Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PSIKOLOG dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto menjelaskan peran orangtua sangat penting untuk mencegah terjadinya upaya manipulasi orang dewasa yang ingin melecehkan anak maupun remaja atau yang biasa disebut fenomena child grooming.
Menurut Kasandra, orangtua perlu memberi pemahaman tentang pentingnya keterbukaan hingga menciptakan komunikasi yang baik karena anak belum mempunyai pola pikir yang matang dan mampu mengambil keputusan secara pribadi.
"Menghindari child grooming memerlukan peran dan kerja sama dari seluruh anggota keluarga. Orangtua diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengawasi dan mengajari anak," kata Kasandra, Jumat (3/3).
Baca juga: Tips Mengajari Anak Memasak Sejak Dini dari Sisca Soewitomo dan Chef Desi
Tidak hanya itu, Kasandra juga mengatakan orangtua juga perlu mengajarkan tentang consent dan hubungan romantis.
Meskipun anak belum berkencan, orangtua perlu menjelaskan tentang kapan waktu yang tepat untuk berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman atau terlibat dalam aktivitas seksual di waktu yang tepat agar anak lebih bijaksana.
Kasandra menjelaskan, umumnya, upaya grooming tersebut dilakukan melalui tindakan yang diam-diam menghanyutkan karena tidak disertai dengan kekerasan dalam upaya untuk akses seksual dan mengontrol korban.
Baca juga: Pola Asuh Bisa Cegah Anak Alami Sindrom Metabolik
"Fenomena child grooming ini terjadi karena dua faktor pendukung. Yang pertama adalah faktor internal. Faktor ini terjadi melalui diri korban dan pelaku (groomer) itu sendiri. Faktor internal dari korban adalah mudahnya penerimaan yang dilakukan oleh korban terhadap pelaku (groomer)," kata Kasandra.
Lebih lanjut, Kasandra memaparkan adanya trauma masa lalu, seperti penolakan oleh lawan jenis seusia membuat pelaku memilih mendekati dan menjalin hubungan dengan anak di bawah umur, karena pelaku berpikiran tidak akan adanya penolakan dari anak di bawah umur.
"Dalam fenomena child grooming ini, korban adalah anak di bawah 18 tahun, yang berarti memiliki pola pikir yang belum matang sehingga rentan untuk mengambil suatu keputusan. Faktor internal dari pelaku adalah adanya gangguan kejiwaan yang dialami oleh pelaku," sambungnya.
Baca juga: Pemilihan Popok Bisa Hindari Bayi Anda dari Ruam Kulit
Selain itu, faktor tidak seimbangnya hormon estrogen membuat pelaku merasa terangsang oleh anak di bawah umur dibandingkan lawan jenis seusia.
"Kemudian faktor eksternal penyebab adanya child grooming adalah kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya dalam memberikan fasilitas gadget dan menggunakan media sosial," pungkas Kasandra. (Ant/OL-1)
Virus yang menempel di saluran pernafasan juga dapat cepat terbuang saat cuci hidung dan diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
Orangtua sebaiknya lebih dulu menanyakan dan mengamati gejala sakit yang dialami oleh anak sebelum membeli obat.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Asmirandah mengatakan bahwa informasi kesehatan yang berseliweran di media sosial tidak selalu benar, jadi lebih baik bertanya langsung kepada tenaga kesehatan profesional.
Australia larang anak di bawah 16 tahun akses YouTube, TikTok, dan media sosial lainnya mulai Desember 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved