Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOKTER spesialis anak lulusan Universitas Indonesia sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ignatia Karina Hartanto menyampaikan pemilihan popok (diapers) yang tepat dan cara membersihkan yang benar bisa menghindari risiko timbulnya ruam pada kulit bayi.
"Pemilihan diapers itu sebenarnya mempengaruhi (risiko munculnya ruam). Kadang ada yang milih sekali pakai dan ada yang kain. Mana yang paling bagus sebenarnya? Nah, penelitian membuktikan keduanya nggak masalah, asal rutin diganti," kata Ignatia, Selasa (28/2) malam.
"Jadi mau jenisnya apapun, itu harus rutin diganti. Tapi memang, diapers yang memiliki daya serap lebih tinggi, itu menurunkan risiko ruam. Jadi pemilihan diapers tergantung dari daya serapnya. Daya serap yang lebih tinggi biasanya dimiliki oleh diapers sekali pakai," imbuhnya.
Baca juga: Ruam Akibat Popok Kerap Dialami Bayi 9-12 Bulan
Lebih lanjut, Ignatia menyampaikan mengganti diapers secara rutin tidaklah cukup untuk melindungi kulit bayi dari ruam. Para orangtua juga perlu memperhatikan kebersihan saat hendak membersihkan area genital bayi.
Saat membersihkan area genital bayi, Ignatia menyarankan agar tidak hanya menggunakan air dan kapas saja. Orangtua juga perlu membersihkan dengan tisu pembersih. Sebab, tisu pembersih biasanya memiliki kandungan sunfaktan atau senyawa yang digunakan dalam produk pembersih misalnya seperti yang terkandung pada sabun.
"Kalau saat dibersihkan, mau dengan air hangat atau air dingin maupun cleansing wipes yang penting dibersihkan. Mana yang bayinya nyaman. Jadi nggak ada lagi sisa-sisa pup dan pipisnya. Karena itu yang bisa mengiritasi si kulit bayinya," jelasnya.
"Tapi, beberapa faktor membuktikan bahwa yang penting adalah ada sunfaktan itu tadi. Karena bekas-bekas poop bayi juga bisa nempel di kulit. Dan itu baru bisa hilang kalau ada paparan sabun yang biasanya di dapat dari cleansing wipes. Kalau hanya dengan air dan kapas, itu juga bisa berisiko munculnya ruam," tutup Ignatia. (Ant/OL-1)
Orangtua yang ingin menggunakan kaldu-kaldu tersebut di MPASI tetap bisa dilakukan, namun harus mengikuti batas penggunaan yang sesuai dengan usia anak.
Remaja yang sedang menghadapi krisis pencarian identitas biasanya lebih rentan terpengaruh godaan untuk ikut menyalahgunakan narkoba.
Masih maraknya kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu anak dan balita oleh masyarakat diperkuat oleh sejumlah riset dan penelitian yang dilakukan kalangan akademisi.
Roblox merupakan platform gim daring yang memungkinkan pengguna, termasuk anak-anak, untuk memainkan dan membuat gim sendiri.
Pada usia anak-anak, sebaiknya gim yang diberikan bersifat edukatif yang ringan, seperti puzzle, gim bahasa, atau gim strategi dasar yang dapat melatih konsentrasi dan logika.
Gim online atau produk elektronik yang lain memiliki dampak yang serius bagi beragam aspek perkembangan anak sejak dini, terutama jika terpapar secara berlebihan dan tidak sesuai usia.
Mitos seputar pemberian MPASI itu mulai dari pemberian madu untuk anak yang baru lahir, hingga larangan pemberian MPASI bertekstur hingga anak tumbuh gigi.
Studi terbaru ungkap lebih dari 17 juta bayi lahir dari fertilisasi in vitro (IVF) sejak 1978.
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved