Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
CYBERBULLYING atau perundungan di dunia maya merupakan segala bentuk kekerasan melalui dunia maya atau internet yang dapat dialami beragam kalangan, termasuk anak-anak dan remaja. Psikolog Asosiate LPT UI Depok, Rosana Dewi Yunita pun memberikan beberapa hal yang perlu diketahui orangtua jika anak mereka mengalami cyberbullying.
Cyberbullying acap kali terjadi karena perkembangan teknologi digital saat ini yang cukup pesat. Bahkan, penggunaan media sosial, seperti Twitter, Instagram, TikTok, dan lainnya kerap menjadi tempat cyberbullying tersebut terjadi.
"Efek bullying, baik online maupun di lingkungan, sebenarnya mirip," kata Rosanna, Selasa (11/7).
Baca juga: Tidak Dapat Bukti, Polisi Hentikan Penyelidikan Kematian Siswa SD di Sukabumi
Oleh sebab itu, lanjut Rosanna, perundungan dalam bentuk apapun merupakan hal serius dan harus segera diatasi.
Beberapa tanda cyberbullying yang mungkin terjadi pada anak dan remaja, antara lain terlihat murung, terlihat lebih diam dan komunikasinya yang berkurang, dan tidak bersemangat.
Selain dari segi perubahan tingkah laku, terkadang anak dan remaja yang mengalami cyberbullying juga mengalami gejala gangguan psikosomatis.
Baca juga: PJ Wali Kota Yogyakarta Ingatkan Jangan Ada Perundungan di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah
Gejala gangguan psikosomatis merupakan hubungan antara pemikiran atau psikis yang dapat memengaruhi kondisi tubuh atau sebaliknya.
Misalnya, saat anak mengeluh sakit, tetapi saat diperiksakan ke dokter tidak ada tanda gangguan atau masalah kesehatan yang diderita mereka.
Selain itu, Rosanna mengatakan anak dan remaja yang mengalami cyberbullying cenderung tidak termotivasi saat melakukan kegiatan atau hobi yang mereka sukai sebelumnya.
"Hobi-hobi yang tadinya ia minati, ia kelihatan ceria, ketika mengalami perundungan, ia jadi tidak terlihat percaya diri dan takut untuk keluar atau bersosialisasi," kata Rosanna.
Usia rentan cyberbullying terjadi pada anak dan remaja Rosanna menjelaskan, saat ini, kebebasan mengakses informasi tidak lagi membuat cyberbullying merujuk pada salah satu atau sebagian usia saja, melainkan dapat terjadi pada usia berapa pun. Bahkan, anak berusia sekolah dasar dapat mengalami atau menjadi pelaku cyberbullying itu sendiri.
Bagi anak-anak pelaku cyberbullying, hal tersebut dapat terjadi baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Terkadang, anak-anak tersebut hanya mengikuti apa yang mereka lihat di media sosial dan internet saja.
Misalnya, menulis komentar dengan kata-kata kasar, membuat video yang bernada merendahkan kepada satu atau beberapa pihak, dan lainnya.
Mengikuti teman sebaya atau orang lain kerap dilakukan oleh anak-anak, dan tanpa sadar hal tersebut dapat menimbulkan cyberbullying dan membuat mereka menjadi pelaku cyberbullying tersebut.
Adapun cara yang dapat dilakukan oleh orangtua dan guru adalah perlunya memberikan pemahaman akan interaksi dengan orang lain pada anak. Ajarkan pada anak bagaimana sikap mereka terhadap orang lain.
Rosanna juga mengatakan peran agama tidak kalah penting untuk membentengi anak dari cyberbullying. Penanaman nilai agama, mulai dari etika, adab, dan aturan dalam berhubungan dengan orang lain.
"Jadi, anak pun memiliki landasan yang kuat, baik itu saat berselancar di internet, apakah ia berada di lingkungan sekolah sesungguhnya," kata Rosanna.
Berikan pemahaman dengan nilai-nilai baik yang dapat dilakukan oleh anak. Jangan lupa untuk memberikan contoh, seperti bagaimana anak yang harus menghormati guru, menghargai teman, dan lainnya.
Tidak hanya orangtua, peran guru pun penting untuk mengajarkan anak bagaimana cara mereka dalam bersikap agar cyberbullying dan bentuk perundungan lainnya dapat dihindari.
Guru dapat melakukan metode variatif, seperti mengajarkan kebaikan melalui lagu, cerita, dan kegiatan belajar-mengajar lainnya.
Selain itu, orangtua dan guru diharapkan dapat berdiskusi secara aktif pada anak agar mereka dapat lebih memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ajak anak untuk berpendapat dan sebaiknya rangkul mereka untuk setiap hal yang mereka lakukan.
Jika anak merupakan pelaku dari cyberbullying, cari tahu faktor penyebab anak melakukan hal tersebut. Lakukan komunikasi dengan anak bahwa hal yang dilakukan tersebut salah dan ajak anak untuk belajar dari kesalahan mereka tersebut.
Namun, jika komunikasi biasa tidak dapat dilakukan, segera konsultasikan ke psikolog agar anak mendapatkan penanganan yang tepat.
Begitu juga bagi anak dan remaja yang menjadi korban dari cyberbullying, lakukan konsultasi dengan psikolog agar mereka pun dapat segera pulih.
"Bimbing dan pantau anak karena apa yang anak dan remaja suka, hal itu yang mereka lakukan. Kemampuan komunikasi dan diskusi interaktif pada anak itu penting," kata Rosanna. (Ant/Z-1)
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Kurangi akses media digital atau elektronik dengan memindahkan perangkat elektronik ke ruang yang lebih publik. Sehingga anak-anak akan lebih mudah diawasi.
Menurut catatan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hingga Agustus 2023, terdapat sebanyak 2.355 pelanggaran terhadap perlindungan anak yang masuk KPAI.
"Peran orang tua menjadi sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut. Keluarga adalah tempat pertama untuk memperoleh pendidikan," tegas Retno.
Workplace bullying adalah serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulanguntuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja.
Proteksi stakeholder terhadap upaya perlindungan anak harus dipastikan, apalagi ancaman kejahatan cyber ke depan semakin tinggi.
Berbicara kepada anak-anak tentang penyakit serius, seperti kanker bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Momen lebaran bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengelola uang.
Artis, model, dan pembawa acara Dian Ayu Lestari membagikan tips liburan bersama anak-anak, termasuk memilih tempat yang cocok dan mempersiapkan peralatan penting.
Si kecil cenderung lebih mudah pilek dan batuk di musim hujan. Pengaruh cuaca pada perkembangan kuman menjadi salah satu penyebabnya.
Agar anak tidak stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum masa kehamilan.
Sebagian orang tua melarang anak bermain hujan. Padahal, bermain di tengah hujan memberi sejumlah manfaat buat anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved