Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Percepatan Penurunan Stunting, Tanoto Foundation Dukung BKKBN Integrasikan BKB EMAS dalam LMS SiBIMA

Mediaindonesia.com
01/3/2023 13:18

Percepatan Penurunan Stunting, Tanoto Foundation Dukung BKKBN Integrasikan BKB EMAS dalam LMS SiBIMA

TANOTO Foundation sebagai organisasi filantropi independen bidang pendidikan, mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.

Komitmen Tanoto Foundation tersebut terwujud dalam kolaborasi bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan mengintegrasikan modul Kelas Pengasuhan BKB EMAS (Bina Keluarga Eliminasi Masalah Stunting) ke dalam Learning Management System (LMS) yang sudah ada di dalam sistem Bina Mandiri (SiBIMA).

Pengintegrasian tersebut secara resmi diluncurkan pada hari ini, Selasa (28/2).

CEO Global Tanoto Foundation, Satrijo Tanudjojo mengapresiasi integrasi LMS tersebut. Menurutnya, hal itu akan sangat membantu para fasilitator dan kader BKB di daerah.

“Integrasi LMS paling tidak bisa memberikan dua hal yang sangat berguna. Pertama, membantu teman-teman fasilitator dan kader BKB di tingkat provinsi, kabupaten/kota dalam memandu kelas pengasuhan di daerah masing-masing," ujar Satrijo,

Baca juga: Rumah Anak SIGAP, Kolaborasi Pemprov DKI Jakarta-Apical-Tanoto Foundation-T.CARE Tingkatkan Kualitas Pengasuhan Anak Usia Dini

Pernyataan Sartijo disampaikan dalam acara Launching SiBIMA Kelas Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting BKB EMAS dan Webinar Praktik Baik Desa Bebas Stunting (De’Best) di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang digelar secara daring di Jakarta, Selasa (28/2).

"Kedua, tentu saja dengan keterbukaan akses LMS ini dapat memudahkan setiap orang untuk belajar secara mandiri terkait pengasuhan di 1000 HPK (hari pertama kehidupan),” jelas Sartijo.

Disampaikannya, salah satu isu tumbuh kembang anak usia dini yang menjadi prioritas pemerintah saat ini adalah stunting.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting adalah 21,6% atau turun 2,8% dari 24,4% di 2021.

“Pendekatan pendampingan keluarga berisiko stunting akan menjadi faktor utama untuk mencapai target pemerintah di angka 14% di rahun 2024. Jadi kita masih punya waktu 1,5 tahun untuk mencapai 14% tersebut,” imbuhnya.

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Satrijo, berbagai terobosan dalam intervensi spesifik dan sensitif sangat diperlukan.

Integrasi LMS dalam SiBIMA BKB EMAS adalah salah satu terobosan yang bisa mendukung upaya percepatan penurunan stunting.

“Menurut kami pengbangan pengasuhan BKB EMAS dan pengintegrasian ke dalam LMS adalah salah satu bentuk terobosan yang tepat di era digital ini,” tambahnya.

Tanoto Foundation yang memiliki misi untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia, dengan semangat itu, sejak 5 tahun lalu,

Tanoto Foundation telah ikut berkontribusi dalam upaya percepatan penurunan stunting dan sejak 3 tahun terakhir telah mendukung BKKBN dalam usaha percepatan penurunan stunting berbasis keluarga. 

“Saya percaya upaya dan kerja keras kita bisa memberikan kontribusi yang signifikan bagi penurunan prevalensi stunting, bahkan kita optimis untuk bisa menurunkan Stunting bagi Balita angka nol. Sehingga anak-anak kita bisa tumbuh menjadi generasi masa depan yang unggul dan kita bisa mencapai generasi emas di 2045,” kata Satrijo.

Dalam sambutannya, Deputi KSPK BKKBN, Nopian Andusti, S.E., M.T mewakili Kepala BKKBN, Dr. (HC). Dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K)  menyampaikan bahwa buku panduan BKB EMAS telah diterbitkan dan digunakan secara luas sejak tahun 2018.

Pada saat isu stunting menjadi perhatian besar buku panduan ini merupakan salah satu kelengkapan dalam upaya menekan angka stunting.

“Agar materi penyuluhan BKB EMAS tetap relevan di tingkat lapangan dan keluarga, maka BKKBN telah merevisi BKB EMAS secara inklusif bersama Tanoto Foundation, Fakultas Ekologi Manusia IPB, serta IDAI dan Himpunan Psikologi Indonesia,” ucapnya.

Saat ini tercatat ada 567.771 kader BKB di daerah. Dari jumlah tersebut, yang sudah terlatih sebanyak 57.532 atau hanya 10,06%.

“Angka ini tentunya masih jauh dari harapan kita. Oleh karena itu kita harus terus berupaya untuk mengejar mencapai angka harapan yang kita targetkan,” imbuhnya.

Nopian menegaskan bahwa kader BKB merupakan lini terdepan untuk memberikan edukasi bagi para keluarga di kelompok BKB.

Namun dengan jumlah terlatih yang masih rendah maka hal itu menjadi perhatian berama untuk melakukan terobosan dan inovasi dalam peningkatan kapasitas kader secara efektif dan efisien.

Agar panduan tersebut dapat dipelajari dengan mudah dan mengasyikkan bagi kader dan ayah bunda maka telah disusun e-learning panduan BKB EMAS yang telah diintegrasikan dengan e-learning management system atau SiBIMA.

Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Desa, Kemendagri, TB Chaerul Dwi Sapta menjelaskan bahwa bahwa penguatan kelembagaan pemerintah dari pusat hingga desa menjadi bagian dari upaya penurunan stunting yang dilakukan Kemendagri. Sehingga, semua program yang dicanangkan bisa terlaksana dengan efektif dan efisien.

“Sekarang kelembagaan di desa itu ada pemerintah desa, ada badan peemusyawatan desa, ada lembaga kemasyarakatan desa. Tentunya ini yang membuat desa kelurahan bisa menjalankan bagaimana pengurangan angka stunting di 1000 HPK,” ujarnya.

Sebagai negara yang luas dan penduduk yang banyak, sinkronisasi implementasi program perlu diperkuat. Sebab Indonesia memiliki 38 provinsi dengan 514 kab/kota, 8.499 kelurahan dan 75.265 desa di 7.230 kecamatan. 

Terobosan dan inovasi tentu harus terus ditingkatkan. Apalagi di era modern, pemanfaatan teknologi juga menjadi salah satu kunci utama suksesnya implementasi program pemerintah.

“Ini yang akan memberikan penguatan terhadap pengurangan angka stunting dan tentunya menguatkan 1000 HPK,” kata dia.

Launching SiBIMA Kelas Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting BKB EMAS dan Webinar Praktik Baik Desa Bebas Stunting (De’Best) di 1000 HPK, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang terobosan dan inovasi kepada seluruh pemangku kepentingan, mitra kerja serta pengelola dan pelaksana kelompok keluarga BKB.

Dari situ diharapkan bisa saling belajar praktik baik dari desa/kelurahan dalam rangka penyelamatan 1000 HPK. Sehingga kemudian bisa bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas di 2045.

Dalam kegiatan tersebut, hadir pula narasumber para kepala desa dan lurah dari desa/kelurahan terpilih untuk memaparkan praktik baik pencegahan dan penanganan stunting. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya