan perilaku pada remaja. Anak dengan masalah mental umumnya mengalami stres, depresi, bahkan melakukan tindakan-tindakan negatif seperti tawuran, kekerasan, hingga mencuri.
Menurutnya, jika ada setidaknya satu tanda perubahan perilaku yang mencolok, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkomunikasi dengan remaja tersebut.
Baca juga: Ini yang Perlu Anda Tahu Soal Cyberbullying dan Cara Penanganannya
Berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman yang dialami. Orangtua harus menjadi pendengar yang baik dan memahami permasalahan yang dihadapi remaja tersebut.
Orangtua juga harus memberikan dukungan yang kuat dan memastikan bahwa sang anak tidak sendirian menghadapi masalahnya. Selain itu, orangtua juga dapat mengenalkan anak pada aktivitas yang produktif dan positif.
Namun, Rodman tidak memungkiri, di sejumlah kasus terdapat remaja yang enggan berbicara tentang permasalahan mereka kepada orangtuanya. Hal ini bisa dipicu oleh kurangnya kepercayaan atau faktor lain yang memengaruhi hubungan.
Jika hal tersebut terjadi, proses identifikasi akar permasalahan bisa menjadi lebih sulit dan membutuhkan kesabaran. Apabila orangtua merasa mereka tidak mampu menangani permasalahan sang anak, mencari bantuan dari ahli bisa menjadi pilihan.
Rodman mengatakan layanan konseling bisa dimanfaatkan untuk menangani remaja dengan masalah mental.
Pemerintah telah menyediakan layanan konseling melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas, yang dirancang untuk memberikan dukungan psikologis kepada remaja.
"Itu sudah ada di semua Puskesmas dan itu di-cover oleh BPJS. Apabila tidak bisa diatasi di Puskesmas, itu akan dirujuk ke rumah sakit PPK (pemberi pelayanan kesehatan) 2, di situ ada dokter anak, mungkin juga layanan psikolog atau layanan dari psikiater," kata Rodman. (Ant/Z-1)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved