Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KONDISI suhu ekstrem bumi yang disebabkan oleh perubahan iklim meningkatkan potensi kematian bayi yang baru lahir. Hal itu diungkapkan dalam studi yang dilakukan di Kanada dan Afrika.
Ketua Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia Kurniawan Taufiq Kadafi mengatakan penelitian yang dilakukan di Montereal Kanada sejak 1981–2010 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara peningkatan suhu bumi yang ekstrem dengan kematian bayi.
"Dalam penelitian itu disebutkan ada hubungan yang kuat antara peningkatan suhu bumi yang ekstrem satu haari sebelum dan pada hari terjadinya kematian dnega angka meatian bayi usia 3 sampai 12 bulan secara mendadak," kata Kadafi, Selasa (2/5).
Baca juga: Pemanasan Global Berdampak pada Punahnya Spesies Hingga Bencana
Selain itu, penelitian yang dilakukan di Afrika Barat menemukan ada korelasi antara suhu dingin yang menyebabkan hipotermia dengan peningkatan angka kematian bayi usia 0 sampai 185 hari.
Ia membeberkan, misalnya, pada bayi 8 sampai 56 hari yang memiliki bobot kurang dari 2,5 kilogram, risiko kematian akibat hipotermia bisa mencapai 3 kali lebih tinggi.
Hal itu disebabkan karena pengatur suhu pada otak bayi masih belum sempurna. Sehingga, saat ada kondisi suhu yang ekstrem, bayi tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat.
Baca juga: Tengah Melanda Asia, Ini Penjelasan BMKG tentang Penyebab dan Dampak Heatwave atau Gelombang Panas
"Memang perubahan suhu di Indonesia tidak begitu tampak karena hawa panas di Indonesia tidak seekstrem di Asia Selatan seperti India dan Bangladesh. Namun, ini penting diketahui agar jika suhu panas sampai di negara kita, ada hubungannya dengan kematian bayi yang sifatnya mendadak," kata dia.
Untuk mencegah terjadinya kematian mendadak akibat suhu ekstrem, Kadafi mengatakan ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan.
"Di Indonesia belum ada, tapi di Amerika Serikat dan Kanada itu pemerintahnya menyuapkan shelter cuaca panas agar saat ada kondisi cuaca panas ektrem, semua orang masuk shelter dengan pengendali suhu," ucap dia.
Selain itu, untuk bayi yang mengalami hipotermia, perlu dilakukan kontak kulit dengan orang dewasa agar menstabilkan suhu bayi tersebut.
"Ini bisa meningkatkan suhu tubuh dan menurunkan risiko hipotermia sehingga terhindar dari kematian," tutup Kadafi.
(Z-9)
KENTUT merupakan bagian alami tubuh untuk membuang gas. Tak jarang, seseorang yang kentut dan hal tersebut wajar. Namun, apabila bayi sering kentut, apakah normal?
Berikut 5 hal yang bisa mengganggu kesehatan bayi tanpa disadari,
Kehamilan adalah periode yang dipenuhi keajaiban dan harapan. Saat memasuki usia 9 bulan, waktu untuk bertemu dengan si kecil semakin dekat.
PEMERIKSAAN menyeluruh pada bayi yang baru lahir krusial dilakukan untuk memaksimalkan dukungan bagi tumbuh kembang, termasuk deteksi dini penyakit bawaan pada bayi.
Menurut penelitian yang dilakukan peneliti University of Cardiff, melahirkan di kolam air tidak meningkatkan risiko komplikasi pada bayi maupun ibunya.
Pemilihan popok yang tepat amat penting agar bayi bisa bergerak nyaman tanpa gangguan. Terlebih saat ia belajar berjalan.
Kemah pengkaderan ini juga mengangkat persoalan-persoalan lingkungan, seperti perubahan iklim yang mengakibatkan bencana alam.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Fenomena salju langka menyelimuti Gurun Atacama, wilayah terkering di dunia, menghentikan sementara aktivitas observatorium ALMA.
Dalam serangkaian lokakarya yang digelar selama lima hari tersebut, para musisi membahas akar penyebab krisis iklim, peran seni dan budaya dalam mendorong perubahan nyata.
Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia melakukan kerja sama bidang Limnologi dan Hidrologi dengan BRIN untuk persiapan dan adaptasi perubahan iklim.
Masuknya genangan rob tak hanya ke permukiman warga di pesisir pantai, tapi sudah meluap sampai ke jalan raya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved