Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Penipuan online makin marak menjerat masyarakat.  

Kemarau Panjang Menyelimuti Aceh, Petani Ramai Gunakan Pompa Air

Amiruddin Abdullah Reubee
29/7/2025 13:28
Kemarau Panjang Menyelimuti Aceh, Petani Ramai Gunakan Pompa Air
Petani di Desa Tanjung Hagu, Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie, Aceh, sedang menyedot air irigasi menggunakan mesin pompa untuk di aliri ke lahan sawah.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

KEMARAU panjang semakin berlanjut menyelimuti kawasan Provinsi Aceh. Ribuan hektare (ha) lahan sawah milik petani yang ditanami padi musim gadu (musim tanam kedua) mengalami kekeringan cukup parah.

Untuk menghindari bibit padi mengalami puso (gagal panen), petani ramai-ramai menggunakan mesin pompa air. Mereka mencari debit air saluran pembuang atau menyedot di aliran sungai terdekat. 

Pengamatan Media Indonesia, di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya misalnya, ratusan mesin pompa air bertaburan di dekat-dekat saluran pembuang anti banjir dan pinggiran aliran sungai. 

Dengan dana operasional patungan sesama atau biaya sendiri, para petani mengincar sumber air tersisa dalam saluran. Lalu membidik aliran sungai belum kering dekat sawah atau berdarah hingga 200 meter. 

"Biayanya sangat besar, apalagi harus beli mesin pompa air sendiri. Namun harus kami lakukan sebagai ikhtiar (usaha) agar tidak sampai gagal panen. Kalaupun kali ini merugi, musim tanam kedepan mesin pompa itu bisa digunakan lagi," tutur Muslim, petani di Kecamatan Indrajaya. 

Di Desa Blang Gatot, Kecamatan Indrajaya, setelah kemarau cukup parah selama hampir 3 bulan terakhir, petani berusaha menyedot air dengan mesin pompa dari sungai Krueng Baro. Sayangnya mereka harus menyebar air ke lahan berjarak berkisar 50 meter hingga 1 kilometer. 

Untuk biaya operasional harus mengumpul patungan sesama petani. Tidak ada bantuan dari pemerintah Kabupaten Pidie atau Dinas Pertanian Pemprov Aceh. 

Lalu di wilayah Pidie lainnya seperti Kecamatan Peukan Baro, petani banyak yang menyedot air irigasi atau saluran pembuang anti banjir. Itu biasanya dilakukan oleh petani yang punya kemampuan biaya beli mesin dan ongkos operasional. 

Sayangnya ada ribuan petani lainnya harus gigit jari karena tidak berkemampuan beli mesin dan biaya operasional lainya. Apalagi mereka yang lahan tanaman padinya nun jauh di tengah sawah. 

"Kalau sumber air jauh dari sawah itu sangat sulit. Tidak bisa menyedot dari samuran lalu mencari menggunakan jaringan suluran cacing. Tentu air nya tidak akan sampai, yakni habis tertelan tanah. Bila menyalurkan memakai selang plastik, tentu membutuhkan biaya melangit. Akhirnya dibiarkan mengering walau terancam gagal panen" kata Muhammad Nasir, petani di Kecamatan Peukan Baro, Pidie. 

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Pidie Jaya. Ribuan ha lahan tanaman padi berusia 1 hingga tiga bulan krisis sumber air irigasi. Sebagian petani berusaha memakai mesin pompa air agar tanaman padi bertahan hidup. 

Sedangkan sebagian warga lainnya hanya menunggu datangnya hujan dari langit. Mereka hanya mampu menengadah pada yang kuasa untuk supaya musim panen juga mengunjungi lahan sawah setempat. 

"Apa hendak dikata, kalau sumber aliran irigasi krisis kemampuan untuk mengangkut air juga sulit," warga petani lainnya. (MR/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya