Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
DOKTER Spesialis Gizi Klinis Marya Haryono menjelaskan obesitas berpotensi memicu sindrom metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit tidak menular atau PTM.
"Seseorang didiagnosa mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut sering kali dialami orang obesitas," ucapnya dalam acara Hari Obesitas Sedunia 2023 di Jakarta, Rabu (1/2).
Marya menjelaskan cara mendeteksi ciri-ciri seseorang mengalami obesitas dengan kategori sindrom metabolik adalah jika lingkar perut pada laki-laki di atas 90 cm dan perempuan di atas 80 cm dengan diukur menggunakan meteran atau menggunakan tangan masing-masing mulai dari pusar ke punggung.
Baca juga: IDAI Ungkap Bahaya Obesitas pada Anak
Selain itu, sindrom metabolik juga bisa dianalisa dari tekanan darah yaitu jika sistol yang di atas 130 mmHg dan diastolnya lebih dari 85 mmHg.
Sistol adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi, sementara diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong.
Gula darah dan kolesterol yang meningkat juga merupakan tanda obesitas dengan kategori tersebut yang dapat menyebabkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Marya menjelaskan obesitas merupakan tumpukan lemak akibat dari ketidakseimbangan asupan yang masuk ke tubuh seseorang dengan energi yang keluar. Meskipun juga ada pengaruh dari keturunan, pola asuh keluarga, pendidikan, dan ekonomi.
Dia juga mengatakan obesitas tidak hanya dialami orang yang kelebihan berat badan namun juga ada obesitas yang terjadi pada orang yang kurus.
Maka itu perlu dipantau tingkat obesitas dengan mengukur Indeks Masa Tubuh sebagai deteksi awal yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter (m).
"Dampak jangka pendek anak obestitas jadi kurang aktif, sering mengantuk, tidurnya mengorok dan jangka panjangnya berpotensi timbul penyakit yang kaitannya tidak menular, misalnya resiko kena stroke, serangan jantung, kencing manis atau diabetes," ucap Marya.
Dokter yang praktik di RS Siloam Kebon Jeruk ini menambahkan, mengonsumsi makanan sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan RI dapat mencegah obesitas pada anak, yaitu mengonsumsi sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein, serta memerhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman
"Jangan lupa memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi bagi tubuh anak dan remaja yang memiliki banyak aktivitas," ucapnya
Selain itu juga perlu melengkapi gizi seimbang, yaitu dari lemak, karbohidrat dan protein yang disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak maupun dewasa, serta melengkapinya dengan mikronutrien yang ada di setiap makanan sehat.
"Dengan mengikuti piring sehatku sesuai usia harusnya gizi seimbang bisa terpenuhi," pungkas Marya. (Ant/OL-1)
Campak lebih menular empat hingga lima kali lipat dibanding covid-19. Karenanya, cakupan imunisasi harus amat tinggi supada ada herd imunity.
Sarkoma adalah kanker yang berasal dari jaringan mesenkim, lapisan yang dalam tubuh manusia berkembang menjadi jaringan ikat, otot, lemak, pembuluh darah, hingga tulang.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan pada struktur jantung yang sudah ada sejak lahir.
Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Kanker payudara merupakan diagnosis yang menakutkan bagi banyak perempuan. Itu menimbulkan rasa takut dan ketidakpastian.
OLAHRAGA padel memiliki sejumlah manfaat penting bagi kesehatan, mulai dari aspek fisik hingga mental, namun tidak semua orang aman untuk langsung memainkannya.
Obesitas berkontribusi pada munculnya peradangan kronis (inflammaging) yang mempercepat kerusakan molekuler dan mengurangi kemampuan regenerasi sel.
RiskesdasĀ 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Obesitas berdampak pada menurunnya daya ingat, konsentrasi, hingga risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, dan demensia.
Skor ini digunakan untuk mengelompokkan variasi genetik guna memprediksi karakteristik tertentu, yang dalam hal ini adalah BMI.
Ilmuwan Salk Institute menggunakan teknologi CRISPR untuk mengidentifikasi mikroprotein kunci dalam sel lemak, berpotensi jadi target terapi obesitas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved