Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Anak Korban Kekerasan akan Lakukan Hal Serupa pada yang Lebih Lemah

Media Indonesia
06/12/2023 10:38
Anak Korban Kekerasan akan Lakukan Hal Serupa pada yang Lebih Lemah
Acara bedah buku dengan tema “Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak” di Perpustakaan Badan Bahasa, Jakarta, Selasa (6/12).(Ist)

KEKERASAN terhadap anak kerap terjadi dan jika dibiarkan akan mempengaruhi masa depan sang anak. Oleh karena itu semua pihak yang terkait, baik orang tua, guru, dan lingkungan perlu melakukan pencegahan agar peristiwa yang traumatis itu tidak terulang.

Terkait hal tersebut, Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar bedah buku dengan tema “Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak” di Perpustakaan Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (5/12).

Bedah buku yang dihadiri pegiat literasi, penulis, guru, mahasiswa, dan dosen ini menghadirkan pembicara Erna Fitrini (Penulis), Wenny Oktavia, S.S., M.A. (penulsi buku anak dan Widyabasa Ahli Madya), Mira Ariyani, Ph.D. (Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ). dan dr. Isa Multazam Noor, M.Sc., Sp.K.J. (K) (Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, RSJ Dr Soeharto Heerdjan). 

Baca juga: Cegah Cyber Bullying, MS Glow Ajak Para Guru Nonton Bareng Film 'Budi Pekerti'

Acara ini juga diseling dengan pembacaan buku cerita berjudul “Izin Dahulu, Ya” yang dibacakan oleh pegiat literais yang juga pendiri Taman Bacaan Masyarakat Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih serta penampilan musikalisasi puisi oleh Komunitas Van Der Wijck yang terdiri para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Sebagai tuan rumah, Kepala Subbagian Tata Usaha Badan Bahasa,Sartono mengatakan bedah buku merupakan rangkaian program literasi yang diemban Badan Bahasa, Kemendikbudristek

Badan Bahasa, menurut Sartono, memiliki program tiga utama. Pertama, literasi kebahasaan dan kesasteraan–kamus, tesaurus, EYD, esiklopedia, penyediaan bahan pengakayaan bermutu, dan salah satunya buku yang dibahas.

Kedua, perlindungan bahasa daerah yang berorientasi ke depan, apalagi UNESCO sudah menegaskan adanya gerakkan “Dekade Internasional Bahasa Daerah 2022-2032”.  Program ketiga yaitu penginternasional Bahasa Indonesia.

Pencegahan Sejak Dini

Penulis buku anak “Izin Dahulu, Ya” Wenny Oktavia yang juga Widyabasa Ahli Madya dan bekerja di Badan Bahasa sejak 2001 menjelaskan later belakang lahirnya bukunya sebenarnya bukan karya tunggal penulis, itu merupakan karya bersama.

“Buku ini juga karya saya bersama Ilustrator Sharon Leman, dan pendampingan oleh Benny Ramdhani, serta Evelyn Gozali,” katanya.

Baca juga: Mensos Gerak Cepat Jenguk Anak Yatim Piatu yang Jadi Korban Perundungan

Begitu juga buku Erna Fitrini menjelaskan buku karyanya yang berjudul “Anis Tidak Suka”. Menurut Erna, buku ini lahir beberapa peristiwa kekerasan terhadap anak yang terjadi di Jakarta tahun 2017-2018.

"Karena anak yang diperlakukan dengan kekerasan oleh orang dewasa itu, maka kemudian juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya yang masih kecil," jelasnya.

“Jadi, dampak dari kekerasan terhadap anak, ternyata pengaruhnya pada anak bersangkutan, tidak menunggu masa dewasa, korban kekerasan lalu melakukan kekeresan yang sama kepada anak yang lebih kecil,” kata Erna.

Erna juga menambahkan dirinya kemudian melakukan riset dan menulis cerita untuk dibukukan dan dilombakan.

Dalam paparan berjudul “Pencegahan Kekerasan terhadap Anak Anak”, Mira Ariyani, Ph.D. dari Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengatakan kekerasan adalah tindakan atau kata-kata yang ditujukan untuk menyakiti dengan kekuatan ekstrem.

Baca juga: Cegah Kekerasan di Sekolah, Sejumlah Guru Ikuti Pelatihan Penguatan Keterampilan

Dalam bedah buku, dr Isa Multazam Noor, MSc, SpKJ(K) dari Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & Remaja, RS Neuropsikiatri Soeharto Heerdjan, menjelaskan, semua anak yang lahir sejak tahun 2010 sampai yang akan lahir pada akhir tahun 2024 adalah generasi pertama yang lahir utuh pada abad ke-21

Dijelaskan dr. Isa, generasi yang tumbuh dengan streaming, media sosial, dan layar di setiap perangkat elektronik yang tersedia hanya dengan sekali klik.

"Tumbuh dengan perkembangan perangkat teknologi digital yang berkembang pesat disebut juga sebagai “generasi jaca”. Kehidupan sehari-hari mereka selalu dipengaruhi oleh sistem berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)," jelasnya.

“Mengembangkan nilai-nilai mereka sendiri yang dipelajari dari avatar dan mesin pembantu menjadikan mereka rentan terhadap masalah psikososial dan perkembangan kemudahan akses dan cari solusi ke dunia digital,” ujar dr.Isa.

dr. Isa, mengingatkan bahwa pengaruh dunia digital bagi kesehatan jiwa contohnya cyberbullying (perundungan di dunia maya), pornografi, judi online, kecanduan games, perilaku seksual dan kekerasan (violence) .

"Hal ini tentunya harus dipersipkan dengan upaya pendidikan dan pengajaran yang baik, salah satunya dengan menghadirkan buku cerita untuk mencoptakan “Generasi Emas yang Tangguh”,"jelasnya. (RO/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya