Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
MAKAN makanan yang kaya protein dari sumber hewani tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dan bisa jadi memberikan manfaat perlindungan terhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, menurut studi terbaru.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism ini meninjau informasi dari hampir 16. 000 individu dewasa berusia 19 tahun ke atas, menggunakan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHAMES III).
Para ilmuwan menyelidiki jumlah protein hewani dan nabati yang biasanya dikonsumsi serta apakah pola ini terkait dengan risiko kematian akibat penyakit jantung, kanker, atau penyebab lainnya.
Mereka tidak menemukan adanya risiko kematian yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan konsumsi protein hewani. Malahan, data menunjukkan penurunan yang signifikan namun sederhana dalam angka kematian yang berhubungan dengan kanker pada orang-orang yang mengonsumsi lebih banyak protein hewani.
"Ada banyak kebingungan mengenai protein, seberapa banyak yang seharusnya dikonsumsi, jenisnya, dan dampaknya terhadap kesehatan dalam jangka panjang. Penelitian ini menghadirkan kejelasan yang penting bagi siapa saja yang ingin membuat pilihan yang terinformasi dan berbasis bukti tentang pola makan mereka," jelas Stuart Phillips, seorang Profesor dan Ketua Departemen Kinesiologi di McMaster University yang memimpin penelitian ini.
Tim peneliti menerapkan metode statistik tingkat lanjut, termasuk pendekatan dari National Cancer Institute (NCI) serta pemodelan Markov Chain Monte Carlo (MCMC) multivariat. Teknik ini digunakan untuk memperkirakan asupan makanan jangka panjang sekaligus mengurangi kemungkinan kesalahan pengukuran.
"Sangat penting bagi analisis kami untuk menggunakan metode analisis paling andal untuk menilai asupan protein harian dan risiko kematian. Metode ini memungkinkan kami untuk mempertimbangkan variasi dalam asupan protein harian dan memberikan gambaran lebih tepat mengenai kebiasaan makan jangka panjang," kata Phillips.
Penelitian ini tidak menemukan korelasi antara total asupan protein, baik yang berasal dari hewani maupun nabati, dengan risiko kematian akibat berbagai penyebab, penyakit kardiovaskular, atau kanker. Hasil analisis yang memasukkan protein nabati maupun hewani menunjukkan konsistensi temuan. Protein nabati hanya memberikan dampak minimal terhadap risiko kematian akibat kanker, sementara protein hewani diduga menawarkan perlindungan dalam kadar terbatas.
Studi observasional seperti ini tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat; namun, penelitian ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pola dan keterkaitan dalam populasi yang besar. Ditingkatkan dengan bukti dari uji klinis selama beberapa dekade, hasil ini mendukung keterlibatan protein hewani sebagai bagian dari pola makan yang sehat.
"Apabila mempertimbangkan data observasional seperti ini dan penelitian klinis, jelaslah bahwa makanan yang mengandung protein hewani dan nabati berkontribusi pada kesehatan dan umur panjang," ucap peneliti utama Yanni Papanikolaou, MPH, presiden Nutritional Strategies. (Science daily/Z-2)
Tidak sedikit ditemukan PMT di daerah-daerah yang salah kaprah dan kurang memperhatikan nutrisi adekuat karena suguhan yang diberikan kadang tidak mengandung protein hewani.
Pemerintah Indonesia telah mengakui signifikansi hal ini dengan memperkenalkan pedoman gizi yang dikenal sebagai Gizi Seimbang sejak tahun 2000-an.
OBESITAS pada anak merupakan kondisi yang bisa memicu munculnya berbagai penyakit berbahaya. Asupan Protein hewani bisa menjadi cara untuk mengatasi obesitas pada anak.
ASUPAN protein hewani merupakan hal yang tidak boleh disepelekan dalam mendukung pertumbuhan anak. Kandungan asam amino lengkap di protein hewani tak bisa digantikan.
Protein hewani bukan sekadar pelengkap—bagi anak, ia adalah fondasi utama untuk tumbuh sehat dan terhindar dari obesitas.
Untuk mendapatkan manfaat yang lebih maksimal dari jalan cepat, kuncinya ada pada menambah kecepatan melangkah. Jika terasa sulit, mulai dari melatih diri agar terbiasa
Studi terbaru menunjukkan bahwa hanya dengan 40 menit aktivitas fisik intens setiap hari, risiko kesehatan akibat duduk terlalu lama dapat diminimalkan.
Sebuah studi mengungkapkan penggunaan ganja melipatgandakan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Para ilmuwan menemukan penurunan risiko ini mungkin berbeda antara pria dan perempuan. Jadi siapa yang perlu berolahraga lebih banyak?
Sindrom patah hati bukan hanya istilah puitis. Sebuah studi medis terbaru membuktikan bahwa kondisi ini benar-benar bisa menyebabkan kematian—dan pria ternyata jauh lebih rentan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved