Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino pada tahun ini akan memberikan dampak kekeringan yang lebih besar dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Diperkirakan puncak El Nino tersebut akan terjadi pada bulan Agustus dan September.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengatakan, saat ini sudah terdapat sekitar 63% wilayah di Indonesia yang terdampak kekeringan dari fenomena El Nino tersebut.
"Dalam kaitannya dengan musim atau iklim, BMKG membuat yang namanya zona musim. Kita mengkategori zona musim di Indonesia ada 699 zona. Saat ini sudah sekitar 63% dari 699 yang sudah memasuki periode musim kemarau, artinya yang sudah terdampak langsung dari El Nino itu sekitar 63% wilayah zona musim tadi," kata Fachri dalam diskusi FMB9ID secara virtual, Senin (31/7).
Baca juga: Sejak Awal Tahun, BNPB Telah Imbau Pemda untuk Hadapi Fenomena El Nino
Fachri melanjutkan, puncak musim kemarau tersebut akan terjadi di bulan Agustus dan September. Namun, kata dia, periode musim kemarau itu tidak akan sama di seluruh wilayah Indonesia.
"Dari sisi spasialnya tidak semua sama seluruh wilayah Indonesia. Contoh di Maluku dan juga di beberapa sebagian Papua itu belum masuk musim kemarau. Dan memang lazimnya seperti itu," ujarnya.
Baca juga: Antisipasi Tren Penurunan Produksi Beras Menghadapi El Niño
Sementara itu, beberapa wilayah Indonesia yang sudah memasuki musim kemarau saat ini adalah wilayah Sumatera dan Jawa. Diantaranya, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung. Lalu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kemudian, Kondisi kering juga akan berpotensi terjadi di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Papua Selatan.
"Diperkirakan musim kemarau kita ini akan lebih kering dibanding tiga tahun sebelumnya," katanya. (Z-10)
BEBERAPA desa di kawasan lereng Gunung Merapi, di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini mengalami kekeringan
Pemantauan Media Indonesia, Kamis (31/7) hujan masih turun di sejumlah daerah di Jawa Tengah terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, namun dengan intensitas yang menurun.
Mundurnya musim tanam disebabkan adanya revitalisasi atau perbaikan saluran irigasi baik air yang mengalir melalui Saluran Induk Cipelang dan Saluran Induk Sindupraja.
Selain itu, BPBD juga akan membangun tiga sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih.
KEMARAU panjang semakin berlanjut menyelimuti kawasan Provinsi Aceh.
“Sampai hari ini belum ada permintaan, meskipun prakiraan musim kemarau sebenarnya sudah dimulai pada dasarian ketiga bulan Mei. Tapi kita siapkan,”
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved