Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEMERINTAH melalui Kementerian Kesehatan telah mengganti anggaran untuk pemberian biskuit dan susu kotak menjadi pemberian produk protein hewani dalam rangka mempercepat penurunan stunting di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante S. Harbuwono, dalam diskusi memperingati Hari Keluarga Nasional ke-30 yang digelar Forum Merdeka Barat 9, Senin (26/6).
"Anggaran untuk pembelian susu dan biskuit sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi untuk semua posyandu, anggarannya adalah untuk memberi produk makanan protein hewani kepada anak-anak di seluruh Indonesia. Itu kita kerjakan sama di semua posyandu," ungkap Dante.
Menurut Dante, perubahan alokasi anggaran untuk pemberian produk makanan protein hewani kepada anak-anak di Indonesia dilakukan setelah melewati sejumlah kajian dengan menggandeng beberapa pihak terkait.
Baca juga : Masalah Stunting harus Dikeroyok
Hasil kajian tersebut mengerucut pada efek positif yang didapatkan dari pemberian makanan tambahan dalam bentuk protein hewani dibandingkan biskuit dan susu kotak.
"Jadi, ini saat melakukan strategi ini kita kumpulkan dari para ahli, universitas, organisasi, perhimpunan dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan supaya kita terbiasa mendapatkan modul yang baik dan akurat. Ternyata setelah kita lakukan diskusi, yang memberikan efek yang paling baik bukanlah memberikan makanan tambahan dalam bentuk biskuit dan makanan dalam bentuk susu kotak tadi, tetapi dalam bentuk protein hewani," ungkapnya.
Baa juga : Pencegahan Stunting Jadi Tanggung Jawab Semua Pihak
Selain itu, pemerintah juga telah menerapkan dua strategi pendekatan dalam rangka percepatan penurunan stunting di Indonesia, yakni pendekatan spesifik dan pendekatan sensitif.
"Pendekatan spesifik berkaitan dengan pemberian makanan tambahan pada anak-anak, kemudian mencegah anak-anak menjadi sakit, dan sebagainya," pungkas Dante.
Sementara itu, pendekatan sensitif, demikian Dante, lebih berkaitan dengan faktor-faktor yang berada di lingkungan daerah setempat.
"Misalnya, kemiskinan, sanitasi yang baik, kemudian masalah budaya setempat," lanjutnya.
Menurut Dante, optimalisasi kedua pendekatan tersebut menuntut kolaborasi lintas komponen, khususnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Misalnya, pendekatan spesifik sudah dilakukan dengan memberikan makanan tambahan, tetapi pendekatan sensitifnya itu tidak dilakukan.
"Ini memang butuh komitmen tidak hanya dari pemerintah pusat secara eksklusif tetapi juga peran pemerintah daerah," ujarnya.
Lebih lanjut Dante menguraikan, saat ini Kemenkes juga telah melakukan sejumlah terobosan dalam rangka percepatan penurunan stunting di Indonesia, salah satunya adalah deteksi stunting sejak dini.
Hal tersebut sejalan dengan tema "Menuju Keluarga Bebas Stunting, Indonesia Maju" yang diusung BKKBN dalam mempercepat penurunan stunting di Tanah Air.
"Kita melakukan deteksi stunting tidak pada saat bayi itu sudah ditimbang, tetapi jauh sebelum itu kita telah melakukan pendekatan," katanya.
"Misalnya pembagian tablet zat besi pada remaja putri, karena secara teori stunting ini lahir dari kekurangan zat besi pada ibu-ibu saat kehamilan," lanjutnya.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan pembagian alat pemindai ultrasonografi (USG) di hampir 52% puskesmas di seluruh Indonesia.
"Kenapa kita lakukan pembagian ultrasonografi? Dokter-dokter ini nanti akan bisa melakukan USG pada ibu-ibu hamil, kemudian diukur lingkar kepala janin di dalam rahim ibu," kata Dante.
"Apakah lingkar kepala janin sesuai dengan umur kehamilan? kalau nanti ternyata angkanya kecil, terindikasi tidak berkembang dengan baik, maka harus dilakukan pemberian kalori yang cukup, energi dan gizi yang cukup pada ibu-ibu tersebut sehingga tubuh janinnya menjadi lebih baik," lanjutnya.
Kemenkes juga membagikan perangkat antropometri, alat untuk menimbang dan mengukur tinggi badan yang baik dan berstandar WHO di posyandu-posyandu seluruh Indonesia.
Di sisi lain, lanjut Dante, revitalisasi posyandu juga menjadi hal urgent yang harus dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan stunting.
"Program posyandu menjadi program yang tidak hanya berlaku pada saat tanggalnya sebulan sekali, tetapi posyandu itu akan hadir setiap hari di tengah masyarakat. Tidak dalam bentuk kegiatan yang berkumpul secara berkala, tetapi kader-kadernya datang ke masyarakat untuk evaluasi secara langsung kepada masyarakat," pungkasnya. (RO/Z-5)
Bagi anak-anak, susu memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, terutama pada usia emas.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemerintah bersama pelaku industri terus mendorong peningkatan konsumsi susu nasional, yang sempat terpukul akibat wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang menggerus populasi sapi perah
Dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis, kondisi yang dapat melemahkan dan merapuhkan tulang sehingga lebih berisiko patah.
Dalam susu sapi, kami menemukan enam jenis oligosakarida asam dan empat jenis oligosakarida netral yang memiliki potensi bioaktif.
Susu digunakan sebagai sumber utama nutrisi bagi bayi sebelum mereka bisa makan makanan padat, dan juga sangat bermanfaat untuk semua usia karena kandungan gizinya yang lengkap.
OBESITAS pada anak merupakan kondisi yang bisa memicu munculnya berbagai penyakit berbahaya. Asupan Protein hewani bisa menjadi cara untuk mengatasi obesitas pada anak.
ASUPAN protein hewani merupakan hal yang tidak boleh disepelekan dalam mendukung pertumbuhan anak. Kandungan asam amino lengkap di protein hewani tak bisa digantikan.
Protein hewani bukan sekadar pelengkap—bagi anak, ia adalah fondasi utama untuk tumbuh sehat dan terhindar dari obesitas.
KETUA Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa saat ini orangtua harus meningkatkan pemahaman pentingnya penanganan obesitas pada anak.
Protein hewani mengandung sembilan asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh.
Kekurangan protein hewani tidak hanya mengganggu proses kehamilan dan persalinan, tapi juga dapat menghambat penyembuhan luka operasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved